Trending
Kamis, 07 Februari 2019

Polonian: Streetwear Berkonsep Hokkien Medan

  • Share
  • fb-share
Polonian: Streetwear Berkonsep Hokkien Medan

"Local ingredients with international flavour." Itulah yang ingin diperkenalkan oleh brand Polonian. Kalau lo pergi ke Brightspot beberapa bulan lalu, pastinya cukup notice dengan brand ini. Karena nggak cuma produknya, konsep pop-up yang disajikan juga sangat menarik perhatian. Fokus pada kultur  Hokkien Medan, sang owner yakni Jan Darmadi dan Teddy Aang, mereka memang memiliki tujuan tersendiri dibalik produk Polonian, Urbaners!

Polonian: Streetwear Berkonsep Hokkien Medan

 

Representation of Hokkien Medan

Kalau lo melihat koleksi dari Polonian, pasti kata-kata yang ada di t-shirt mereka cukup familiar, seperti Lihai, Kepo, Kangtao, Cabo. Kata-kata yang sudah cukup sering digunakan dalam bahasa sehari-hari ini ternyata merupakan bahasa serapan dari Hokkien Medan. Nah, inilah yang memang mau diangkat oleh Polonian. Jadi sebenarnya orang-orang sudah aware dengan bahasa tersebut tetapi hanya tau dari satu perspektif saja. Karena itulah produk ini cukup relevan untuk anak-anak muda, orang tua, ataupun yang bukan dari keturunan Tiong Hoa. Selain itu, mereka juga ingin menyadarkan bahwa Hokkien Medan adalah salah satu dari sekian banyak bahasa di dalam kultur Indonesia. Sekaligus membuktikan bahwa streetwear dengan konten lokal juga dapat berkembang dan menarik diimbangin dengan standart internasional.

Representation of Hokkien Medan

 

Setiap produk Polonian terdapat makna

Saat ditanya keunikan dari Polonian, Didi menjawab, bahwa terdapat makna yang terkandung di setiap visual produknya. Polonian nggak ingin hanya sekedar memberikan gimmick, tetapi juga ada makna yang relate dengan kehidupan sosial sehari-hari. Seperti produk yang bertuliskan 'Lihai', visualnya menggambarkan seorang yang memanjat, tetapi tangga tersebut dari tubuh orang lain. Ini menggambarkan seorang yang panjat sosial demi 'terlihat'. Atau produk yang bertuliskan 'Kepo' visual pada bagian belakang terdapat kecelakaan dan semua orang menonton kejadian tersebut sehingga membuat macet. Sangat relate dengan kehidupan sekitar, setuju nggak, Urbaners?

 

Mengedepankan pop-up bukan online

Bisa dibilang umur brand Polonian masih seumur jagung. Berawal keisengan Didi dan Teddy membawa konsep ini ke Brightspot 2018, dan lolos kurasi untuk membuka booth. Mereka mengakui, sempat ragu, apakah usaha ini akan berhasil, karena belum 'test-drive' sama sekali. Dengan konsep kios makanan China lengkap dengan poster-poster yang didominasi warna merah, Polonian mendapatkan antusiasme yang cukup tinggi. Bahkan dalam waktu beberapa hari saja, semua produknya sold out. Sekitar 1100 item sudah berpindah tangan ke customer di event tersebut.

Yang lebih unik lagi, Polonian tidak menjual barangnya secara online untuk saat ini. Sempat diprotes beberapa customer karena kesulitannya akses, tetapi strategi marketing ini malah cukup berhasil. Semakin susah didapat, semakin dicari. Tetapi mereka melakukan hal ini bukan tanpa alasan, Urbaners. Polonian ingin siapapun yang tertarik datang ke Pop-up booth mereka. Nggak cuma sekedar stand jualan, tetapi termasuk konsep Polonian itu sendiri termasuk dari konsep mereka. Makanya nggak heran kalau pop-up booth mereka selalu outstanding. Pada Februari 2019 ini saja, untuk merayakan momen imlek sekaligus rilis artikel baru mereka bertemakan “Shio Off”, Polonian membuka pop-up booth di Sensory Lab, PIK Avenue dengan konsep Kopi Tiam. Saat masuk ke cafe tersebut, lo akan melihat instalasi Kopi Tiam yang unik dan menjual produk Polonian. Next nya mereka akan bikin pop-up booth bertemakan apalagi ya, Urbaners?

Mengedepankan pop-up bukan online

 

Menginginkan kolaborasi yang out of the box

Beberapa tawaran kolaborasi pun sudah terbuka untuk Polonian, tetapi mereka tidak mau sekedar hanya kolaborasi biasa. Brand ini lebih menginginkan kolaborasi yang out of the box dan unik. Bahkan sempat terucap contoh kolaborasi dengan obat gosok. Sangat unik, dan juga berguna. Karena sekarang ini kebanyakan orang mau membeli sesuatu yang sudah keren. Kenapa nggak, memberikan atensi 'underdog' stuff dan membuktikan bahwa hal tersebut juga keren.

Menginginkan kolaborasi yang out of the box

 

Berkembangnya produk lokal mengundang sisi negatif

Berbicara tentang local product in general, kedua owner Polonian ini mengaku sudah sangat berkembang di Indonesia. Apalagi dengan banyaknya local market. Brand-brand kecil sudah terekspos sehingga bisa lebih fokus pada kualitas produknya sendiri. Tetapi kenaikan level lokal produk di Indonesia juga mengundang sisi negatif, yakni terdapat brand lokal ‘contekan’. Yakni yang hanya melihat di Pinterest lalu menjiplaknya menjadi brand baru. Tanpa identitas ataupun makna pada brand itu sendiri. Berbondong-bondong membuat apa yang pasar suka tanpa memikirkan message dari produk itu sendiri sehingga terlihat sedikit pretentious. Tetapi bukan berarti semua seperti itu ya, Urbaners, malahan lebih banyak brand lokal yang keren dan menginspirasi Polonian, mulai dari segi produk sampai spirit yang brand tersebut sampaikan. Beberapa diantaranya ada Elhaus, OldBlue Co., Bluesville, Pijak Bumi, dan masih banyak lagi.

Comments
Epul Saepuloh
Mantap nihhh
Fitra Abimanyu
Mantap kali