Trending

Bunga Penutup Abad, Pementasan Teater Peringatan 10 Tahun Meninggalnya Pram

Pramoedya Ananta Toer menulis novel Tetralogi Pulau Buru di Pulau Buru, dekat Maluku. Pram, sebutan akrab Pramoedya ini ditahan selama 10 tahun tanpa mendapatkan proses peradilan di tahun 1969 sampai 1979 di pulau tersebut, tetapi Pram bukan malah terkekang, dirinya malah menuliskan 4 novel yang sekarang masuk ke dalam salah satu buku paling berpengaruh di dunia.

Pram meninggal pada tanggal 30 April 2006, tepat 10 tahun setelah itu pada bulan Agustus kemarin terdapat pementasan teater berjudul Bunga Penutup Abad untuk memperingati kematian Pram. Pementasan seharusnya dilangsungkan hanya 2 hari, tetapi karena membludaknya tiket, akhirnya pementasan Bunga Penutup Abad dilaksanakan 3 hari.

Bunga Penutup Abad diambil dari lukisan di novel Pram

Minke yang diperankan oleh Reza Rahardian, lalu ada Nyai Ontosoroh diperankan sangat apik oleh Happy Salma. Keduanya menjadi bintang utama di dalam teater tersebut, dibantu oleh Lukman Sardi sebagai Jean Marais dan Chelsea Islan memerankan Annelies. Nama Bunga Penutup Abad ini diambil dari lukisan karya Jean Marais yang oleh Minke dinamakan Bunga Penutup Abad. Lukisan tersebut berwajah Annelies yang meninggal sewaktu Minke studi di Belanda.

Buku Pram yang penuh kontroversi

Pada masa kemerdekaan Indonesia, Pram sudah mulai menulis walaupun dirinya mengikuti beberapa kelompok militer Indonesia. Di sana Pram mulai menulis apa yang dilihatnya, didengarnya dan dirasakannya. Semua keburukan pemerintah semasa itu ditulis oleh Pram, dirinya pun sempat dipenjara beberapa kali.

Puncaknya ketika dirinya dituduh komunis, Pram pun harus dibuang ke Pulau Buru. Tetapi selepas dari Pulau Buru, Pram berhasil menyelesaikan 4 novel dan semuanya masuk daftar cekal. Sekarang karya Pram sudah terjual bebas dan dapat dibaca oleh semua kalangan. Ada kata termahsyur dari Pram, "Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan."

Source: nationalgeographic.co.id