Trending
Senin, 29 Desember 2014

Virtual Reality, masa depan film

  • Share
  • fb-share
Virtual Reality, masa depan film

VR atau Virtual Reality film akan nge-boom di Sundance 2015. Bulan depan, gathering industri - industri raksasa akan dibanjiri dengan Virtual Reality Experiences: The Birdly Flight Simulator, sesuatu yang memungkinkan pengguna menghadapi Kaiju Attack!; Nah, Urbaners, Oculus Rift juga dapat dipakai di pelatihan perang; bahkan instalasi VR yang memungkinkan lo untuk pergi ke pesta di sekolah atau perguruan tinggi. Tapi ini bukan line-up untuk CES (http://ces.cnet.com/) — itu untuk Sundance Film Festival.

Setelah membawa perangkat Oculus Rift ke Sundance pada tahun 2014, festival New Frontier program yang berfokus pada inovasi dalam pembuatan film, memberikan pengalaman yang jauh lebih besar pengalaman dalam virtual reality 2015. Bagian dari daya tarik instalasi VR ini, tentu saja, adalah bahwa Oculus Rift ini masih dalam mode pengembangan — dan jelas belum untuk konsumer massal. Tapi Sundance memilik kasus yang unik: banyak proyek New Frontier ini ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada orang-orang untuk melihat virtual Reality sebagai cara baru untuk menonton film, tidak hanya mempromosikan mereka. Penemuan dan pengembangan VR ini yang di ekspos disini, bukan marketingnya.

VR sebagai teknologi dapat menunjang kemampuan para pembuat film dan hasil film itu sendiri, untuk menghasilkan sebuah film sampai tahap yang maksimal. Walaupun proses pembuatan film dikembalikan kepada proses pembuatan film, VR disini hanya berperan sebagai another version of new theatre.

So yea, that was  a little introduction to VR, pretty cool right? So next, Urbaners, nih beberapa film New Frontier, yang berlangsung 22 Januari sampai 1 Februari selama Sundance Film Festival yang akan datang.

Assent

Artist: Oscar Raby
Film dokumentari yang mendalam ini menggunakan teknologi VR untuk memberikan pengalaman kepada para penonton untuk "berperan" sebagai di ayah dari sutradara Oscar Raby, yang pada tahun 1973, seorang prajurit perang berumur 22 tahun yang di tempatkan di Chilli Utara, pada hari saat Caravan of Death menghampiri resimen-nya.

Birdly

Artist: Max Rheiner
Terbang adalah salah satu mimpi tertua dan terliar manusia. Birdly adalah percobaan untuk menangkap mimpi ini, untuk mensimulasikan pengalaman menjadi burung dari sudut pandang seseorang.

Kaiju Fury!

Artist: Ian Hunter
Sebuah eksperimen dark energy berujung ke penyerangan yang sangat destruktif dari Kaiju, dan lo akan berdiri di ground zero---semua 360 derajat, steroscopic 3 - D cinematic virtual reality, lo akan berada disana diantara Kaiju menghancurkan gedung gedung dan manusia yang berusaha survive.

Project Syria

Artists: Nonny de la Peña
Lebih dari satu juta anak-anak melarikan diri dari Suriah dan media menunjukkan anak-anak adalah target dalam kekerasan. Dengan menggabungkan teknologi VR dengan audio dan video yang diambil selama kejadian nyata, penonton akan ikut merasakan scene dengan  emosi yang intense, dan juga menjadi saksi sebagai terungkapnya tragedi ini.

 

 

Comments
SRI YAYA ASTUTI
VR sebagai teknologi dapat menunjang kemampuan para pembuat film dan hasil film itu sendiri, untuk menghasilkan sebuah film sampai tahap yang maksimal. Walaupun proses pembuatan film dikembalikan kepada proses pembuatan film, VR disini hanya berperan sebagai another version of new theatre.
RAHARDJO TEONOVI
Artist: Oscar Raby Film dokumentari yang mendalam ini menggunakan teknologi VR untuk memberikan pengalaman kepada para penonton untuk "berperan" sebagai di ayah dari sutradara Oscar Raby, yang pada tahun 1973, seorang prajurit perang berumur 22 tahun yang di tempatkan di Chilli Utara, pada hari saat Caravan of Death menghampiri resimen-nya.