Trending
Senin, 09 September 2019

Cerita Semandtik Indonesia Jaga Budaya Batik Artisan Tuban

  • Share
  • fb-share
Cerita Semandtik Indonesia Jaga Budaya Batik Artisan Tuban

Batik kini sudah menjadi identitas yang nggak bisa dilepaskan dari warisan budaya Indonesia. Salah satu brand batik yang patut lo kenali adalah Semandtik Indonesia, Urbaners. Berasal dari Tuban, Semandtik menjunjung citra batik Tuban dengan konsep yang lebih kekinian dan fashionable.

Desain-desainnya simple tapi tetap punya cerita yang menarik. Misalnya saja, motif jati yang menunjukkan kedewasaan ataupun tandur (padi) yang melambangkan tumbuh dengan produktif. Nggak hanya kekinian dalam hal desain, keunggulan Semandtik Indonesia adalah semangatnya dalam melestarikan budaya batik artisan yang patut lo apresiasi. Simak ceritanya di sini deh!

 

Bikin Jatuh Cinta pada Batik Artisan Tuban

Indonesia memang dikenal dengan kain batiknya yang cantik dan sarat filosofis. Hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki kain batik yang erat dengan sentuhan lokalitasnya. Mungkin, daerah yang dikenal sebagai penghasil batik utama di Indonesia adalah Jogjakarta. Kini, lo bisa melihat kreasi batik Tuban yang nggak kalah cakep, Urbaners.

Biasanya, batik Tuban dikenal dengan jalinan motif yang rumit dengan warna-warna yang gelap. Tapi, motif-motif yang old school ini nggak akan lo temukan di Semandtik Indonesia. Brand batik artisan Tuban ini malah mengusung tema lebih kekinian untuk batiknya. Warnanya masih cenderung gelap namun lebih bold dan modern. Motifnya juga nggak menumpuk di seluruh kain, sehingga aman untuk dikenakan di berbagai acara.

“Motif batik di Semandtik Indonesia lebih kontemporer dan simple, sehingga bisa digunakan untuk ngopi sampai nonton konser,” cerita Firman Subekti, founder sekaligus Managing Director dari Semandtik Indonesia. Semandtik Indonesia berdiri sejak Maret 2018 lalu. Namun, visinya bukan hanya sekadar mencari keuntungan komersil. Lebih dari itu, mereka ingin mengejar social impact kepada artisan batik dengan melestarikan budaya batik di Tuban.

Bukan rahasia lagi kalau banyak artisan batik yang nggak dihargai sesuai dengan produksi yang diberikannya. Penghasil batik sering diberikan upah minimal, padahal, untuk membuat satu kain batik dibutuhkan waktu berminggu-minggu. Upah yang nggak layak ini menjadi salah satu yang diperjuangkan oleh Firman dan tim dari Semandtik Indonesia kepada artisan batiknya sendiri.

Proses membatik bisa menghabiskan waktu berminggu-minggu, makanya jangan heran kalau harga batik tulis lebih mahal, Urbaners!

“Gue dan teman-teman di Semandtik Indonesia menaikkan upah artisan batik kami sebesar 30% dari rata-rata yang diberikan oleh pengusaha batik lainnya,” jelas Firman. Pun, Semandtik Indonesia tidak memproduksi batik secara massal, melainkan terbatas. Selain supaya nggak mubazir, tentunya ini dilakukan supaya para artisan nggak bekerja di jam yang melebihi kewajaran.

 

Modernisasi Motif Batik

Semandtik Indonesia sengaja mengusung tema kekinian dan tidak njelimet pada motif-motif batiknya, karena sasaran utama mereka adalah anak muda. Sebagian anak muda di Indonesia masih menganggap batik terkesan jadul dan tua. Imej inilah yang ingin diubah oleh Firman, supaya batik bisa lebih diterima oleh semua kalangan.

“Bukan berarti gue dan teman-teman di Semandtik Indonesia nggak menghargai motif yang sudah ada, tapi kami nggak ingin mengganggu pasar yang sudah ada dan justru ingin membuka peluang baru,” jelas Firman.

Motif padi pada kain jarik yang dibuat secara handmade

Supaya bisa menggaet anak-anak muda dengan efektif, Semandtik Indonesia selalu mengeluarkan rangkaian motif untuk setiap series yang diluncurkan. Seperti dalam Urip series, ada beberapa motif yang masuk dalam seri tersebut yaitu kapas, tandur, rambat, segoro, dan jati. Masing-masing motif ini punya makna yang dalam tentang kehidupan. Seperti segoro yang dimaknai pada komitmen dalam kehidupan, jati bercerita tentang kedewasaan, sedangkan tandur adalah tumbuh dengan produktif.

Sedangkan untuk Becik series, inspirasinya dari burung merpati yang dulunya digunakan untuk menyampaikan pesan/berita. Sejatinya ini menunjukkan bahwasanya lo boleh saja open minded tapi nggak boleh kehilangan prinsip.

 

Menyasar Pasar Eropa

Desain batik Semandtik Indonesia lebih kreatif dan “bebas”. Mereka nggak hanya memproduksi kemeja, tetapi juga ada scarf, bahkan bed cover! Produksi yang beragam ini mereka sesuaikan dengan pasar. Oleh karena itu, beberapa produk seperti bed cover hanya bisa dijumpai di pasar Eropa.

Ya! Semandtik Indonesia sudah melebarkan sayap sampai ke Eropa, Urbaners! Sejak April 2019 lalu, Semandtik memulai kerja sama bisnis di Prancis bersama komunitas entrepreneur di sana. Sekarang ini, mereka sedang dalam masa penjajakan untuk masuk ke korporasinya. “Ada kemungkinan batik Semandtik Indonesia akan digunakan sebagai seragam kantor di sana,” tambah Firman dengan semangat.

Desain dan motif di Indonesia berbeda dengan pasar Eropa

Kenapa akhirnya desain bed cover dan scarf menjadi lebih laku di pasar Eropa? Menurut Firman, setiap pasar punya kebudayaan yang berbeda, sehingga menyebabkan perbedaan desain antara pasar Indonesia dan Eropa. Nggak hanya desain, warna batik yang dipasarkan di Eropa juga cenderung cerah. Setelah Prancis, rencananya Melbourne akan menjadi target pasar Semandtik selanjutnya.

Untuk saat ini, Semandtik Indonesia masih menggunakan platform online untuk memasarkan produknya, baik untuk Indonesia maupun pasar Eropa. Platform ini menjanjikan kemudahan transaksi, scope yang luas, serta biaya yang lebih efisien.  Namun begitu, Semandtik bisa saja eksis secara offline bila mereka bertemu dengan partner yang mengusung visi dan misi mereka: social enterprise dan sustainable fashion.

 

Tentang Sustainable Fashion

Buat Semandtik Indonesia, berbisnis nggak hanya melulu tentang profit, tapi juga dampaknya pada lingkungan sosial. Selain memberikan perhatian lebih kepada hak para artisan batiknya, Semandtik Indonesia juga memerhatikan konsep eco-living dalam setiap pengolahan produk.

“Kami menggunakan kain katun asli dan malam yang natural dari pohon dan beeswax. Dalam proses colouring, kami juga menghindari chemical sehingga pewarnaannya memang lebih alami, dan nggak berbahaya bagi lingkungan,” kata Firman.

Ia mengaku, menerapkan sustainable fashion bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan, terutama di Indonesia. Para artisan Tuban kebanyakan sudah sepuh dan masih menggunakan konsep dan prinsip yang lama. Namun, pelan-pelan kebiasaan lama ini diharapkan bisa tergantikan 100% dengan teknik yang lebih “hijau”.

Semandtik Indonesia terbilang masih sangat baru, namun bisnis batik ini akan berkembang pesat di masa yang akan datang. Dengan misi sosial dan desain kerennya, produk ini harus banget lo dukung, Urbaners!

 

Comments
Linda NM
Keren sekali
Theo
Mantap bro