Trending
Senin, 27 Februari 2017

Karya Riza Arshad Abadi

  • Share
  • fb-share
Karya Riza Arshad Abadi

Tanggal 13 Januari 2017 yang lalu, mungkin menjadi salah satu hari paling menyedihkan bagi industri jazz Indonesia. Musisi yang dikenal sangat spartan dalam berkarya, Riza Arshad, tutup usia. Warisannya mengular jauh ke masa depan.

Kabar itu, datang mengejutkan. Tidak ada yang menyangka ia merupakan sebuah kenyataan. Riza Arshad tutup usia di Bandung, kota yang rutin ia sambangi untuk aktivitas terkini SimakDialog, band yang memang paling lekat di dalam dirinya.

Beberapa bulan kemudian, sejumlah sahabat dekat merayakan karya panjang Riza Arshad lewat sebuah malam pertunjukan khusus yang didedikasikan untuknya. Pertunjukan bertajuk SimakDialog: Riza Arshad Berkarya ini menampilkan hampir seluruh bagian karir Riza Arshad. Banyak orang berkumpul untuk mengenang sekaligus memainkan komposisi yang ia tulis yang jenis musiknya begitu beragam itu.

Malam dibuka oleh penampilan Indra Lesmana yang bermain solo. Di akhir acara ia tampil bersama Reborn, bandnya yang juga beranggotakan Riza Arshad. Selain itu, ada juga SimakDialog yang naik panggung dengan berbagai macam formasi yang pernah mampir ke dalam sejarah band itu. Keroncong Tenggara yang digagas oleh Riza Arshad, Ubiet dan Dian HP pun beraksi. Ada yang spesial, akordeon yang biasa dimainkan oleh Riza Arshad di penampilan Keroncong Tenggara diletakan di atas kursi yang biasa ia tempati dalam formasi main band itu. Untuk menghormatinya.

Tidak berhenti di tiga nama itu, SimakDialog: Riza Arshad berkarya juga menampilkan W/H/A/T, Tuslah, Trio Gitar yang berisi musisi tiga generasi; Dewa Budjana, Oele Pattiselano dan Gerald Situmorang, Trioscapes dan Serambi Jazz Collective.

Seluruh nama yang disebutkan di atas, punya kaitan erat dengan Riza Arshad sepanjang hidupnya. Satu hal yang jelas, karyanya sebagai seorang musisi terhampar di mana-mana. Ada dua hal penting dari seluruh karir panjangnya; keberaniannya untuk terus main musik dan mencoba hal-hal baru yang seringkali dianggap sebagai batasan musik jazz dan kepercayaan penuh untuk bekerja dengan musisi yang usianya terbentang jauh. Ia seolah tidak pernah peduli dengan bentangan generasi dan menggunakan bahasa musik dengan baik. Karenanya, ia ada di mana-mana.

Malam itu, musik Riza Arshad diingatkan kembali pada orang banyak. Musisinya mungkin telah berpulang dalam tenang, tapi karya-karyanya yang bejibun itu selalu abadi.

Comments
Epul Saepuloh
Thanks artikelnya
Sandi Widiyantoro
Karyamu akan selalu dikenang 🙂