Trending
Kamis, 10 Oktober 2019

Puthut Ea: Menjadi Pelopor Konten yang Disenangi Millennial

  • Share
  • fb-share
Puthut Ea: Menjadi Pelopor Konten yang Disenangi Millennial

Pernah ada selentingan yang beredar di kalangan netizen bahwasanya sangat sulit memasukkan tulisan ke Mojok.co. Sejak berdiri 28 Agustus 2014 lalu, Mojok.co menjadi salah satu situs yang paling diminati, terutama oleh generasi millennial dan Gen Z. Walaupun bersaing dengan media-media online yang lebih senior, Mojok.co justru menawarkan konten yang fresh dan susah ditemukan di media lain.

Belum lengkap rasanya kalau belum ngobrol dengan Puthut Ea nih, Urbaners. Ia adalah salah satu otak di balik kesuksesan media berbasis Jogja ini.  Jauh sebelum menggarap Mojok.co, pria kelahiran Rembang ini sudah malang melintang di dunia penulisan dan teater. Banyak cerita menarik yang bisa dipetik dari perjalanan Puthut Ea dalam memberikan gebrakan di dunia media online Indonesia. Baca di sini yuk ulasannya!

 

Bacaan yang Nggak Mengerutkan Dahi

Tanpa perlu mengerutkan dahi tapi tetap berisi, konsep inilah yang dibawa oleh Puthut Ea pada awalnya. “Waktu itu, gue dan teman-teman ingin membuat sebuah media berbasis online, yang disukai orang sekaligus membuat orang untuk tetap kritis, tapi nggak harus dengan mengerutkan dahi atau harus berpikir serius yang berat-berat,” kata penulis penulis buku Enaknya Berdebat dengan Orang Goblok ini.

Diakui Puthut, membuat konsep yang kuat adalah tantangan terbesar saat mendirikan Mojok.co. Karenanya, selama sebulan pertama di masa pendirian, semua artikel yang dimuat di Mojok.co bersumber dari tulisan yang dibuat oleh Puthut dan rekan-rekannya. Tak lain dan tak bukan ini dilakukan sebagai acuan untuk calon penulis. “Gini lho gayanya Mojok.co,” cetus Puthut.

Puthut Ea juga youtuber yang aktif membuat konten-konten terkait isu yang sedang happening maupun tema-tema santai

Buat Puthut, sebuah konsep yang kuat akan menjadi pedoman sebuah pekerjaan. Kalau seiring perjalanan nanti ada dinamika perubahan di sana sini, tentunya itu nggak jadi masalah dan bakal mengganggu secara signifikan. Ini dikarenakan sudah ada konsep yang kuat jadi, melencengnya nggak akan terlalu jauh.

Konten di Mojok.co cukup nyeleneh. Segala isu dibahas, mulai dari yang remeh sampai yang serius. Tapi hebatnya, segala isu tersebut bisa jadi “berisi”, renyah dibaca tapi tetap mengenyangkan. Dalam artikel-artikelnya, lo bisa menemukan sentuhan sarkasme, guyonan, slentingan, sampai kritik keras yang disampaikan dengan cara halus. Kekhasan inilah yang membuat Mojok.co jadi media yang istimewa bagi para pembacanya.

Kalau media zaman old selalu mengusung keberimbangan dan objektivitas, di Mojok.co justru subjektivitas adalah kunci utama. Hanya saja, artikel tetap harus argumentatif dan nggak mengandung unsur SARA. Makanya, jangan heran kalau artikel di Mojok.co bisa berbalas-balasan mirip game point dalam pertandingan badminton.

 

Susahnya Memasukkan Tulisan ke Mojok.co

Ada kebanggaan tersendiri kalau tulisan bisa lulus seleksi dan dimuat di Mojok.co. Soalnya kurasi untuk akhirnya publish di sini, berat. Entah bermaksud membesarkan hati, tapi Puthut bilang sebetulnya tulisan yang masuk ke Mojok.co nggak buruk, hanya saja kuota untuk menerima tulisan dari luar cukup terbatas.

Lo bayangin aja Urbaners, minimal sehari ada 50 naskah tulisan yang masuk, bahkan di hari-hari tertentu bisa sampai lebih dari 100 tulisan. “Yah, doakan saja ya, semoga Mojok.co bisa semakin besar dan memuat banyak tulisan. Jadinya seperti surga, di mana semua orang berhak masuk dari pintu manapun hehehe,” kelakar Puthut. Ia sendiri percaya bahwa ada begitu banyak penulis hebat di negeri ini, dan suara mereka butuh didengar oleh banyak orang. Salah satunya tentu saja lewat platform Mojok.co yang sudah menjangkau jutaan anak muda setiap hari.

Menerima 50-100 tulisan perharinya

Terkait perkembangan media online yang kian hari semakin “menggila”—gimana nggak “menggila” hampir selalu ada media online yang muncul meramaikan jagad pemberitaan di Indonesia.  Tapi, seperti yang dikatakan Puthut, nggak semua pada akhirnya bertahan.

“Dunia media online kita berkembang dengan pesat, tapi banyak yang mati juga. Kelak yang tersisa adalah yang konsepnya kuat dan didukung finansial yang bagus,” jelas penulis yang mengerjakan proyek dengan musisi Silampukau ini.  Puthut berharap, Mojok.co bisa mendapatkan daya dukung finansial yang bagus, karena dia percaya Mojok.co punya potensi untuk tumbuh lebih besar lagi.

 

Tetap Menulis Sampai Rambut Menipis

Di luar Mojok.co, Puthut Ea masih menjalankan aktivitasnya seperti biasa, yaitu menulis dan menjadi pembicara. Baru-baru ini, Puthut Ea menjadi pembicara dalam Ideafest 2019 bersama Kompas, dan menyampaikan kritik sosial melalui media sosial yang dia punya.  

Kesibukan di Mojok.co menurutnya nggak sampai mengganggu jalannya aktivitas personal, terutama pekerjaan menulis. Saat-saat yang paling menguras waktu dan energi adalah tiga tahun awal berdirinya Mojok.co. Saking sibuknya, Puthut menghabiskan nyaris 24 jam menggarap Mojok.co sampai bisa menjadi sesukses sekarang.

Setelah lewat tiga tahun pertama dan semua sudah ada sistemnya, nggak ada kesibukan yang terlalu signifikan buat Puthut. “Sesibuk apa pun, gue tetap menulis setiap hari. Menulis itu sudah menjadi semacam terapi,” demikian penuturannya.

Puthut Ea menandatangani buku terbarunya yang berjudul Buku Hutan Kesunyian

Ketika rasa malas atau jenuh melanda, Puthut pasti akan mengambil jeda sejenak. Bagaimanapun, dalam setiap pekerjaan, tentu ada fase-fase bosan kan, Urbaners? Tapi, ia mengaku jedanya nggak pernah lama, karena pada akhirnya dia akan merasa kangen untuk kembali menulis.

“Ketika nggak menulis ya, gue me time dengan keluarga atau menonton film,” ujar Puthut. Buatnya, menulis adalah panggilan hidup, terapi, dan nggak ada aktivitas yang bisa menggugurkan keinginannya untuk menulis. Mungkin ini dia yang disebut passion sesungguhnya.

Nah, buat lo yang penasaran kenapa tulisan-tulisan di Mojok.co bisa sesantai dan seserius itu dalam waktu bersamaan, jawaban dari Puthut ini bisa jadi penjelasannya. Mengutip penjelasan dari Puthut kenapa nama medianya “mojok”, butuh satu kata agar mudah diingat dan “mojok” mewakili itu. Menjadi orang yang “berisi” nggak perlu ribet Urbaners, lo cukup menginspirasi dan nggak neko-neko.

Dari cerita Puthut, bisa diambil pelajaran kalau konsep dan prinsip yang kuat adalah sebuah keharusan ketika lo merintis apapun, entah itu bisnis ataupun proyek baru. Konsep yang kuat adalah kunci biar lo tetap punya pegangan selama menjalankan usaha tersebut, Urbaners!

 

 

 

Comments
Agus Sungkawa
Menjadi Pelopor Konten yang Disenangi Millennial
Fitra Abimanyu
Mantap bro