Trending

Slapdash! Festival Vol 2 memberi semangat anak muda untuk berkarya!

"Spread love? Break walls!" itulah yang akan selalu lo ingat dari Slapdash! Festival Vol. 2 di Jakarta kemarin. Bagaimana tidak, tag line ini selalu diteriakkan setiap saat, untuk membangun spirit anak muda yang datang. Acara yang bertepat di Conclave Wijaya ini seru banget, Urbaners! Mulai dari kumpulnya para anak muda kreatif dan edgy, pameran foto, workshop yang insightful sampai pertunjukkan musik berbagai macam genre!

Mini event yang berkualitas

Acara yang didadakan oleh Conclave & Proud Project ini terbilang tidak besar, karena hanya menggunakan satu lantai coworking space. Tapi bukan berarti nggak seru Urbaners, justru kental dengan suasana yang hangat tenant maupun pengunjung. Sangat terlihat semua orang menyapa satu sama lain, cocok banget untuk memperluas koneksi ataupun sekedar menambah teman. Semua tenant juga tidak sungkan untuk menjelaskan tentang produknya kepada para pengunjung. Belum lagi ada chill zone yang disediakan di bagian pojok lengkap dengan sofa, bean bag dan charging station.

Mulai dari kamera jadul sampai clothing brand dengan unsur tradisional

Baru masuk saja lo bisa mencoba berbagai macam makanan yang dijajakan, masuk sedikit ke area dalam, lo langsung disuguhkan dengan bazaar fashion dan produk-produk unik. Salah satunya ada Lucky like & Lapak Tua dengan produk vintage-nya mulai dari kaca mata sampai kamera analog yang sedang naik lagi sekarang. Ada juga Dirty yang merupakan brand clothing dengan desain simple namun full color. Atau KANAKA produk dengan unsur tradisional Indonesia dipadukan dengan cutting masa kini. Di acara ini lo akan melihat foto-foto menggantung bercerita tentang situasi kota Jakarta yang dipamerkan oleh Kelana Jakarta.

Workshop branding, musik dan juga fotografi

Tidak hanya bazaar, terdapat juga workshop yang insightful dari pakarnya masing-masing. Pukul 14.00 WIB workshop dimulai dengan pembicara Ardian Atmaka yang merupakan Head of Strategy dari sebuah digital agency. Pada kesempatan kali ini ia membicarakan tentang "A Series of Unfortunate Event", yakni berhubungan langsung dengan perjalanan hidupnya sampai saat ini. Segala aspek yang terjadi pada masa lampaunya menjadikan Ardian Atmaka seperti sekarang. Tidak hanya menceritakan tentang dirinya, ia juga sharing tentang branding, yang tidak melulu harus soft selling, bagaimana spreading content yang berkualitas atau bahkan memilih konten yang tepat sesuai dengan target audience.

Setelah itu langsung dilanjutkan oleh workshop Aria Baja merupakan CEO & Founder dari Lockermedia yang menaungi banyak musisi dan selebriti terkemuka. Disini Aria Baja sharing tentang perjalanan bagaimana ia membuat Lockermedia, dan build kepercayaan para musisi yang di handle-nya. Kuncinya adalah "mendengarkan", musik adalah hiburan yang harus menggunakan pendengaran, sama seperti media promosi, bagaimana mendengarkan apa yang diingin klien (musisi) dan juga behavior masyarakat itu sendiri. Sehingga semua bisa di deliver dengan baik.  Aria Baja juga memberikan tips untuk anak muda yang juga ingin terjun ke dunia sama sepertinya, yakni harus 'nyebur' terlebih dahulu agar mengenal situasi dan kondisinya. Banyak cara untuk memulainya seperti menjadi volunteer atau bekerja dengan rekan yang sudah memiliki portofolio yang sama. Dari situ lo bisa belajar banyak dan mengembangkan diri lo.

Beralih ke workshop musik ada Gerald Situmorang dan Marco Steffiano yang sharing tentang perjalanan musiknya. Siapa sangka, mereka ternyata telah bermusik bersama jauh sebelum menjadi Barasuara. Bahkan Marco sempat cerita bahwa dulu ia mengidolakan band milik Gerald Situmorang. Mereka bercerita tentang perjalanan bermusiknya hingga seperti sekarang. "Disaat energi terfokus pada suatu hal, keberuntungan akan datang dengan sendirinya," kata Gerald Situmorang. Karena terbukti, pada tahun 2009, ia sama sekali tak menyangka bisa manggung dengan Tohpati ataupun Indra Lesmana, hal tersebut benar-benar diluar dugaannya. Pria yang memiliki panggilan “Gesit” ini awalnya nggak kepikiran untuk menjadi musisi, tetapi kecintaannya pada alat musik gitar membawanya seperti sekarang.

Marco Steffiano juga bercerita bahwa kehidupannya terbiasa dengan 'kekalahan' dalam segala hal. Ia memang dari dulu diwajibkan untuk bisa memainkan alat musik oleh keluarganya, tetapi cukup kursus, tidak sampai kuliah musik. Saat ia mengutarakan ingin fokus pada musik, Marco sempat dikurung dan drum-nya pun dibuang, tapi berkat kegigihannya akhirnya Marco diperbolehkan untuk belajar lebih dalam tentang musik. Marco juga sempat mengutarakan "Gue ga bersaing sama musisi lain, tapi diri sendiri bagaimana menjadi lebih baik," bagi Marco menjadi diri sendiri sangatlah penting dalam bermusik.

Drummer Barasuara ini juga bercerita bagaimana hubungan eratnya dengan sang adik yang juga seorang drummer. Perasaan yang mengharukan saat ia dan adiknya satu panggung bersama. Sesi Gerald dan Marco sangatlah seru, karena mereka bersahabat sejak lama, jadi tahu 'kartu as' masing-masing. Bahkan Gerald Situmorang sempat menyebutkan mantan-mantan Marco, begitu juga sebaliknya.

Lanjut ke sesi workshop yang terakhir yakni Azcha Tobing yang bercerita tentang kesulitannya saat merintis karir. Tak disangka, dibalik ketenarannya yang sekarang, Azcha ternyata memiliki perjalanan yang penuh perjuangan. Ia tidak memulai karirnya langsung ke dunia fotografi, tadinya hanya karyawan biasa, merantau ke kota-kota besar sampai akhirnya berujung di Jakarta. Nah, sejak saat itulah ia mulai belajar memotret. Lama kelamaan, kesukaannya memotret itu membuahkan hasil, kini namanya sudah sangat dikenal sebagai photographer dan videographer handal.

Penampilan musik lintas genre

Waktu menunjukkan pukul 18.00 WIB ketika seluruh sesi workshop berakhir, Eits, masih ada lagi hiburan lainnya. Pertunjukkan musik dengan berbagai macam genre. Slapdash! Vol 2 mengundang beberapa band indie yang namanya mulai dikenal. Dibuka dengan penampilan jazzy dari Adoria, lalu dilanjutkan dengan penampilan Heaven Affair yang dikenal dengan lagu perdananya "Aléatoire". Lanjut penampilan ketiga dari Glaskaca, band yang hype ini membuat Conclave menjadi sesak karena antusiasme para pengunjungnya. Semakin malam semakin seru karena ada Rebelsuns band alternative yang dikenal dengan debut lagunya "Romance Down". Belum selesai, ada lagi Vira Talisa penyanyi retro pop cantik yang sangat kental dengan suasana romantis Eropa. Terakhir dan juga penutup acara Slapdash! Vol 2 Festival ini ada DJ Set dari Vacation.