Trending
Selasa, 20 Agustus 2019

Is Pusakata: Merdeka Itu Bebas, Tapi Harus Tahu Diri

  • Share
  • fb-share
Is Pusakata: Merdeka Itu Bebas, Tapi Harus Tahu Diri

Seperti apa sih arti kemerdekaan dari sudut pandang seorang musisi? Nah, Mohammad Istiqamah Djamad, vokalis dari Pusakata angkat suara mengutarakan pendapatnya saat manggung di Stage Bus Jazz Tour 2019 Semarang pada 17 Agustus kemarin, Urbaners. Dengan suasana yang masih berbalut kemerdekaan, bersedia diwawancara dengan payung besar pertanyaan bertemakan kemerdekaan.

Saat ditemui di belakang panggung, pria yang akrab disapa Is ini menyapa hangat tim MLDSPOT. Dirinya tengah menandatangi beberapa keping album perdananya berjudul “Dua Buku”. “Tunggu sebentar ya. Gue makan donat dulu,” sambut vokalis bersuara syahdu itu. Tak menunggu lama, setelah mengusap sisa makanan dimulutnya dengan tissue, sesi wawancara berlangsung di ruang tunggu musisi. Simak langsung obrolannya, Urbaners!

 

Apa kabar, Is?

Oh, pastinya baik, dong!

 Merdeka Itu Bebas, Tapi Harus Tahu Diri

 

Ketika mendengar 17 Agustus, apa yang pertama kali terlintas di pikiran lo? Dan alasannya?

Gotong royong. Kayaknya orang ribut sana-sini, tapi kalo 17-an, semua rukun-rukun aja. Tapi habis itu pecah-pecah lagi.

 

Respon lo gimana melihat kondisi itu?

Sebel sih. Itu berarti mereka nggak membawa semangat kemerdekaan itu sendiri dikesehariannya. Janjinya bersatu padu menghargai kemajemukan, tapi kenyataan sebaliknya. Semoga nggak gitu lagi.

 

Merdeka sendiri menurut lo artinya apa?

Bebas berekspresi tapi tetap harus tau diri.

 

Apakah kita sudah merdeka?

Sudah kok. Kita yang justru memenjarakan diri kita sendiri dengan pandangan-pandangan yang nggak penting. Contohnya banyak sekali sekarang. Kita mengaku kita beragama, tapi kita menjelek-jelekan orang lain. Kita mengaku punya norma, tapi masih menjelek-jelekan orang lain. Kita berilmu, tapi giliran menyampaikan sebuah pendapat tetap dengan menjelek-jelekan orang lain.

 

Menjawab kebebasan dalam berekspresi seperti yang lo bilang di atas, itu kebebasan yang seperti apa?

Santun. Berekspresi boleh semau kita tapi harus tetap santun. Tetap menghormati nilai bahwa kita hidup dalam tatanan sosial yang memiliki batasan-batasan. Se-simple-nya itu menempatkan sesuatu harus pada tempatnya. Sadar fungsi dan sadar manfaat.

 

Jika kebebasan dikaitkan dalam bermusik, menurut lo seperti apa?

Bikin musik apapun yang gue mau. Bercerita apapun yang gue mau. Dan itu sudah terjadi, di album baru gue membuktikan itu. Album “Dua Buku” Pusakata.

 

Apakah musik di Indonesia sudah merdeka?

Merdeka kok. Tapi sistem industrinya yang sekarang lagi dibenerin. Hukum legalnya seperti apa, hak cipta seperti apa, penggunaan. Masih ada orang yang serampangan pakai lagu tanpa bilang credit segala macam. Gue berharapnya hal itu bisa jadi lebih baik lagi, dan gue optimis kita lagi menuju ke sana.

 

Masih terkait musik, apa lagu nasional yang paling bisa bikin lo merinding pas dengerin?

“Tanah Airku”. Bisa bikin gue merinding. Khidmat banget, lah.

 

Seandainya lo bisa mendapatkan satu kebebasan dalam hidup, lo memilih bebas dalam hal apa? Bisa di luar musik, kok.

Gue mau bebas mengelilingi negeri ini. Kadang dibeberapa tempat kita masih, “Oh nggak boleh gini, nggak boleh gitu”. Bukan mengesampingkan hukum adat. Tapi kayaknya jadi kaku banget gitu.

 

Kaku yang seperti apa, nih?

Kita jadi membuat diri kita terpenjara. Bukannya kita terbuka untuk segala hal? Kita membuka diri dalam hal menerima apapun yang telah terjadi. Hidup itu kan dinamis, kita harus mengikuti perubahannya dan segala macam. Kita harus beradaptasi tapi tetap dalam tatanan moral. Balik lagi, intinya sadar fungsi dan sadar manfaat.

 

Tahun 2019 kan tinggal  5 bulan lagi, lo mau menghabiskannya dengan apa, nih?

Bikin album satu setengah. Jadi gue baru rilis satu album, gue mau bikin album satu setengah. Maksudnya menuju ke album kedua di tahun 2020.

 

Wah, bisa bocorin dikit nggak nih tentang album kedua ini?

Albumnya bakal berisi kolaborasi dengan banyak orang. Musisi terkenal, pendatang baru sampai orang yang nggak bakal disangka-sangka juga ada. Mungkin rilisnya awal tahun, sekitar bulan Februari.

 

Bantu lengkapi kalimat ini. “Gue mau Indonesia lebih…”

Gue mau Indonesia lebih disiplin. Lebih bisa menjaga kebersihan dan lebih bisa menyayangi satu sama lain, karena itu yang tidak terjadi saat ini.

 

 Merdeka Itu Bebas, Tapi Harus Tahu Diri

 

Is Pusakata terkenal dengan sifatnya yang humble dan murah senyum sangat ditunjukkan pada malam itu. Dia menjawab seluruh pertanyaan yang dilemparkan dengan senyum dan antusias yang besar. Penampilannya di atas panggung pun sempurna. Berkali-kali pelantun “Kehabisan Kata-kata” ini mengajak penonton buat menjaga persatuan NKRI, dan menceritakan perjalanan dari lagu-lagunya di album “Buku Dua”. Di Semarang, Is meninggalkan malam yang paling berkesan.

Nah, kalo lo masih penasaran sama album perdana Pusakata, langsung beli album fisiknya ya, Urbaners!

Comments
DEVI TRI HANDOKO
Saat ditemui di belakang panggung, pria yang akrab disapa Is ini menyapa hangat tim MLDSPOT. Dirinya tengah menandatangi beberapa keping album perdananya berjudul “Dua Buku”. “Tunggu sebentar ya. Gue makan donat dulu,” sambut vokalis bersuara syahdu itu. Tak menunggu lama, setelah mengusap sisa makanan dimulutnya dengan tissue, sesi wawancara berlangsung di ruang tunggu musisi. Simak langsung obrolannya, Urbaners!
Iriyandi
Let's do it