Trending
Sabtu, 19 Oktober 2019

Dedy Shofianto, Manfaatkan Kayu Jati Sebagai Media Seni Kriya Kinetik

  • Share
  • fb-share
Dedy Shofianto, Manfaatkan Kayu Jati Sebagai Media Seni Kriya Kinetik

Di era yang serba kreatif ini, para seniman seperti berlomba-lomba menemukan cara baru untuk berkarya menembus batasan. Mungkin lo pernah melihat ukiran dalam bentuk tiga dimensi di pameran seni? Itu sudah biasa, Urbaners! Tapi, pernahkah lo menemukan ukiran serangga berbahan kayu jati yang bisa digerakkan dengan motor listrik? Karya itulah yang menjadi signature dari Dedy Shofianto.

Dedy Shofianto adalah seniman Indonesia yang mempunyai spesialisasi di bidang karya kriya kinetik. Ia memilih bahan baku kayu, biasanya kayu jati, sebagai media utama untuk setiap pembuatan karyanya. Pengerjaan kayu kinetik sendiri adalah kolaborasi pembuatan karya dengan bahan utama kayu jati yang diberi sentuhan instalasi motor listrik di dalamnya, sehingga karya yang ditampilkan dapat bergerak dan terlihat lebih menarik.

Langsung aja yuk simak di sini cerita behind-the-scene Dedy!

 

 Bosan Membuat Karya Kinetik Statis

Karya kepala kumbang tanduk karya Dedy Shofianto

Berawal dari kejenuhan dengan karya seni statis yang terlalu sering dilihat, Dedy lalu menelurkan ide untuk membuat karya yang unik. Ia tertarik untuk membuat karya kinetik yang bergerak lebih dinamis ketika dilihat orang banyak. Ia ingin menjadikan karya kinetik sebagai kekhasan yang tersendiri. Walau masih baru, tapi model ini justru banyak mendapatkan respon positif dari masyarakat, karena selalu terlihat lebih hidup dan interaktif dengan para penikmatnya.

Nggak hanya itu, pria asal Jambi ini mengaku memilih karya kinetik karena bidang ini selalu menuntutnya untuk belajar dan berinovasi. Dengan karya kinetik, ia harus memadukan seni, mekanik, teknologi, dan sains, menjadi satu karya yang dapat dinikmati oleh banyak orang.

“Saya tertarik dengan media kayu karena ketika kuliah di ISI Yogyakarta mengambil Jurusan Kriya Kayu dan saya menyukai teknik ini. Teknik kayu kinetik menggunakan proses khusus untuk finishing-nya, yaitu dengan cara menggosokkan antara dua kayu. Jadi, proses akhir sentuhan terlihat mengkilap alami. Saya sengaja nggak menggunakan finishing bahan kimia agar karya terlihat lebih natural,” tuturnya.

 

Terinspirasi Memori Masa Kecil

Karya Dedy berjudul Enggang

Dedy memulai debut karya perdananya dengan objek serangga. Meski nggak fanatik dengan satu objek tertentu, saat ini Dedy sedang menggemari berbagai jenis serangga yang ada di Indonesia. Salah satu karyanya yang patut dipuji adalah Enggang - yaitu seni kinetik dengan objek kumbang tanduk yang terlihat sangat delicate dan anggun. Ia mengaku, ketika kecil ia gemar bermain tarung kumbang, sehingga hal itu menjadi inspirasi dalam karya-karyanya.

Dedy juga menerapkan sistem distorsi dalam pembuatan karya. Sistem distorsi adalah membuat karya yang bentuknya tidak sama persis dengan serangga, namun mengambil bagian bagian dari organ tubuh serangga yang ingin lebih ditonjolkan.

Sejak menekuni dunia seni kriya kinetik, Dedy banyak memperoleh penghargaan, di antaranya Juara 3 Redbase Young Artist Award tahun 2016, Juara 1 Lomba Desain Prototype Kriya, FKY KE-26 (Festival Kesenian Yogyakarta) tahun 2014 dan Karya Terbaik Pameran Dies Natalis XXXVII ISI Yogyakarta, UPT Galeri ISI Yogyakarta.

 

Ketelitian dan Ketepatan Ketika Membuat Karya

Salah satu karya Dedy yang fenomenal bertajuk Evolution

Proses pembuatan karya Dedy terbilang rumit dan membutuhkan ketelitian. Sebagai langkah pertama, Dedy membuat sketsa rancangan gambar serangga terlebih dahulu. Setelah itu, ia membuat skala 1:1 dan mengeksekusi pembuatan karya. Satu karya yang ia hasilkan membutuhkan waktu 1-2 bulan, karena ia memperhatikan setiap detail ukiran. Ketepatan dan ketelitian menjadi bagian penting dalam proses pengerjaan, karena kriya kinetik adalah karya yang bergerak dan berbahan dasar kayu, jadi akan mudah patah jika tidak detail dalam proses pembuatannya.

Kesulitan utama pembuatan karya kinetik ini terletak pada ketepatan, karena berkaitan dengan teknik pengerjaan. Selain itu, ada resiko tersendiri ketika memilih menggunakan bahan baku kayu. Bahan kayu tersebut harus kuat dan kokoh, sehingga nggak akan patah jika disentuh oleh banyak pengunjung. Oleh karena itu, Dedy mengaku sering menggunakan kayu jati untuk memastikan kestabilan karyanya.

Karya Kriya Kinetik Elang Jawa

Dedy memiliki alasan tersendiri mengapa ia selalu menggunakan material kayu. Rupanya, sejak kecil, ia sudah hobi membuat mainan sendiri dari kayu, karena material ini paling mudah ditemui di desa tempat tinggalnya. Selain itu, negara Indonesia sangatlah kaya akan material kayu, tapi banyak yang mengolahnya menjadi kebutuhan pokok saja. Sebaliknya, Dedy ingin mencoba berinovasi agar kayu memiliki peran tersendiri dalam kesenian. Bahan baku kayu inilah yang pada akhirnya sukses mengantarkan Dedy membuat dan menampilkan karya-karya fenomenalnya di berbagai tempat, mulai dari Jawa, Kalimantan, hingga Taiwan.

"Dalam waktu dekat ini, saya sedang menyiapkan sebuah karya kinetik yang nantinya akan dipamerkan di lobi salah satu hotel terkemuka di kota Yogyakarta," ungkapnya. Wah, good luck, Dedy!

Buat Urbaners yang pengen lebih banyak tahu karya karya Dedy bisa follow Instagram-nya di @dedy.shofianto

 

Comments
Rohmah Trilaelati
Kayu d tangan orang yang kreatif menjadi menarik
Nasiban
Mantap betul