Trending
Kamis, 06 Juni 2019

Mulai dari Evaluasi hingga Bersedih Secukupnya dengan Hindia

  • Share
  • fb-share
Mulai dari Evaluasi hingga Bersedih Secukupnya dengan Hindia

Sederhana, nggak neko-neko, nggak perlu bahasa yang rumit, namun memberikan motivasi dan energi super saat mendengarnya. Lo pasti setuju kalau seperti itulah feel yang lo temukan saat mendengarkan lagu-lagu dari Hindia.

“Lewat Hindia, gue ingin membantu kawan-kawan yang mendengarkan (agar) bisa lebih mengekspresikan diri lebih baik, sehingga bisa berfungsi sebagai seseorang di masyarakat dengan lebih baik karena seluruh emosi berlebihnya sudah lepas dibantu lagu-lagu Hindia,” jelas Baskara Putra aka Hindia. Nah, mau tahu selengkapnya kisah di balik Hindia? Langsung simak di sini, ya Urbaners!

 

Hindia Lebih Personal

Buat Basakara tidak ada yang membingungkan antara membagi perhatian .Feast dan Hindia karena keduanya memang berbeda tema dan feel.

Buat lo yang udah familiar dengan band .Feast yang digawangi oleh Baskara Putra, Adnan S.P, Dicky Renanda P, F. Fikriawan W, dan Adrianus Aristo H, lo pasti tahu kalau Baskara adalah persona dari Hindia. Sejak 2018, Baskara memulai proyek solonya dengan nama Hindia. Sembari menikmati musiknya yang “secukupnya”, orang-orang juga bertanya, apa yang membuat Baskara seolah membagi fokus dari .Feast?

“Gue nggak mungkin mengangkat cerita pribadi di .Feast, karena .Feast adalah band bersama dan sudah memilih pendengarnya. Gue perlu wadah untuk mengeluarkan emosi dan tenaga yang berlebih, yang spektrumnya berbeda dengan .Feast,” demikian penjelasan Baskara.

Pun, pemilihan nama Hindia sebagai nama yang mengusung proyek solonya ini juga cukup personal, spesifik, dan mutlak. Nggak ada pilihan atau pertimbangan nama lain untuk mendeskripsikan proyek solonya selain nama “Hindia”.

Ingin membuat musik yang bisa menyuarakan hati dan dinyanyikan berulang tanpa jenuh

“Semua yang gue temui sampai akhirnya beranjak dewasa seperti sekarang ini mengacu pada satu nama, yaitu ‘Hindia’. Contohnya salah satu lukisan Raden Saleh ada yang namanya ‘Hindia’. Salah satu publikasi pertama di zaman penjajahan juga namanya Hindia Poetra,” jelas Baskara sembari menambahkan kalau “Hindia” juga netral gender. Dalam arti kata ini nggak mengacu pada salah satu jenis kelamin tertentu.

Kepersonalan “Hindia” semakin diperjelas dengan muse yang melatarbelakangi pembuatan dalam setiap lagu-lagunya. “Ibu gue suka dengerin musik pas gue kecil, dan sedikit banyak musik ini menemani tumbuh-kembang gue,” akunya.

Karya The Beatles, ABBA, Bee Gees, dan juga Frank Sinatra adalah musik yang menemani Baskara menjadi sosok musisi di balik Hindia yang lo dengerin saat ini. “Musik yang diputar ibu saat gue kecil dulu ibarat ‘rumah’ dan ketika akhirnya dewasa, gue menemukan ‘rumah’ versi gue sendiri seperti John Mayer dan Bleachers, beberapa (musik) yang senang gue dengerin saat ini,” tambah alumni Ilmu Komunikasi UI ini.

 

Tentang Merelakan dan Berusaha Bahagia

Seperti lirik lagu “Secukupnya” yang ditulisnya, Baskara memiliki ketertarikan pada hal-hal yang sesuai dengan porsinya. Nggak berlebihan, nggak kekurangan, sesuai dengan takarannya saja! Hal ini terlihat dalam pemilihan musik yang membahagiakannya. Lagu yang bisa dimainkan sendiri di rumah tanpa harus mengerti terlalu banyak hal tentang musik dan alat-alat pendukungnya.

.Feast tentu tetap menjadi karya yang dia senangi, tetapi bukan sesuatu yang membuatnya bisa menyuarakan “kecukupan” yang dirasakan dan ingin dibaginya. “Ketika lirik .Feast mengkritik, meluapkan amarah, dan rasa kecewa, lirik Hindia (justru) merelakan, berusaha bahagia dengan keadaan apapun yang dimilikinya,” cerita musisi kelahiran 22 Februari ini.

Bisa dibilang, .Feast dan Hindia ibarat yin dan yang yang saling berkebalikan. Perbedaan keduanya sangat ekstrem, sehingga nggak ada pembagian ide lagu atau sesuatu yang harus menjadi pembeda antara keduanya.

“Musik apa ya...gesekan rel kereta buat gue juga bisa disebut musik!”

Semua tentang Hindia adalah hal-hal yang merupakan comfort food, mengikuti istilah yang dipakai Baskara menjelaskan mengenai Hindia. “Simpel, nyaman, ringan, tanpa elemen eksplorasi seperti yang terdapat di .Feast,” dia menambahi.

Ngomongin soal lagu Secukupnya yang sangat ear catching buat generasi Z, kalau lo simak baik-baik nih Urbaners, lirik lagu ini menyiratkan keberanian untuk mengambil sikap dan menerima hal-hal yang nggak bisa diri lo ubah pada sebuah peristiwa.

Beberapa oposisi menganggap lagu ini seakan menyerah terhadap keadaan. Tapi, terkadang kita memang butuh kebesaran hati untuk menerima, move on, dan nggak memaksakan hal-hal yang memang bukan meant to be untuk kita dan Secukupnya yang dilahirkan Hindia mengamininya.

“Secukupnya memang datang dari pengalaman pribadi. Patah hati, kekecewaan, dan keresahan. Gue membawakan obrolan pribadi yang kesannya ‘berat’ ke dalam format lagu untuk mengajak orang ‘eh lo nggak masalah kok kalau ngomongin ini di ruang publik’,” jelasnya lagi.

Itulah salah satu alasan kenapa Hindia lebih cenderung menyuarakan isu sosial dan mental health. Memang ada tema cinta tapi nggak mendominasi karena bagi Baskara, urusan cinta hanyalah sebagian kecil dari kehidupan. “Bisa aja sih gue peras terus, topiknya cinta melulu tapi akhirnya lagu gue jadi nggak jujur,” imbuhnya.

 

Senang Berkolaborasi Demi Mencapai yang Lebih Sempurna

Muncul dengan berbagai kolaborasi, bagi Baskara ini adalah sesuatu yang perlu dilakukan untuk mencapai kesempurnaan. Musisi yang juga pernah berkolaborasi dengan Rara Sekar ini percaya kalau terkadang sebuah karya memerlukan bantuan pihak lain untuk bisa mencapai hasil yang maksimal.  Terlepas dari visi dan misi masing-masing.  “Kalau gue suka dengan karya musisinya dan punya goal yang kurang lebih sama dengan gue, ya sebisa mungkin kita kolaborasi,” katanya lagi.

“Semua orang punya momentumnya masing-masing, kenapa harus khawatir?” ungkapnya santai. 

Salah satu lagu yang cukup mind blowing dan menyuarakan yang para penghuni ibukota rasakan adalah lagu yang dinyanyikannya bareng Sal Priadi, “Belum Tidur”. Dalam lagu ini Sal dan Baskara menyanyi bersama dengan lirik yang berbeda tapi tetap selaras. Liriknya nyambung bahkan seperti saling menimpali.

“Nggak kepikiran kalau pada akhirnya lagu ini dianggap memiliki pesan moral. Justru ini hanya unek-unek gue dan Sal. Apa yang kami lakukan ketika terjaga di atas jam satu pagi,” Baskara memberi penjelasan. Dan pada akhirnya, lagu ini relate banget dengan apa yang dirasakan oleh jutaan umat yang jadi kalong, insomnia, atau yang terjaga karena alasan lembur kerjaan.

Layaknya lagu yang dibuatnya bersama Sal, Hindia akan merilis album tahun ini yang diharapkan bisa mewakili para pendengarnya. Ia berharap supaya musik yang dilontarkan oleh Hindia akan selalu punya manfaat bagi banyak orang, sebagai sebuah mediator agar mereka dapat meluapkan emosinya yang berlebih keluar dari tubuh.

Kalau Urbaners butuh update info Hindia, cek saja langsung Instagram-nya di @wordfangs.

Comments
DEVI TRI HANDOKO
“Nggak kepikiran kalau pada akhirnya lagu ini dianggap memiliki pesan moral. Justru ini hanya unek-unek gue dan Sal. Apa yang kami lakukan ketika terjaga di atas jam satu pagi,” Baskara memberi penjelasan. Dan pada akhirnya, lagu ini relate banget dengan apa yang dirasakan oleh jutaan umat yang jadi kalong, insomnia, atau yang terjaga karena alasan lembur kerjaan.
RAHARDJO TEONOVI
Tentang Merelakan dan Berusaha Bahagia