Trending

Menyulap Kampung Jadi Venue Festival

Ngayogjazz punya elemen spesial yang tidak bisa ditiru festival jazz lain di Indonesia. Mereka berhasil menyulap sebuah ekosistem lingkungan menjadi serangkaian tempat pertunjukan musik jazz.

Layaknya sebuah festival, faktor pengalaman menyaksikan musik mengambil peran penting. Di beberapa kemungkinan, line up yang mengisi daftar penampil bisa jadi tidak terlalu penting, suasana festivalnya malah jadi menu utama.

Salah satu kearifan lokal yang diusung oleh Ngayogjazz adalah memberdayakan kampung warga untuk menjadi tuan rumah festival. Tahun ini, Desa Wisata Pandowoharjo di Sleman, Jogjakarta, terpilih kembali menjadi lokasi penyelenggaraan festival.

Yang dilakukan Ngayogjazz sebenarnya sangat sederhana. Mereka membawa festival ke kehidupan sehari-hari warga di desa tersebut. Tidak ada venue yang dibuat khusus untuk festival ini. Semuanya adalah ruang publik yang sehari-hari punya fungsi macam-macam. Malah, panggung utama festival tahun ini, dibangun di samping lahan kuburan desa.

Venue lain, memanfaatkan halaman sisi gereja yang terletak di pintu masuk kampung. Yang lainnya, didirikan di lapangan olahraga warga dan rumah warga. Benar-benar, ini merupakan pengalaman eksotis berfestival.

Festival musik jazz dibuat beradaptasi dengan lokasi sekitar. Bukan sebaliknya. Lokasi yang istimewa malah menghadirkan sebuah pengalaman festival yang luar biasa berbeda. Bayangkan saja, apa rasanya menyaksikan festival dari atas bak terbuka mobil yang parkir, atau berdiri di pinggir kuburan untuk menikmati musik. Sehari-hari tidak pernah terbayangkan bagaimana hal ini bisa terjadi?

Partisipasi warga juga tidak kalah pentingnya. Mereka diberikan ruang untuk berusaha membuka gerai makanan atau suvenir lainnya. Lengkap dengan membuka halaman mereka pada tamu yang datang untuk menikmati kudapan lokal atau sekedar melepas lelah setelah berpindah-pindah dari satu panggung ke panggung lainnya.

Setiap penyelenggaraan Ngayogjazz, desa dibuat hidup dan bergelora. Keramahan Jogjakarta yang memang telah kesohor itu, dibuktikan kembali dengan festival ini. Ide brilian ini pun sukses direspon oleh puluhan ribu orang yang memadati kampung sepanjang malam. Jalanan sesak dan tiap panggung dipadati pengunjung. Waktu untuk berpindah dari satu panggung ke panggung lainnya pun tidaklah sebentar.

Ini baru namanya benar-benar jazz milik rakyat.