Trending
Minggu, 05 Maret 2017

Sergio Mendes, 90’s Hip-Hop All Star, G-Pluck Menawarkan Nostalgia di Java Jazz Festival 2017

  • Share
  • fb-share
Sergio Mendes, 90’s Hip-Hop All Star, G-Pluck Menawarkan Nostalgia di Java Jazz Festival 2017

Musik memang merupakan salah satu mesin waktu yang sangat efektif. Lewat sebuah lagu, kenangan seseorang terhadap sesuatu bisa bangkit. Jadi, langkah yang dilakukan panitia Jakarta International BNI Java Jazz Festival 2017 adalah sebuah langkah yang tepat. Mengingat pasar musik jazz ini sendiri adalah penonton yang sudah tidak lagi muda.

 

Salah satu yang menarik adalah mereka mengajak ikon-ikon generasi Hip-Hop’90-an untuk bernyanyi di sebuah festival musik jazz. Namun, jazz sendiri adalah makna kebebasan, jadi hal ini bukan masalah. Panggung 90’s Hip-Hop All Stars dibagi menjadi tiga penampil, yaitu NEO, Sweet Martabak, dan Iwa K. Lagu-lagu andalan seperti “Tididit” yang bercerita tentang pager, “Borju” yang menjadi ungkapan kekesalan kepada orang sombong. Serta lagu “Nombok Dong” jadi salah satu lagu tema untuk dinyanyikan bersama-sama, atau lebih tepatnya di-rap. Seperti pertanyaan pembeneran yang dilontarkan oleh Iwa K sendiri: “Hip-hop masuknya ke free jazz kali ya?”

 

 

G-Pluck

Lalu ada juga G-Pluck, sebuah band yang mempersembahkan diri untuk The Beatles dengan menyanyikan lagu-lagu milik kuartet legendaries asal Liverpool tersebut. Memulai repertoir dengan nomor-nomor psikedelika (“Magical Mistery Tour”, “Sgt. Pepper Lonely Heart Club Band”, “With a Little Help from My Friend”, dan “Lucy in the Sky with Diamond) ternyata G-Pluck tidak begitu sukses sehingga harus memancing penonton dengan membawakan lagu-lagu dalam album awal The Beatles (“Hey Jude”, “Twist and Shout”, dan “Obladi-Oblada). Uniknya ketika menyebutkan bahwa yang dibangun adalah cinta, G-Pluck membawa nama-nama tokoh masyarakat di Jakarta.

 

Sergio Mendes

Terakhir, salah satu konser yang ditunggu untuk bernostalgia malam ini adalah aksi panggung Sergio Mendes, seorang musisi veteran asal Brazil. Ketika menyebut Brazil, jelas bahwa mereka memproduksi aliran musik bossanova. Latar kostum dan tata cahaya warna-warni juga semakin menajamkan citra Amerika Latin, serta mewarnai malam yang gelap.

 

Comments
DEVI TRI HANDOKO
Salah satu yang menarik adalah mereka mengajak ikon-ikon generasi Hip-Hop’90-an untuk bernyanyi di sebuah festival musik jazz. Namun, jazz sendiri adalah makna kebebasan, jadi hal ini bukan masalah. Panggung 90’s Hip-Hop All Stars dibagi menjadi tiga penampil, yaitu NEO, Sweet Martabak, dan Iwa K. Lagu-lagu andalan seperti “Tididit” yang bercerita tentang pager, “Borju” yang menjadi ungkapan kekesalan kepada orang sombong. Serta lagu “Nombok Dong” jadi salah satu lagu tema untuk dinyanyikan bersama-sama, atau lebih tepatnya di-rap. Seperti pertanyaan pembeneran yang dilontarkan oleh Iwa K sendiri: “Hip-hop masuknya ke free jazz kali ya?”
EDI SASONO
Terakhir, salah satu konser yang ditunggu untuk bernostalgia malam ini adalah aksi panggung Sergio Mendes, seorang musisi veteran asal Brazil. Ketika menyebut Brazil, jelas bahwa mereka memproduksi aliran musik bossanova. Latar kostum dan tata cahaya warna-warni juga semakin menajamkan citra Amerika Latin, serta mewarnai malam yang gelap.