Inspiring Places
Selasa, 04 Februari 2020

Ruang MES 56: Ruang Kreatif Alternatif untuk Belajar Fotografi Kontemporer di Jogja

  • Share
  • fb-share
Ruang MES 56: Ruang Kreatif Alternatif untuk Belajar Fotografi Kontemporer di Jogja

Ruang alternatif untuk mendukung perkembangan proses kreatif semakin banyak bermunculan dalam satu dekade terakhir. Nggak hanya di kota-kota seperti Jakarta dan Bandung, Jogja juga turut menandai tren tersebut. Upaya menyediakan kesempatan dan fasilitas bagi para seniman melalui ruang kreatif alternatif itu pun seakan mengukuhkan posisi Jogja sebagai Kota Seni dan Pelajar di Indonesia.

Menariknya lagi, jauh sebelum menjamurnya ruang kreatif alternatif seperti yang kita tahu sekarang ini, Jogja ternyata sudah punya yang namanya Ruang MES 56. Berdiri pada tahun 1994, Ruang MES 56 menjadi wadah untuk berjejaring, berkarya, dan saling bertukar ide kreatif, khususnya bagi para seniman fotografi kontemporer.

Awalnya, Ruang MES 56 hanya berupa kontrakan yang menjadi tempat nongkrong dan nugas para mahasiswa Program Studi Fotografi angkatan 94-96 Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Sederet seniman lokal yang ada di baliknya antara lain Agung Nugroho Widhi, Akiq AW, Anang Saptoto, Angki Purbandono, Daniel Satria Koestoro, Dessy Sahara Angelina, Edwin ‘Dolly’ Roseno, Eko Bhirowo, Jim Allen Abel, Wimo Ambala Bayang, hingga Woto Wibowo alias Wok the Rock.

Hingga sekarang, terhitung sudah empat kali markas Ruang MES 56 berpindah tempat. Meski begitu, kolektif ini tetap menjadi tempat berkumpul para seniman dari berbagai latar belakang dan terus menggunakan embel-embel 56 dari nomor kontrakan lamanya. “Lalu kami berkembang mengadakan workshop, diskusi, dan pameran,” tambah Wok the Rock, yang juga merupakan Direktur Ruang MES 56.

Beberapa orang sedang menyaksikan sebuah gambar di ruang gelap

 

Mengembangkan Fotografi dan Seni Kontemporer Secara Beririsan

Sejak resmi menjadi organisasi atau lembaga nonprofit pada tahun 2002, Ruang MES 56 kini menjadi kolektif yang mengelola sebuah rumah dengan studio karya, kelas belajar, hingga ruang bermain di dalamnya. Fokusnya masih sama, yakni pada pengembangan fotografi dan seni kontemporer yang berkaitan dengan bidang ilmu lainnya secara kritis dan kontekstual. Tujuannya nggak lain dan nggak bukan untuk mewujudkan masyarakat yang lebih terbuka, kreatif, dan mandiri.

Secara khusus, Ruang MES 56 memilih sudut pandang kontemporer sebagai pendekatan proses fotografinya karena mereka melihat fotografi lebih dari sekadar praktik. Di Ruang MES 56, para anggotanya meng-highlight subject matter. Dengan kata lain, mereka berusaha memahami persoalan atau nilai-nilai konseptual di balik setiap objek foto.

Gimana, makin penasaran nggak nih sama program-programnya Ruang MES 56, Urbaners? Secara garis besar, program yang ada di Ruang MES 56 dibuat berdasarkan prioritas para anggotanya. Siapa saja bisa ikutan bikin program atau event, nggak ada syarat tertentu. “Cuma memang harus diskusi dulu dengan tim Ruang MES 56, apakah sejalan dengan visi misi Ruang MES 56,” jelas Wok the Rock.

Spot dari Ruang MES 56 dengan tembok bertuliskan “Keren Dan Beken”

Keterangan: Spot dari Ruang MES 56 dengan tembok bertuliskan “Keren Dan Beken”

Yang rutin berjalan, Ruang MES 56 punya program-program seperti Afdruk 56, Cafe Society, Lab Sejarah, Blow Up!, Toko 56, Jurnal 56, dan Jalur 56. Di luar itu, mereka juga sering mengikuti beragam kegiatan seni di tingkat regional maupun internasional. Contohnya adalah Indonesian Zone First 3 Sec. di Nuans OffSpace Dusseldorf (2006), City to City di Lembaga Indonesia Prancis Yogyakarta (2007), dan Kompilasi: A Survey of Indonesian Contemporary Art di BUS Gallery Melbourne (2009).

FYI, untuk pendanaan program dan kegiatan lainnya Ruang MES 56, biasanya berasal dari dana pribadi atau donatur. Tahun lalu misalnya, mereka mendapat sumbangan sebesar Rp1 M dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) karena prestasi dan program kegiatannya.

Last but not least, pada tahun 2015 Ruang MES 56 telah merangkum pula perjalanan mereka dalam buku “Cerita Sebuah Ruang. Menghidupi Ekspektasi: Membaca Fotografi Kontemporer Indonesia Melalui Praktik Ruang MES 56”. Melalui buku tersebut, mereka melakukan semacam self critics atas kiprah mereka selama lebih dari 10 tahun terakhir pada saat itu. Enam penulis diiajak untuk memberikan pandangannya atas sepak terjang Ruang MES 56 dari perspektif masing-masing.

Nah, buat lo yang mau ikut ‘ketularan’ semangat kolektif seniman Ruang MES 56, lo bisa simak obrolan kami dan Wok the Rock lebih lanjut di YouTube Channel MLDSPOT TV. Tonton MLDSPOT TV Season 5 episode 12 dengan tema “Photography & Beyond”, don’t forget to subscribe, and get yourself inspired!

Comments
Linda NM
inspiratif
Een nuraeni
Keren bngttt