Trending
Minggu, 29 September 2019

Berani Beda, Saksofonis Endro Trilaksono Rilis Album dengan Harga Seikhlasnya

  • Share
  • fb-share
Berani Beda, Saksofonis Endro Trilaksono Rilis Album dengan Harga Seikhlasnya

Nggak banyak musisi saksofon memilih jalan untuk berdiri sendiri, dan Endro Trilaksono adalah salah satunya. Pria kelahiran Nganjuk, 23 Februari 1993 ini merasa lebih nyaman membuat lagu dan memainkannya sendiri, ketimbang bergabung dengan band atau kelompok musik pada umumnya. Namun begitu perjalanan berkarirnya hingga menelurkan album ini tetap dibantu oleh beberapa teman musisi juga.

 

Memutuskan untuk Bermain Saksofon

Sebelum memainkan saksofon, Endro sama sekali belum pernah bermain musik sebelumnya, sampai pada suatu ketika dia merasa bingung akan melakukan apa selepas lulus kuliah. Saat itu, ia pun nekat mengajukan pinjaman ke bank untuk membeli saksofon pertamanya pada 6 September 2016. Endro yang memang nggak punya teman pemain saksofon pun memulai perjalanan menjadi saksofonis dengan belajar memainkannya melalui tutorial di YouTube walau sempat tersesat.

"Mulai dari awal, memang mimpi saya adalah menjadi solo saksofonis," kenang pria berambut gondrong ini.

Terinspirasi oleh Justin Ward dan Andre Schnura, YouTuber saksofonis dari luar negeri, Endro mulai memupuk kemampuannya. Waktu berlalu, dan kini Endro sudah jarang mendengarkan musik instrumen saksofon. Dia berpindah mendengarkan lagu-lagu bervokal, walau hingga kini dia belum punya musisi favorit yang jadi influence untuknya.

"Tapi saya suka sama Eva Celia dan Steffani BPM, walau nggak begitu tahu lagu-lagunya," ungkapnya sambil tertawa.

Endro mengaku ingin menyuguhkan musik yang menggambarkan sebuah reka adegan, mirip dengan scoring dalam film-film. Dia sendiri nggak tahu apakah ada musisi lain yang juga melakukan hal yang sama sepertinya di Indonesia ini. Namun, pria yang kini sedang berproses di Kota Malang ini tahu siapa saja saksofonis Indonesia lainnya, seperti Tommy Pratomo dan juga Bayu Isman.

"Intinya, sebagian musik saya adalah rekaman rasa dan sebagian lagi adalah mereka-reka," ujarnya.

 

Mini Album Pertama: Harga Sukarela, Hasil Penjualan Disumbangkan

Endro Trilaksono masih menganggap dirinya saksofonis amatir.

Memutuskan untuk merangkum karya-karyanya dalam sebuah mini album, Endro mengaku nggak serta-merta membuat lagu lalu merekamnya. Pengerjaan EP bertajuk Emes ini dimulai dengan melakukan riset. Bertemakan romantisme ibu dan anak sejak lahir hingga salah satu dari mereka meninggal, Endro mewawancarai ibunya sendiri untuk mengetahui perspektif beliau. Album ini dikerjakan dengan hati sehingga setiap lantunannya terasa berjiwa.

Dalam penggarapan lagu-lagu dari mini album Emes ini, Endro nggak sendiri. Dia merasa masih belum cukup mumpuni dalam skill dan musikalitas. Selain memang baru mulai bermusik di pertengahan 2016, dia juga merasa jarang berlatih, sehingga perlu baginya untuk menggandeng teman musisi lain. Hasilnya? Tentu saja nggak mengecewakan, sehingga lahirlah mini album Emes.

"Contohnya kayak gini, teman saya main gitar, saya mendengarkan dan merasakan, lalu saya mendikte progresi chord-nya. Atau, saya bikin nada pakai mulut, terus teman saya yang cari notasinya. Bahkan saat nggak ada teman, saya merekam suara saya sendiri di audio software, lalu cari notasinya di fitur autotune. Life hack," paparnya sambil tertawa.

Hingga saat ini, Endro masih menyebut dirinya saksofonis amatiran, karena dia merasa bahwa itu benar adanya. Padahal, sejak dirilis awal tahun 2019, mini album Emes mendapat tanggapan yang baik dari orang-orang di sekitarnya. CD-nya yang dirilis sebanyak 121 keping dan dijual dengan harga sukarela, bahkan sudah habis di bulan September kemarin.

"Proses penjualannya manual, tradisional dibantu teman-teman. Mayoritas pembelinya teman-teman saya sendiri dari berbagai daerah. Ada juga teman-teman yang bantu jual di Balikpapan dan Bandung," ungkapnya.

Mini album Emes dirilis tepat pada 12 Januari, sebagai hadiah di hari ulang tahun ibunya. Bahkan keputusannya untuk hanya mencetak 121 keping juga sebagai simbol dari tanggal kelahiran ibunya. Harga sukarela dan rencana menyalurkan seluruh hasil penjualannya ke panti asuhan memang sudah muncul dalam angan-angan Endro sejak awal pengerjaannya. Tujuannya sederhana tapi mulia, Endro ingin meminta restu Tuhan.

"Intinya saya pamit marang Gusti. Gusti, ini lho saya mau mengawali perjalanan jadi tukang sebul saksofon, nyuwun restu. Mungkin gitu ya," imbuhnya.

 

Serius dalam Proses Pengerjaan Lagu

Di balik proses kreatif Endro Trilaksono, ada teman-teman yang mendukungnya.

Merilis mini album yang berisi empat lagu di dalamnya tentu bukan hal yang mudah dan murah. Endro mengaku, untuk biaya produksi fisiknya, dia dibantu dana oleh beberapa donatur, yang semuanya adalah kakak-kakak Endro di kampus, yang selalu mendukungnya sejak awal perjalanan karirnya. Nggak diminta timbal balik, Endro pun merasa harus menyalurkan hasil penjualannya untuk mereka yang lebih layak menerimanya.

"Lalu lagu-lagunya sendiri juga hasil iuran ide teman-teman saya di AA Studio Malang dan Sanggar Seni Gedhang Godhog Tulungagung. EP Emes, bagi saya, adalah karya kolektif dan selayaknya dirayakan secara kolektif juga. Banyak orang bilang kan karya sama seperti anak, jadi Emes ini bisa menjadi contoh yang baik buat adik-adiknya nanti," papar Endro.

Belajar dari mini album Emes, dalam proses pengerjaan album penuh pertamanya nanti, Endro memutuskan untuk mulai menggunakan music director agar materinya lebih tertata. Seperti yang diungkapkan sebelumnya, mini album Emes diharapkan bisa menjadi contoh untuk hasil karyanya yang akan datang. Karenanya dia pun semakin berbenah diri dalam berkarya.

"Dulu saya merekam diri saya sendiri, sekarang sudah ada yang ngerekamin. Intinya, saya mulai berbenah lah dalam hal proses kreatifnya," ungkapnya.

Judul album penuh yang sedang dikerjakannya sekarang masih dirahasiakan. Akan ada tujuh track di dalamnya dengan enam atau mungkin tujuh genre yang berbeda. Sedikit clue, sama seperti Emes yang merupakan cerita bersambung pada setiap track-nya, dalam album penuh ini tujuh video klipnya nanti akan menjadi cerita bersambung.

 

Rencana Besar dan Pesan untuk Musisi yang Masih Ragu

Akankah Endro Trilaksono benar-benar berhenti bermain saksofon nantinya?

Endro mengaku punya tujuan besar untuk membuat empat mini atau album penuh lagi setelah EP Emes. Sementara ini Endro sudah memiliki konsep untuk keempat rencana tersebut. Dia bahkan berandai-andai, setelah semua itu tercapai, pria berkacamata ini bakal berhenti meniup saksofon. Memang belum menjadi keputusan, karena Endro sendiri mengaku bahwa manusia sangat dinamis, bisa berubah-ubah pemikirannya.

"Tujuan jangka pendeknya, saya ingin masuk nominasi AMI Awards di kategori instrumental, saya ingin tahu rasanya duduk deg-degan nunggu pengumuman pemenang awards," ungkapnya.

Buat lo yang juga sedang bergelut dengan dunia musik namun masih ragu-ragu, Endro berpesan agar lo bisa mengkhayal sengawur dan seliar mungkin. Dengan begitu, lo bakal punya mimpi-mimpi yang pada akhirnya harus dijadikan kenyataan. Bagi Endro, proses mewujudkan mimpi itu yang membuat dirinya semangat menjalani hidup. Tanpa mimpi, apalah artinya hidup?

"Dan yang wajib, saya membuat diri saya berada di circle yang dipenuhi dengan orang positif. Sayangnya saya bukan orang yang rajin latihan. Palingan saat mau manggung atau ngerjain lagu saja rajin latihannya," pungkasnya.

Comments
Hamzah
Mantaaaaaaaap
Asep hidayatulah
Artikelnya bagus