Trending
Sabtu, 03 Agustus 2019

Kanna Keramik, Handmade Keramik dengan Pola Premium

  • Share
  • fb-share
Kanna Keramik, Handmade Keramik dengan Pola Premium

“Pekerjaan paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar.” Setuju nggak lo dengan pernyataan ini, Urbaners? Coba bayangkan kalau hobi lo dapat menghasilkan sesuatu yang diapresiasi baik oleh khalayak ramai dan dapat mengisi pundi-pundi uang lo. Wah, impian banget nggak, sih? Memang nggak banyak orang yang bisa menjadikan hobi sebagai profesinya, dan Cara Jocelyn salah satu orang yang mampu dan sukses melakukannya.

Jocelyn adalah orang kreatif di balik nama Kanna Keramik. Kalau Urbaners ingin tahu apa yang sudah dikerjakan Jocelyn, lo bisa lihat karyanya di akun Instagram @kannakeramik. Di akun ini lo bisa nemuin foto-foto keramik hasil karya Jocelyn, mulai dari mug, teapot, vas, piring, dan lain sebagainya. Selain menampilkan produk keramiknya, Jocelyn pun kerap mengadakan pottery workshop yang banyak diapresiasi para penyuka keramik.

Berawal dari Sebuah Keisengan

Jocelyn bercerita masa-masa pertama kali ia terjun ke dunia pembuatan keramik. “Sebagai penyuka seni, awalnya saya iseng belajar membuat keramik saat di 2016,” buka Jocelyn mengawali ceritanya. Di tahun 2016, Jocelyn yang memang memiliki passion di dunia seni mengikuti sebuah pottery workshop yang diadakan Fabelio, sebuah showroom furnitur dan aksesori yang berada di Panglima Polim, Jakarta Selatan. “Sejak itu membuat keramik menjadi hobi yang menyenangkan dan tekun saya kerjakan,” sambungnya.

Setelah belajar dari salah satu pottery workshop, Jocelyn terus mengasah kemampuan pottery-nya meski sedang pergi ke negeri sakura.

Hobi membuat keramik ini rupanya nggak berhenti ia kerjakan meskipun ia harus menyelesaikan sekolah S2 nya di Jepang. Justru Jocelyn semakin memperdalam teknik pottery yang ia miliki di Negeri Sakura ini. “Setiap akhir pekan, saya selalu menghabiskan waktu dengan membuat keramik,” kata Jocelyn. Sehingga nggak heran, sepulangnya dari Jepang pada 2018, permintaan akan keramik hasil karyanya untuk coffee shop dan cafe pun semakin banyak berdatangan.

Jocelyn pun semakin yakin bahwa ia memiliki hoki akan hobinya ini dan serius menjadikannya sebagai profesi. “Dalam 24 jam, waktu kita paling banyak dilakukan untuk bekerja. Jika mengejar materi saja tetapi nggak happy yang ada malah stres dan tertekan, salah-salah malah sakit. Karena itu saya memilih profesi yang membuat saya happy mengerjakannya,” tutur Jocelyn.

Salah satu bukti keseriusan Jocelyn dalam membuat keramik yakni memberikan nama sebagai brand produk keramik buatannya, dan ia memilih Kanna. Mengapa Kanna? Ternyata ada alasan yang nggak sengaja di balik nama Kanna sendiri. Dalam dunia pottery di Jepang, nama Kanna memang dikenal sebagai salah satu alat pemotong keramik. Namun ternyata ada alasan lain di balik nama Kanna. Sebagai orang Sunda yang bertempat tinggal di Bandung, Kanna bagi Jocelyn juga berarti sebutan lain dari 'kunaon' yang memiliki arti mengapa.

“Jika sedang berbicara, saya sering menyebut 'kunaon' dengan 'kannanaon' saat bertanya mengapa?” lanjut Jocelyn sembari tertawa menceritakan alasan di balik nama Kanna.

Produk Handmade yang Eksklusif

Untuk dapat menciptakan desain-desain menarik untuk keramiknya, Jocelyn rajin mengeksplor dari bentuk-bentuk yang sudah ada. “Banyaknya desain pottery di media sosial yang sebenarnya membuat pengrajin nggak akan kesulitan lagi dalam menggali ide desain yang ada. Tentu saja ide-ide desain yang didapat harus dikembangkan lagi, bukan menconteknya,” ujar Jocelyn. Banyaknya desain yang asal mencontek ini sangat disesalkan oleh Jocelyn. Baginya ini yang membuat dunia pottery terkadang nggak dihargai keindahannya.

Karya yang dibuatnya seringkali dibuat eksklusif dengan jumlah yang terbatas.

Semua produk Kanna Keramik yang dikerjakan langsung oleh tangan Jocelyn, mulai dari bahan mentah hingga menjadi keramik cantik yang siap digunakan. Tentunya ini membutuhkan proses yang nggak sebentar. “Banyak yang membandingkan Kanna Keramik dengan keramik mass produce yang diproduksi menggunakan mesin dalam jumlah banyak dan desain yang seragam,” sesalnya. Nggak jarang Jocelyn menemukan customer yang nggak sabar menunggu keramik pesanannya kelar.

“Idealnya membutuhkan waktu sebulan untuk menghasilkan keramik handmade dengan desain yang eksklusif. Untuk proses pengeringan keramik sendiri membutuhkan waktu seminggu, belum lagi tahapan lainnya,” imbuh Jocelyn sembari menjelaskan proses pembuatan Kanna Keramik mulai dari pengolahan bahan baku, pembentukan, pengeringan, pembakaran, hingga pengglasiran.

Gold in The Bottom, salah satu karya unik dari Kanna Keramik yang banyak menarik minat orang-orang.

Semua proses tahapan pengerjaan Kanna Keramik dilakukan dengan penuh perasaan dan kehati-hatian. Itulah mengapa untuk produk keramik handmade seperti Kanna Keramik, Jocelyn memberikan saran, “jangan menggosoknya terlalu keras dan selalu hindarkan dari debu!”

Kalau lo tertarik untuk memiliki hasil karya Jocelyn, lo bisa mendapatkan semua produk Kanna Keramik melalui Instagram dan juga Whatsapp. Tapi sayangnya, untuk saat ini hingga akhir 2019, Jocelyn nggak menerima pemesanan lagi dikarenakan penuhnya permintaan dan keinginannya untuk 'istirahat' sesaat sembari mengeksplor kembali apa yang bisa dikerjakannya bagi Kanna Keramik.

Kanna Keramik Pottery Workshop

Meski hingga akhir 2019 Jocelyn nggak menerima dulu pemesanan keramik, lo nggak perlu kecewa Urbaners. Lo masih bisa ikutani Pottery Workshop yang diadakannya, kok. Ini wujud kecintaan Jocelyn akan dunia pottery dan ingin menyalurkan kecintaannya ini kepada orang banyak. Terakhir kali, ia mengadakan Pottery Nerikomi-Pattern Workshop pada 10-11 Agustus 2019 lalu bertempat di De Ritz Building Menteng, Jakarta Pusat.

Suasana pottery workshop yang dibawakan Jocelyn pada Nerikomi Marble Class.

Dalam workshop ini, Jocelyn akan ngajarin lo cara membuat keramik melalui teknik dasar pembuatan tangan dengan hasil yang rapi. Dalam setiap workshop-nya, Jocelyn memang membagikan hal-hal yang mudah dilakukan agar semua orang gemar membuat keramik untuk mengasah sensoriknya akan rasa seni. “Kalau diberi teknik yang sulit nanti mereka kapok malah nggak menyukai keramik, yang ada dosa saya nanti,” canda Jocelyn yang mengatakan kalau workshop yang diadakannya juga merupakan salah satu bentuk keisengannya untuk berbagi.

Besarnya animo peserta yang mengikuti workshop-nya membuat Jocelyn optimis kalau keramik handmade akan semakin diapresiasi dan rencananya ia akan rutin mengadakan pottery workshop kembali. Urbaners tertarik ikut? Tunggu saja infonya yang Jocelyn bagikan di Instagram @kannakeramik!

 

Comments
Susiana Saputri
Mantap banget
Agus Sungkawa
Keramik dengan Pola Premium