Trending

Kolaborasi Meriah Jazz Orchestera of Concertgebouw dengan Dira Sugandi di JJF 2017

Perhelatan musik jazz terbesar di Indonesia, Jakarta International BNI Java Jazz Festival 2017, kembali digelar di JIEXPO Kemayoran, edisi 2017 kali ini diadakan pada 3-5 Maret 2017 dihiasi banyak panggung besar, ratusan artis lokal dan internasional, serta ratusan penampilan. Hujan sedang sering mengguyur kota Jakarta dan langit yang gelap sering jadi latar kehidupan di Ibukota Indonesia, namun hal tersebut tidak membuat pecinta musik jazz gagal menikmati Jakarta International BNI Java Jazz Festival 2017 2017.

Jumat, 3 Maret 2017, menjadi penanda dimulainya acara jazz tahunan tersebut. Namun, perjalanan menuju JIEXPO sudah diiringi dengan rintik gerimis. Ketika masuk, panggung Gazebo Stage yang berada di tengah-tengah lapangan langsung menarik perhatian, Dua Empat, sebuah proyek musik Alvin Ghazalie dan Misi Lezar, menyanyikan sebuah lagu dengan lirik bahasa Perancis dengan musik bossanova. Tanpa terasa lagu yang mengulang kata amore itu memaksa gerimis berhenti, memberi ruang untuk penonton maju ke area tanpa atap.

Setelahnya, Cristina Morrisson yang berkostum putih seperti bulu angsa di Brava Stage membuka penampilannya dengan denting piano. Ia bernyanyi sambil melakukan tarian yang tidak sejalan dengan musik yang mengirinya, tetapi justru malah membuat Cristina semakin tampak elegan. Lalu, Cristina mengingatkan penonton bahwa musik jazz adalah lagu tentang perayaan, bukan melulu tentang kesedihan dan dramatisasi kehidupan. Ia menceritakan tentang ibunya yang meninggal 10 tahun lalu dan mempersembahkan sebuah lagu yang berjudul “Vocalise for My Mother”. Lagu ini dimulai dengan tempo pelan kemudian meningkat dan terdengar sangat bahagia, seperti musik yang ingin mengenalkan sebuah memori indah terhadap sesuatu.

Keluar dari panggung itu, BCMC dari Java Jazz Stage mengulang lirik “It’s a beautiful day” seperti sebuah panggilan kepada para pengunjung dan satu legitimasi bahwa hari ini memang hari yang indah. Kemudian mereka mengenalkan alat musik tradisional dan memainkan lagu-lagu Indonesia dengan gaya etnik, salah satunya adalah “Kebyar-kebyar” milik Gombloh. Sebuah pernyataan dari BCMC bahwa musisi lokal tidak kalah dengan musisi internasional.

Penampilan Tulus jadi salah satu yang tidak boleh dilewatkan karena penyanyi berbadan tinggi besar ini adalah fenomena. Ruangan besar tempat ia bernyanyi tampak penuh, padahal langit belum gelap, yang berarti banyak orang belum datang ke acara dan juga Jumat adalah hari kerja. Cara Tulus berinteraksi dengan penonton jadi nilai tambah dan pembuktian jam terbangnya memang tinggi. Seperti ketika penjelasan tentang bahwa sebuah hubungan butuh jarak yang dapat membuat sesuatu lebih baik ketika saat selesai menyanyikan nomor “Ruang Sendiri”. Kostum kemeja hitam lengan pendek dan sarung yang dikenakan Tulus juga menjadi pusat perhatian sebelum akhirnya mundur dari panggung dengan memberikan lagu terakhir dengan titel “Pamit”.

Jazz Orchestera of The Concertgebouw juga memberi performa apik dengan komposisi-komposisi seperti “Chelsea Bridge” dan “Giant Steps” milik John Coltrane. Setelahnya, para pria berkostum hitam itu memainkan musik sambutan untuk memeriahkan kedatangan kolaborator mereka sore itu: Dira Sugandi. Musik sambutan itu langsung dilanjutkan Dira dan tampilan serba putihnya dengan lagu milik Ruth Etting, “All of Me”. Setelah menyapa pengunjung, Biduan berusia 37 tahun itu menceritakan tentang salah satu musisi paling berpengaruh dalam hidupnya, yaitu Billie Holiday dan menyanyikan “Good Morning Heartache”, meninggalkan kesan sakit hati yang indah kepada penonton.