Trending

Eksotika Anak Gipsi Laut Borneo

Kalau mengulik tempat wisata alam yang dimiliki Indonesia, Kalimantan memang nggak pernah ada habisnya menyuguhkan eksotika keindahan nusantara. Dan ada hal-hal menarik untuk disimak dari suku Bajau, Kalimantan Timur, yang kehidupannya sangat akrab dengan laut. Suku Bajau (Bajo) sebenarnya adalah suku yang tanah asalnya adalah Kepulauan Sulu, Filiphina. Namun pada zaman prasejarah mereka berpindah-pindah (nomaden) dengan bermigrasi ke beberapa daerah di Kalimantan Utara, Timur hingga Selatan, dan menduduki pulau-pulau di sekitarnya.

Anak-anak suku Bajau seperti jadi magnet bagi wisatawan karena mereka layaknya penguasa laut di perairan Kalimantan. Itulah mengapa mereka mendapat julukan sebagai ‘Orang Gipsi Laut’. Anak suku Bajau nggak mengenal ilmu baca dan tulis. Bahkan mereka juga nggak tau berapa usia mereka, baginya nggak penting berapapun usianya yang penting adalah bagaimana mereka bisa melanjutkan kehidupan di masa depan dengan mengandalkan laut sebagai bekal kehidupannya.

Karena keunikan yang dimiliki anak gipsi laut, fotografer asal Perancis merasa penasaran dan tertarik dengan kehidupan anak-anak suku Bajau. Ia mengunjungi suku Bajau yang terletak di Kalimantan Timur dan meluangkan waktu selama delapan hari bersama anak-anak nomad laut yang bekerja dengan cinta di pirus Samudra Pasifik. Rehahn sangat tertarik untuk mengetahui apa yang membuat mereka  mencintai kehidupannya bersama air dan laut.

Layaknya ikan, anak-anak suku Bajau sudah dilepas ke laut oleh orang tua mereka sejak umur delapan tahun untuk belajar berenang, menyelam, dan berburu hewan-hewan laut yang bisa dijadikan makanan setiap hari. Rehahn terlihat bebas beraksi dengan camera Canon 5D miliknya karena mereka sangat antusias dan bersemangat difoto, hasilnya foto-fotonya juga senatural ini, Urbaners. Menurutnya anak-anak kecil suku Bajau ini nggak malu dan terlihat senang bertemu dengan orang asing.

Kalau Urbaners tinggal bersama anak-anak suku Bajau dan merasakan kehidupannya, kira-kira bisa survive kayak mereka nggak ya? Atau mungkin betah karena bisa melihat perawannya laut Kalimantan setiap bangun pagi?