Trending

Nadiem Makarim Sukses Sebagai Pendiri dan Pemilik Gojek

Urbaners, Nadiem Makarim merupakan pendiri Gojek yang sukses merevolusi industri transportasi khas Indonesia, ojek. Memanfaatkan kecanggihan teknologi mobile, Nadiem sukses membangun sebuah layanan jasa ojek berbasis online. Selain itu, ada juga beragam fitur lain yang ditawarkan Gojek, seperti pengiriman barang, pesan antar makanan, berbelanja, maupun kebutuhan hidup sehari-hari lainnya.

Gojek bisa jadi jawaban terbaik atas masalah kemacetan dan kebutuhan hidup yang serba cepat bagi penduduk di kota-kota besar. Gagasan menarik dari Nadiem ini membawa angin segar di Indonesia. Soalnya, Gojek efektif mengurangi jumlah pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat.  Kira-kira seperti apa perjuangan pemilik Gojek di awal merintis inovasi transportasi di tanah air? Yuk cari tahu!

Nadiem Makarim, Pendiri Gojek yang Sukses di Usia Muda

Sebelum memutuskan buat jadi pengusaha, pria yang lahir pada 4 Juli 1984 ini terlebih dulu bekerja dengan beberapa perusahaan lain. Tercatat Nadiem Makarim pernah bekerja di perusahaan konsultan Mckinsey & Company, ia juga sempat menduduki posisi Managing Editor Zalora Indonesia, serta sebagai Chief Innovation Officer Kartuku. Selama bekerja di tiga perusahaan tadi, Nadiem selalu menggunakan jasa ojek untuk memudahkan aktivitasnya.

Di saat yang bersamaan itu juga ia melihat bahwa ada banyak tukang ojek yang berada di pangkalan ojek harus bergiliran dengan pengemudi ojek lainnya untuk mengangkut penumpang belum lagi di kota-kota besar banyak tukang ojek yang menggunakan waktu untuk sekadar mangkal dan menunggu penumpang. Berbekal pengalaman dan pengetahuannya tersebut, barulah Nadiem terinspirasi untuk mendirikan Gojek.

Berani Resign demi Gojek!

Urbaners, walaupun sudah mendapatkan posisi yang cukup baik dalam pekerjaannya ternyata Nadiem nggak cepat merasa puas begitu saja. Jauh sebelum populer seperti sekarang, pendiri Gojek ini bahkan berani ambil keputusan buat resign dari perusahaan tempat ia bekerja. Alasannya, pria lulusan Harvard Business School ini punya tekad yang kuat buat jadi entrepreneur sejati.

Tepat di tahun 2011 perusahaan Gojek resmi didirikan oleh Nadiem Makarim. Diberi nama PT. Gojek Indonesia, perusahaan ini memiliki ide awal yang sangat sederhana, yaitu mempermudah pertemuan antara pengemudi ojek dengan calon penumpang. Solusi yang sederhana tersebut ternyata mendapat respon positif dari masyarakat Indonesia. Tak heran Gojek segera berkembang pesat setelah meluncurkan aplikasi di smartphone pada awal 2015.

Ciptakan Lapangan Kerja Padat Karya

Gojek membuka lapangan kerja baru yang padat karya. Banyak masyarakat yang tadinya nggak punya penghasilan, saat ini dapat menghasilkan pendapatan yang cukup besar dengan menjadi pengemudi Gojek. Profesi ini juga menarik perhatian generasi muda yang ingin mencari uang saku tambahan maupun para pensiunan yang masih ingin tetap produktif. Bahkan, ada juga pekerja kantoran yang memanfaatkan Gojek untuk menambah jumlah pendapatan mereka.

Nggak cuma itu, Gojek juga banyak merekrut karyawan-karyawan muda, di balik aplikasi yang sudah di-download lebih dari 13 juta kali oleh pengguna smartphone di tanah air. Sedikit menoleh ke belakang, di awal berdiri Gojek hanyalah sebuah call center yang dikerjakan oleh tim manajemen dengan jumlah orang terbatas.

Saat itu, sistem pemesanan Gojek juga masih terbilang sangat sederhana. Dimana lo harus memesan layanan ojek melalui call center, lalu operator akan mencari driver yang terdekat. Selanjutnya, call center akan memastikan kedatangan driver dengan sistem navigasi dan koordinasi pelanggan. Baru di tahun 2014 Nadiem Makarim mengubah bentuk bisnis ini menjadi berbasis online dengan aplikasi khusus.

Punya Hampir 1000 Karyawan

Lo pasti nggak nyangka kalau Gojek sudah menjadi tempat pencarian nafkah bagi hampir 1.000 orang karyawannya. Tercatat ada sekitar 300 ribu orang pengemudi atau biasa dipanggil driver Gojek telah meroda di jalanan. Layanan ojek online ini juga telah beroperasi di 50 kota di Indonesia, seperti Jabodetabek, Bali, Surabaya, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Medan, Makassar, Palembang, Balikpapan, dan akan terus bertambah setiap bulannya.

Dulunya, sang pendiri Gojek, Nadiem Makarim hanya mengedepankan layanan jasa antar jemput pada jam sibuk dan hari kerja. Saat itu rata-rata setiap pengemudi Gojek hanya mendapat tiga sampai empat kali pesanan. Setelah perusahaan ini mengembangkan layanan dan beroperasi setiap hari 24 jam, termasuk hari libur, rata-rata pesanan Gojek meningkat hingga empat sampai delapan pesanan per driver Gojek setiap harinya, Urbaners!

Ditiru Para Perintis Startup

Hidup di negara yang sedang berkembang, urusan contek-mencontek mungkin bukan lagi hal yang baru buat lo. Faktanya hal ini juga dialami oleh Gojek yang sistemnya banyak ditiru oleh para perintis bisnis startup lainnya di Indonesia. Ada enam aplikasi serupa yang membuat layanan jasa ojek serupa Gojek. Perbedaan hanya terletak pada tarif awal dan per kilometer berikutnya.

Namun demikian, sebagai pemilik Gojek, Nadiem nggak mau ambil pusing. Baginya, para pengusaha muda kreatif pembuat aplikasi serupa Gojek bukanlah kompetitor yang harus dikalahkan, ditakuti, atau bahkan ditaklukkan. Ia justru senang jika ada banyak anak bangsa yang mengikuti jejak suksesnya sehingga Indonesia bisa pelan-pelan terlepas dari kompetisi dengan produk impor.

Jangan Gampang Puas!

Kunci sukses Nadiem Makarim terletak pada inovasi yang terus ia lakukan. Sekalipun Gojek sudah terbilang cukup sukses dan ditiru banyak pemula startup, lo bisa lihat sendiri jika aplikasi Gojek selalu memberi pembaruan yang terbaik. Mulai dari segi tampilan, kualitas layanan, hingga kemunculan fitur-fitur menarik yang semakin memudahkan kebutuhan lo sehari-hari. Mulai dari fitur chat dengan driver Gojek, go-pay, go-bills, hingga go-tix.

Pembaruan-pembaruan ini menjadi bukti nyata kalau pemilik Gojek terus ingin memberikan layanan yang terbaik untuk seluruh pelanggan setianya. Semakin ditiru oleh kompetitor, bukan berati lo harus kepanasan jenggot untuk mengalahkan atau merasa takut. Sebaliknya, lo harus buktikan kepada konsumen kalau apapun bentuknya bisnis lo selalu menjadi yang terdepan dalam berinovasi.

Dapat Perlawanan dari Ojek dan Taksi Konvensional

Pendiri Gojek, Nadiem Makarim sudah pasti peka terhadap perlawanan yang bakal diberikan oleh pengemudi ojek dan taksi konvensional di Indonesia. Jauh sebelum layanan transportasi online dibentuk, ternyata hal tersebut sudah pernah diprediksi oleh pihak manajemen Gojek. Namun saat itu mereka nggak menyangka jika Gojek bisa bertumbuh pesat dalam kurun waktu yang terbilang cukup singkat.

Meskipun demikian, perusahaan ojek online ini nggak takut menghadapi perlawanan tersebut. Sebaliknya, Nadiem justru menilai bahwa hal tersebut menjadi tanda yang baik bagi pertumbuhan perusahaan transportasinya. Berbagai upaya diplomasi sudah dilakukan agar driver Gojek bisa mengemudi dengan tenang tanpa takut ancaman dari pihak-pihak tertentu. Meski alot, akhirnya toh Gojek menemukan titik terang.

Sesuai dengan kesepakatan, pengemudi Gojek dilarang untuk mengangkut penumpang dari dalam Stasiun, Terminal, ataupun Bandara. Tiga wilayah tersebut menjadi teritori bagi ojek dan taksi konvensional. Sebaliknya, driver Gojek hanya boleh mengangkut penumpang ke destinasi-destinasi tersebut. Meski nggak dibuat secara tertulis, aturan lisan ini sudah disepakati oleh masing-masing pihak yang bersangkutan.

Dapat Suntikan Dana dari Beberapa Raksasa Investor

Di tengah menghadapi perlawanan dengan driver ojek dan taksi konvensional, popularitas Gojek justru semakin dikenal dan mencuri perhatian dunia. Sejak Agustus 2016, sejumlah investor asing dilaporkan sudah menyuntikkan dana sebesar Rp 7,2 triliun untuk perusahaan Gojek ini. Tercatat angka tersebut didapat dari beberapa raksasa investor dunia yang terdiri dari KKR, Warburg Pincus, Farallon Capital, dan Capital Group Markets.

Nggak berhenti sampai disitu saja. Di tahun berikutnya, dua perusahaan besar asal China, Tencent dan JD.com juga memberikan dana yang cukup besar bagi Gojek. Masing-masing perusahaan tersebut berinvestasi sebesar Rp2 triliun dan Rp1,3 triliun dalam waktu yang hampir bersamaan. Inilah yang membuat Gojek terus kokoh berdiri meski ada banyak startup baru yang bermunculan dengan layanan serupa dengan miliknya.

Kekayaan Nadiem Makarim juga diprediksi meningkat drastis di tahun 2018 ini. Pasalnya, Google bersama Temasek Holding bersama-sama menggelontorkan dana segar senilai Rp16 triliun. Ditambah dengan investasi yang dilakukan oleh PT Astra International Tbk. sebesar Rp2 triliun nilai valuasi Gojek semakin meningkat drastis. Gojek diperkirakan memiliki nilai valuasi mencapai $4 miliar atau setara Rp53 triliun, Urbaners!

Ditolak Jadi Moda Transportasi Umum oleh Pemerintah

Urbaners, meskipun sudah membantu negara dalam menarik investor asing, ternyata Gojek belum juga mendapatkan izin resmi dari pemerintah. Mahkamah Konstitusi (MK) telah menolak untuk melegalkan ojek online sebagai alat transportasi umum atau angkutan umum di Indonesia. Putusan ini diambil oleh MK terhadap uji materi perkara Nomor 41/PUU-XVI/2018 yang diajukan oleh para pengemudi ojek online beberapa waktu yang lalu.

Nadiem Makarim selaku pemilik Gojek mengaku kalau dirinya menerima dan menghargai apa yang sudah menjadi keputusan MK. Namun, ia belum menyerah untuk tetap mempertahankan startup yang telah membesarkan namanya dan menjadi sandaran bagi ribuan karyawan dan ratusan pengemudi Gojek di dalamnya. Nadiem percaya jika sentuhan teknologi bisa membuat perubahan bagi masyarakat Indonesia.

Merintis usaha dari nol sudah pasti bukan hal yang mudah, Urbaners. Pendiri Gojek yang merupakan lulusan universitas bergengsi di Eropa ini bahkan mengalami kesulitan. Bahkan setelah sukses mencuri perhatian dunia dan mengantongi sejumlah keuntungan, Nadiem masih harus menghadapi sulitnya perijinan transportasi online di Indonesia. Kisah jatuh bangun pemilik Gojek ini pastinya bisa memberi inspirasi tersendiri buat lo.

Pastikan sebelum memulai bisnis lo bisa melihat peluang yang ada. Peka terhadap lingkungan sekitar sehingga lo bisa membaca apa yang menjadi masalah di lingkungan tersebut. Bagi Nadiem, bisnis itu nggak bisa dibangun kalau nggak ada masalah yang harus diatasi. Selain itu, lo juga harus berani untuk berinovasi dalam menciptakan bisnis yang lebih punya daya tarik dikalangan masyarakat dan juga investor.

Itulah tadi kisah sukses pendiri Gojek, Nadiem Makarim di usianya yang masih tergolong cukup mudah. Tertarik buat mengikuti jejak sukses berbisnis seperti pemilik Gojek ini? Sebaiknya pilih bidang bisnis yang belum menjamur di Indonesia. Jadi berbeda itu nggak dosa kok, lo justru bisa jadi trendsetter bagi para entrepreneur muda lainnya. Gimana menurut pendapat lo?

 

 

 

Source: techinasia.com
finansialku.com
republika.co.id