Trending
Selasa, 07 Februari 2017

Sinematek PPHUI "Perpustakaan" Arsip Perfilman Indonesia

  • Share
  • fb-share
Sinematek PPHUI "Perpustakaan" Arsip Perfilman Indonesia

Urbaners mungkin sering mendengar Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI) yang menyimpan potret perkembangan sejarah film Indonesia. Tapi apakah pernah dengar tentang Sinematek Indonesia? Sinematek Indonesia adalah satu-satunya lembaga yang dipercaya Yayasan PPHUI untuk menjaga warisan film hasil karya anak negeri dari masa ke masa. Jumlah koleksi yang dirawat Sinematek mencapai 2.700 film yang diproduksi antara 1934 sampai dengan 2015.

Sinematek secara teliti menjaga koleksi film era hitam hitam dan film era digital. Media film pun berbeda-beda seperti film pita seluloid hingga koleksi VCD, VHS, Beta, serta piringan hitam. Di dalam ruangan penyimpanan bersuhu 9 hingga 10 derajat celcius dan kelembaban 40-60 persen, film pita seluloid berusia uzur ini dijaga dengan baik. Setiap harinya petugas merawat, membersihkan pita seluloid, dan melakukan cek sambungan pita film secara manual.

Di sini Urbaners juga bisa mengenal peralatan film lawas seperti kamera seluloid, lampu, proyektor film, hingga alat editing analog yang dipakai untuk mengecek rol film, yang hingga kini tersimpan baik di laboratorium maupun di etalase pameran. Ada lebih dari 15 ribu dokumentasi tentang film (kliping berita, poster, skenario, buku, peraturan perfilman, dan peralatan lawas produksi film), tersimpan rapi di Sinematek. Sinematek biasanya didatangi kalangan peneliti film seperti mahasiswa dan insan perfilman lokal/asing. Urbaners juga bisa loh nonton film yang diproduksi tapi gak ditayangin di layar lebar.

Film-film era emas perfilman Indonesia dengan sutradara-sutradara kawakan seperti Teguh karya, Sjuman Djaya, Wim Umboh, Nya Abbas Akup, dan lainnya, masuk daftar koleksi Sinematek. Sinematek merupakan “perpustakaan” film Indonesia yang tak banyak dilirik, padahal banyak sekali film-film Indonesia yang tak ada di pasaran tersimpan dan terarsip dengan baik di sini.  Prestasi yang diukir, sinematek berhasil merestorasi film-film lawas seperti "Tiga Dara" yang diputar di bioskop pada 2016 lalu, dan film restorasi terdahulu karya Usmar Ismail yakni "Lewat Djam Malam". 

Di era serba digital, lembaga arsip film Sinematek berupaya mengkonversi koleksi film nasional yang sudah lawas ke dalam bentuk media digital seperti DVD. Hal ini tentunya memudahkan dan menarik minat calon sineas muda di masa yang akan datang untuk berkreasi. Bagi Urbaners yang ingin mengenal seluk beluk perfilman Indonesia, Urbaners bisa datang langsung ke Gedung PPHUI di Jalan HR Rasuna Said, Kav C2 Jakarta Selatan

http://vik.kompas.com/restorasi/

Comments
Asep hidayatulah
Artikelnya unik
SARI ASTUTI
Di sini Urbaners juga bisa mengenal peralatan film lawas seperti kamera seluloid, lampu, proyektor film, hingga alat editing analog yang dipakai untuk mengecek rol film, yang hingga kini tersimpan baik di laboratorium maupun di etalase pameran. Ada lebih dari 15 ribu dokumentasi tentang film (kliping berita, poster, skenario, buku, peraturan perfilman, dan peralatan lawas produksi film), tersimpan rapi di Sinematek. Sinematek biasanya didatangi kalangan peneliti film seperti mahasiswa dan insan perfilman lokal/asing. Urbaners juga bisa loh nonton film yang diproduksi tapi gak ditayangin di layar lebar.