Trending

Mocca Dan Sentuhan Baru Album "Lima"

Memberikan sentuhan berbeda, membuat Mocca seperti terlahir untuk yang kedua kalinya di album terakhir mereka. Berjudul Lima, album ini berisi 8 lagu yang semuanya menggunakan Bahasa Indonesia. Yap, hal ini memang sesuatu yang tak biasa bagi Mocca. Selama ini mereka identik dengan lagu-lagu easy listening yang berbahasa Inggris. Penasaran apa yang membuat mereka terdorong untuk membuat album full bahasa Indonesia? Saat Stage Bus Jazz Tour 2019 - Bandung kemarin Mocca sempat bercerita seputar album “Lima” tersebut, Urbaners! Nggak hanya itu, mereka juga mengutarakan band Indonesia yang menjadi pendorong lahirnya Mocca 19 tahun silam.

Album terakhir kalian berjudul "Lima", kenapa memilih nama itu?

Ini adalah pertama kalinya Mocca bikin satu album yang isinya full bahasa Indonesia semua, dan kebetulan album ini adalah album ke-5 kita. Jadi kita beri nama as it is aja deh "Lima".

Semua lagunya berbahasa Indonesia, ada alasan tersendiri nggak?

"Sudah saatnya. Mocca pada saat itu berkarya kurang lebih 18 tahun, ingin memberikan sesuatu yang baru, salah satunya dengan lagu-lagu berbahasa Indonesia," ungkap Arina. Riko pun menambahkan, para personel Mocca tidak mau terjebak di comfort zone, makanya terus mencari sesuatu yang baru dan bisa menjadi refreshment.

Setelah berhasil membuat album full bahasa Indonesia, apa nih yang kalian rasakan?

Achievment unlock. Tantangannya beda banget sih, dari pemotongan kata aja kan sudah beda banget ya. Selain itu memiliki album berbahasa Indonesia adalah cita-cita kita dari beberapa tahun silam. "Kayaknya lucu ya punya album bahasa Indonesia semua," Ujar Riko sang gitaris sambil sedikit tertawa.

Arina sedang bermain flute di Stage Bus Jazz Tour 2019 – Bandung

Dan apa yang kalian rasakan setelahnya, apakah selanjutnya akan full bahasa lagi, mix, atau malah kembali ke bahasa Inggris?

Next-nya kita malah sudah rilis singel terbaru yang berjudul "Semoga" pada 20 September 2019 kemarin. Lagu ini sebenarnya adalah suatu hadiah/wasiat. Lagu ini saya bikin untuk teman saya yang berjuang melawan kanker. Saat melihat Instagram Story-nya ia lagi berjemur, saya langsung bikin lagu. Nah, pas kita manggung di Makassar, saya bilang Arina, “yuk kita nyanyiin yuk!” Lalu dibuat video dan kita kirim ke mereka sebagai penyemangat. Tetapi Tuhan berkehendak lain, ia kini telah pergi. Ketika kita rekam dan minta izin dulu sama istrinya, ia pun berkata "Bagaimana kalau lagu ini tidak berhenti di saya," Akhirnya Mocca memutuskan mengeksekusi lagu tersebut dan menjadikannya singel terbaru. Seluruh keuntungan pada lagu ini akan disumbangkan ke Rumah Teduh Sahabat Iin untuk para pejuang kanker yang tidak mampu.

Menggaet Mondo Gascaro, membuat album "Lima" ini lebih berbeda nggak?

Lumayan beda sih, terutama dalam pemilihan sound dan backing vocal. Karena kalau dulu saat produsernya masih Ari Renaldy, saya (Arina) yang meng-handle urusan vocal. Tapi kali ini Mondo punya sentuhan lain, chord yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Ditambah Mondo kan pria, dan anggota Mocca yang lain semua pria, biasanya saya cari layer atau range untuk backing vocal untuk wanita. Tapi sekarang backing vocal-nya anak-anak ini--sambil menunjuk personel lainnya-- pada ikut nyanyi. Kombinasinya nggak biasa aja kayak yang dulu-dulu. "Ada beberapa note yang kita pun nggak kepikiran," Riko menambahkan.

Mocca saat interview di Stage Bus Jazz Tour 2019 – Bandung

Nah, di lagu yang mana perbedaan tersebut?

Ada banyak. "Seharusnya", "Tanda Tanya", terus "Teman Sejati" juga brass nya beda. Dan lagu "Ketika Semua Telah Berakhir" adalah lagu yang pelan, biasanya kita tidak memasukan flute & piano. Ini dimasukkin malah bagus banget. "Apalagi yang main piano Gardika Gigih kan, dia emosinya dapet banget, sampe kita bandingin mentahan sama ketika dia main pianonya jauh banget, jadi naik level berkali-kali lipat dan jadi menyentuh sekali," Arina bercerita.

Lagu mana di album "Lima" yang paling berkesan proses pembuatannya?

"Lo 'Tanda Tanya' kan?" Tunjuk Arina ke Indra Massad sang drummer. "iya, karena tempo-nya cepet dan belum pasti menentukkan pake stick brush atau solid, nyoba beberapa kali akhirnya mutusin pake stick brush. Dan saya ngga terbiasa pakai stick brush dengan tempo yang segitu".

"Kalau saya sih 'Teman Sejati' karena lagunya sudah personal banget buat saya, terus ada sentuhan yang lain, jadi ada impact-nya besar, dan maknanya jadi meluas"

Cover album "Lima" playful banget, mulai dari warna sampai karakter. Karya siapa dan apa arti dari ilustrasi tersebut?

Itu karyanya Alvin, mahasiswa ITB. Pas liat di Instagram kayaknya cocok nih untuk album yang baru. Akhirnya setelah ngobrol-ngobrol keluarlah tokoh Matahari & Bulan yang didasari dari lagu "Aku & Kamu". Semua ilustrasi cover tersebut adalah penerjemahan lagu-lagunya. Terus ada binatang-binatang khas Indonesia, karena kita menggunakan bahasa Indonesia semua. Dan perahu kertas tersebut meninggalkan sebuah rumah, ceritanya meninggalkan album "Home" kemarin, menandakan kita terus melaju.

Apa sih yang Mocca ingin sampaikan pada album "Lima" ini?

Mocca bikin ini sebagai potret zaman. Karena pas banget saat itu keadaan Indonesia lagi kurang kondusif, banyaknya konflik dan panas. Tema album yang gloomy, kebetulan sama seperti yang terjadi kala itu. Meskipun liriknya nggak gamblang membicarakan hal tersebut.

Keluar dari album "Lima", Mocca sering sekali cover lagu "Hyperballad" - Bjork, kenapa kalian memilih lagu tersebut?

Sebenarnya itu kejadiannya saat Mocca masih ada di album pertama yang "My Diary", job berdatangan dan durasi yang diminta panitia lebih lama dari lagu-lagu kita. Kehabisan materi, jalan tengahnya jadi harus meng-cover lagu. Dan kebetulan Indra & Toma lagi dengerin lagu Bjork, munculah ide untuk cover salah satu lagunya. Pas dengerin kayaknya lagu "Hyperballad" lumayan ada potensi untuk diaransemen ulang dan memasukkan ciri khas Mocca dibandingkan lagu yang lain terlalu eksperimental. Akhirnya keterusan deh..

Kalau kalian disuruh memilih untuk cover salah satu lagu band Indonesia, pilih siapa?

Naif. Bisa dibilang Mocca ada gara-gara Naif. Karena pas zaman kuliah dulu di televisi yang lagi diputer tu Naif terus. Dan mendengar musik Naif, seperti ada harapan. Ternyata musik nggak se-industri itu. Jadi kita bisa nih, datang dengan ciri khasnya sendiri dan masih didengar. Naif cukup inspiring banget untuk Mocca.