Inspiring People
Kamis, 19 Agustus 2021

Bahas Peran Merchandise Bagi Musisi Bareng Decky Arrizal dan Yongki Perdana

  • Share
  • fb-share
Bahas Peran Merchandise Bagi Musisi Bareng Decky Arrizal dan Yongki Perdana

Mungkin buat lo nama Decky Arrizal dan Yongki Perdana banyak yang belum tau, tapi kalo kita ngobrolin soal Berita Angkasa dan Quickening, mereka lah dua pentolan dari entitas di industri musik Indonesia tersebut. Decky adalah Head of Merch dari record label Berita Angkasa, dan Yongki adalah pemilik dari toko merchandise terbesar di Indonesia, Quickening.

Merchandise adalah salah satu hal yang tak bisa dipisahkan dari industri musik, apalagi menurut survey, merchandise menjadi sumber 30%-35% dari total penghasilan musisi. Mau gak mau kini musisi memang harus mulai serius ngejalani departemen merchandise buat kelanjutan karirnya. 

Merchandise adalah berbagai bentuk fisik yang bisa dibeli dari sebuah band atau musisi. Apapun bentuknya dari mulai CD, vinyl, kaset, hingga kaos dan berbagai bentuk rilisan fisik di bawah sebuah band bisa disebut merchandise.” jelas Decky dan Yongki menyamakan persepsi mengenai definisi dari merchandise.

Yongki memulai perjalanan karirnya di dunia merchandise dari kamar kontrakannya di Bandung sejak tahun 2005, sampai akhirnya Quickening memiliki toko pada tahun 2007. Setelah itu nama Quickening memang jadi salah satu tujuan para penggila merchandise baik dari musisi lokal maupun internasional hingga saat ini. Sedangkan Berita Angkasa menjadi salah satu record label lokal yang menjadi rumah bagi beberapa musisi lokal seperti Kelompok Penerbang Roket, Jangar, Kurosuke, Morad, dan beberapa nama lainnya.

Keduanya memulai fokus terhadap roda-roda ekonomi merchandise dari kecintaan mereka terhadap dunia musik. Yongki mengaku album Dookie dari Green Day menjadi awal kecintaan dia ke musik, sedangkan Decky mulai jatuh cinta pada musik berawal dari tahun 2006 menonton sebuah gigs bertajuk United Seven di Yogyakarta, berisi band-band semacam The Brandals, Pure Saturday, C'mon Lennon, band noise rock Jogja bernama Seek Six Sick. “Sejak saat ini benar-benar bikin gue ngulik band-nya dan lanjut ke merchandise mereka. “

Mereka pun punya jawaban yang berbeda ketika ditanya soal merchandise pertama yang mereka miliki;

(Y) Gue inget banget pertama kali beli merchandise itu kaos Green Day ber merk C59, yang baru gue sadari itupun ternyata adalah kaos bootleg, karena di saat itu memang akses untuk merchandise official masih sangat susah. Salah satu album pertama yang gue beli juga adalah album Definitely Maybe dari Oasis, tapi rilisan Arab Saudi, bahkan lagu “Cigarettes and Alcohol” mereka pun menjadi album “Cigarettes” karena kata Alcohol nya kena sensor. Juga kaos dari album soundtrack Trainspotting yang kena sensor juga karena rilisan Arab Saudi.”

(D) “Merchandise pertama gue mungkin adalah kaos band noise rock Jogja bernama Seek Six Sick yang gue beli persis setelah gue nonton mereka di gig tersebut. Salah satu favorit gue juga adalah kaos The Brandals keluaran Aksara Records yang masih gue simpen sampai sekarang.”

Menurut Yongki, merchandise punya dua nilai penting, yaitu ‘money’ dan ‘historical’, bagi Yongki sendiri salah satu merchandise miliknya yang punya dua nilai tersebut adalah kaos album Mellon Collie dan Adore dari Smashing Pumpkins.

(Y) “Dulu salah satu patokan gue bikin Quickening, karena gue kuliah di Bandung, dulu ada nama distro namanya Reverse dan Mosi. Karena gue rasa mereka keren, sejak saat itu gue kepikiran untuk membangun Quickening. Start dari kamar kontrakan gue di Bandung pada 2005, punya toko di Bandung pada 2007, dan pindah ke toko Jakarta pada 2010.”

Berlanjut ke Decky, sebelum di Berita Angkasa, Decky sempat bekerja untuk sebuah media musik lokal, Rolling Stone, dan ketika akhirnya Rolling Stone harus bubar, tak sulit untuk Decky membangun Berita Angkasa. “Networking yang gue bangun sejak bekerja di Rolling Stone sedikit banyak membantu gue membangun Berita Angkasa.”

Sedangkan Yongki juga mengalami masa adaptasi karena Quickening harus hijrah dari Bandung ke Jakarta. “Gue berpikir secara logis aja, populasi Jakarta jauh lebih besar dari Bandung, jadi seharusnya market di Jakarta lebih besar dari Bandung. Dan gue setuju sama Decky soal networking, karena gue buka Quickening di Jakarta juga karena jalinan pertemanan.”

Decky dan Yongki juga sempat menjawab beberapa pertanyaan dari kolom komentar, salah satu pertanyaan yang dilempar adalah “Merchandise apa yang paling memorable yang pernah kalian jual?”

(Y) “Gue sempet punya kaos Minor Threat yang waktu itu harus gue tukar dengan kaos Oasis karena kaos gue sendiri udah ga muat di gue, jadi dengan berat hati memang harus gue tuker. Gue suka banget sama Minor Threat tapi oasis juga adalah band yang menemani masa remaja gue.”

(D)Kalo gue yang paling memorable adalah momen ketika kita buka booth di panggung luar kota, yang paling seru justru kalau ada sosok yang menurut lo ga expect dia bakal dengerin Kelompok Penerbang Roket, kaya misal waktu itu ada bapak-bapak yang ngeborong CD, kaos, segala macam sampe hampir sejuta dia belanja. Waktu gue tanya pun bapak itu emang dengerin Kelompok Penerbang Roket dari anaknya. Momen kaya gitu justru yang seru banget.

Masih ada banyak keseruan obrolan dari Decky Arrizal dan Yongki Perdana yang juga menjawab beberapa pertanyaan kalian di kolom komentar. Jangan ketinggalan MLDPODCAST kali ini di Youtube channel Decky Arrizal & Yongki Perdana Bahas Peran Merchandise Bagi Musisi dan Distributor | MLDPODCAST #58 atau dengerin juga versi audio di https://open.spotify.com/episode/26DoHwAxMiRrC460O0gFMw?si=95ca873c05a549a3 

 

Comments
Agus samanto
memoriabel banget
Theo
bs jd sumber cuan tambahan