Trending
Sabtu, 26 Oktober 2019

Mengenal Fellexandro Ruby: Creativepreneur/Food Photographer

  • Share
  • fb-share
Mengenal Fellexandro Ruby: Creativepreneur/Food Photographer

Menemukan passion dan karier yang sejalan dengan keinginan memang gampang-gampang susah, Urbaners. Sama halnya seperti yang dirasakan oleh Fellexandro Ruby, di mana ia harus melewati sembilan pekerjaan untuk bisa dibuat sreg dengan karier yang diharapkannya. Pria yang biasa dipanggil Ruby ini mengaku bahwa dirinya termasuk pribadi yang eksperimental. Namun, bukan berarti tiap keputusan dibuat tanpa pertimbangan matang. Setiap langkah yang diambilnya sudah dipetakan terlebih dahulu sebelum beraksi pada momen yang tepat!

Bekerja sebagai karyawan kantoran pun sempat dirasakannya, tapi sisi entrepreneurial Ruby mendorongnya untuk bekerja sendiri tanpa perlu menganut sistem 9-to-5. Dari berbagai pengalaman yang telah dirasakannya, Fellexandro Ruby kini banyak berbagi inspirasi dan kisah agar muda-mudi di Indonesia bisa lebih cepat melalui masa unstable dan fokus untuk berkarya.

 

Perjalanan dalam Menemukan Passion

Ruby memilih bekerja sendiri karena dapat membuatnya lebih leluasa dalam mengatur waktu agar lebih produktif

Sembilan pekerjaan. Tentu ini bukan angka yang sedikit dan di belakangnya pun terdapat proses yang panjang. Dalam mengambil keputusan menjajal berbagai pekerjaan tersebut, Ruby mengaku ingin membuat pekerjaan yang sempurna versi dirinya sendiri. Proses mencari perfect job ala Ruby ini dilandasi dengan konsep asal Jepang bernama ikigai. Ruby menyederhanakan istilah ikigai sebagai proses mencari passion dalam kehidupan, termasuk soal pekerjaan.

“Saya akhirnya (memilih) lebih baik untuk bereksperimen. Mencoba dalam kurun waktu yang saya tetapkan hingga bisa mengeliminasi hal-hal yang saya tertarik dan ternyata nggak cocok pada jalannya. Sehingga apa? Tiga, empat, lima tahun sesudahnya saya sudah nggak ada rasa penasaran lagi. Saya sudah nyobain,” jelas Ruby yang menilai proses perpindahan kerja itu menguatkan passion yang dimiliki dan membuatnya menghargai hasil keringatnya.

Awalnya, Ruby sempat bekerja sekian tahun di industri alat berat lalu berpindah sebagai product manager pada aplikasi makanan. Namun, ia merasa nggak cocok dengan budaya kantoran. Akhirnya ia pun mencoba membangun usaha sendiri. Dari membuat event organizer, mencoba jadi musisi, sampai akhirnya blogger dan fotografer yang merupakan jalannya dalam membesarkan namanya di industri food and beverage.

 

Memilih Dikenal Sebagai Businessman

Fokus pada satu bidang menjadi kunci untuk Ruby yang senang bereksperimen pada pekerjaannya

Nama Ruby di industri makanan dan minuman nggak perlu ditanya lagi. Lewat blog bernama Wanderbites, pria berkacamata ini unjuk gigi kemampuannya dalam bercerita dan mengambil gambar soal makanan. Langkah demi langkah dijejaki Ruby sebagai food storyteller yang membuatnya kian dekat menggapai visi dan mimpinya, termasuk saat mengembangkan bisnis dalam membuat digital agency yang fokus di industri food and beverage.

“Saya step up untuk mengambil challenge yang lebih besar. Membawa skill yang saya tahu dan miliki ke ranah yang lebih besar. Sekarang saya melihat diri sendiri sebagai businessman, tapi masih melakukan dan mengajarkan tim soal food storytelling. At the same time, apa yang saya bangun lewat food storytelling tersebut akhirnya saya gunakan ke bisnis-bisnis yang lain,” jelas Ruby yang mengaku transisi Wanderbites menjadi digital agency sangat smooth dan organik.

Ruby mengembangkan blognya menjadi agensi karena melihat kesempatan dari shifting market dalam penggunaan media sosial. Cerdik dalam memanfaatkan kesempatan tersebut pun berbuah manis. Dari Sariwangi, Kecap Bango, Indomie, Chitato, Fitbar, Harvest Cakes, Common Grounds, sampai Bake Cheese Tart asal Osaka memercayakan Ruby serta agensinya sebagai digital strategist untuk produk makanan dan minumannya.

 

Berbagi Pandangan di Berbagai Medium

Ruby berbagi pengalaman karena mau mendorong dan menginspirasi generasi milenial di Indonesia yang nantinya akan jadi agen penerus bangsa

Belum kenyang menjalani karier sebagai food storyteller lewat blog dan agensinya, Ruby pun mencoba melebarkan medium berbagi padangannya lewat podcast Thirty Days of Lunch. Menggandeng Ario Pratomo, Ruby memakai medium itu untuk mengundang narasumber dengan beragam latar belakang. Dari Najwa Shihab, Gary Vee, Achmad Zaky, dan masih banyak narasumber menarik lainnya pernah turut meramaikan podcast tersebut.

Ruby dan Ario memiliki misi yang jelas pada podcast ini. “Podcast ini punya misi yang clear banget. Paling besarnya adalah what I wish I knew when I was 20 atau hal-hal yang saya harap tahu lebih awal di hidup saya. Makanya di situ muncul topik soal keuangan, investasi, strategi bisnis, dan relationship. Saya harap sudah tahu itu dari sepuluh tahun lalu,” kata Ruby yang ingin podcast itu bisa membantu para pendengar berusia 20-an dalam mengembangkan life skills mereka.

Proses berbagi tersebut juga Ruby terapkan pada Instagram miliknya (@fellexandro). Melalui media sosial tersebut, Ruby sering sharing dengan hashtag #belajarberkaryaberbagi. Hashtag ini berisi masukan berdasarkan intisari kehidupannya. Ruby ingin menularkan semangat terus belajar sampai berhasil menguasai satu bidang. Setelah bisa menghasilkan karya pada suatu bidang, diharapkan ilmunya bisa dibagikan pada orang lain. Ruby percaya #belajarberkaryaberbagi adalah proses yang terus berulang.

 

Pentingnya Fokus dan Memiliki Prinsip

Berinteraksi secara online maupun offline memperkaya proses Ruby dalam mencari ide konten

Selain aktif sharing secara online, Ruby pun belakangan ini sering jadi pembicara pada acara offline. Ruby mengaku menikmati proses interaksi lewat kedua cara tersebut karena masing-masing punya keasyikan tersendiri. Melalui online platform, Ruby memanfaatkan fitur yang tersedia dan menyentuh audience lebih besar. Sedangkan interaksi dan respon pada acara offline Ruby jadikan energi tambahan untuk membuat konten online.

“Seringkali waktu buat konten online kita nggak bakal tahu responnya gimana, tapi kalau sudah tes secara offline, konten-konten yang berguna jadi sumber ide dan semangat. Kuncinya adalah menyeimbangi dua ini, media sosial dan offline juga harus jalan. Jadi nggak ngawang kalau bikin konten, bisa tetap membumi, dan dekat dengan audience kita,” seru pria yang belum lama ini menamatkan serial workshop dalam kurun waktu 12 minggu.

Khusus untuk workshop atau seminar, Ruby berprinsip untuk melakukannya secara berturut-turut dalam kurun waktu tertentu. Ruby merasa itu membantunya dalam mencari momentum, semangat, dan klimaks dari sesi pertemuan tersebut. Setelah serial workshop tersebut selesai, Ruby memilih untuk fokus kembali ke bisnis yang dikerjakannya.

Setelah menyibukkan diri sebagai influencer, content creator, sampai businessman, Ruby sudah menyiapkan langkah selanjutnya. Namun ia memilih untuk merahasiakannya. “Nanti pas result sudah keluar dan impact kebentuk baru diceritakan. Ibarat Joko Anwar yang sudah tahu film apa yang bakal dibikin sepanjang hidupnya, saya menerapkan hal yang sama. Akan saya release pada masa dan waktu yang sesuai,” pungkas Ruby yang lebih senang melakukan gebrakan under the radar. Sekarang jadi ada alasan untuk terus pantengin gebrakan dari Ruby kan, Urbaners?

Comments
nicolas filbert tandun
Sembilan pekerjaan aampai menemikan pasion
Fitra Abimanyu
Mantap bro