Trending

Adi Reza dan Cerita Di Balik Suksesnya Mycotech

Urbaners, sadar nggak sih kalau ada banyak banget produk sehari-hari seperti tas dan dompet yang menggunakan bahan kulit? Tanpa kita sadari, sebenarnya kulit hewan juga punya bahaya tersendiri buat lingkungan. Alasan utamanya, karena banyaknya kandungan kimia yang digunakan ketika mengolah produk tersebut.

Selain itu, penggunaan material kulit hewan cukup beresiko, terlebih jika kulit yang digunakan berasal dari hewan langka. Selain berakibat pada kepunahan spesies hewan langka, penggunaan kulit untuk membuat dompet, tas, hingga sepatu, dikhawatirkan dapat merusak sistem ekosistem mata rantai perkembangbiakan hewan-hewan tertentu.

Melihat hal ini, Adi Reza tergerak untuk mencari alternatif material yang bisa menggantikan kulit hewan. Adi memilih untuk menggunakan konsep bioteknologi dan mulai merintis pembangunan startup bernama Mycotech. Simak sepak terjang anak muda ini, yuk!

Terinspirasi Jamur Sebagai Bahan Biomaterial

Mycotech merupakan hasil dari eksplorasi dan eksperimentasi potensi jamur sebagai biomaterial. Awalnya, Adi terinspirasi karena melihat bahwa jamur bisa mengikat kacang kedelai menjadi satu kesatuan pada tempe. Ia melihat bahwa jamur bisa menjadi material terbarukan, sekaligus alternatif dari material yang selama ini beredar di pasaran.

“Kami menyadari bahwa pilihan material yang ramah lingkungan masih sangat terbatas di pasaran, sehingga kami berupaya untuk memberikan masyarakat pilihan untuk beralih ke produk yang lebih eco-friendly. Kita hanya punya waktu hingga 2030 untuk shifting ke pola hidup yang ramah lingkungan agar terhindar dari pemanasan global,” ujar CEO dan Co-Founder Mycotech, Adi Reza Nugroho.

Adi Reza (tengah) ketika mewakili Mycotech menjadi pembicara di talkshow entrepreneurship di Singapura

Perjalanan Mycotech secara resmi dimulai pada tahun 2015. Namun, sebenarnya tim di balik startup ini sudah terbentuk dari tahun 2010. Saat itu, mereka membangun perusahaan Growbox yang menjual kit standar untuk menumbuhkan jamur secara portable. Dari konsep tersebut, kini mereka mengembangkan diri menjadi Mycotech, yang bergerak di bidang pengolahan jamur untuk membuat alternatif dari material kulit.

Adi mengembangkan jamur bukan untuk menjadi kulit imitasi, tapi sebagai biomaterial. “Industri kulit merupakan industri yang sangat mencemari lingkungan. Hampir setiap rantai produksinya menggunakan bahan kimia berbahaya, seperti bahan krom. Ide kami untuk memanfaatkan jamur sebagai material merupakan hasil dari eksperimen berulang kali di laboratorium,” jelas Adi tentang inspirasi idenya.

Ketika melakukan eksperimen di laboratorium, Adi dan kawan-kawannya mendapatkan bantuan pendanaan dari Kementerian Riset dan Teknologi Indonesia. Ia bahkan juga berkesempatan untuk mengunjungi Inggris untuk belajar tentang cara mengkomersilkan teknologi yang dimiliki. Setelah itu, Annisa Wibi Ismarlanti dan Adi Reza, mengikuti studi pendek di Australia untuk mempelajari tentang ekosistem startup dan bisnis internasional.

Walaupun sudah punya ide yang kuat, namun proses penelitian Mycotech memakan waktu yang panjang. Penelitian yang dimulai sejak tahun 2015 masih terus dijalankan dan dikembangkan sampai saat ini. Adi dan teman-teman dalam timnya merasa wajib untuk terus melakukan inovasi, karena inovasi merupakan nilai utama dalam Mycotech. Sebagai perusahaan bioteknologi, tentunya bagian research & development adalah kunci penting bagi kesuksesan bisnis mereka, Urbaners!

Hasilkan Berbagai Produk

Sebagai perusahaan penghasil biomaterial, Mycotech memproduksi material atau bahan bagi produk-produk lain. Material ramah lingkungan inilah yang kemudian dikembangkan oleh artisan dan brand-brand lain untuk dijadikan produk dan dipasarkan. Produk yang dihasilkan Mycotech sendiri adalah BIOBO (Binderless Bio-Board) dan MYLEA (Mycelium Leather). Sejauh ini, Mycotech telah bekerja sama dengan beberapa brand untuk menghasilkan produk seperti jam tangan, sandal, sepatu, jurnal, dan dompet.

Berbagai produk Mycotech dipamerkan di Erasmus Huis, Jakarta

Proses pembuatan Mycotech terbilang cukup rumit dan detail. “Kami menggunakan limbah pertanian sebagai medium tumbuh jamur. Jamur dikultivasi selama beberapa hari untuk dapat mengikat substrat dan membentuk struktur yang diinginkan. Total waktu produksi untuk satu material adalah sekitar 2-4 minggu, tergantung pada kondisi saat kultivasi berlangsung,” kata Adi.

Produk MYLEA dari Mycotech berhasil bersaing dengan produk kulit, dari segi kekuatan dan durabilitas. Dari segi lingkungan, MYLEA juga lebih eco-friendly karena memanfaatkan limbah pertanian sebagai bahan baku dan memberdayakan tenaga lokal di daerah Cimahi, Bandung, khususnya ibu-ibu rumah tangga. “Penelitian dan pengembangan material kami juga mengarah pada pemanfaatan jenis limbah lainnya seperti limbah sawit, kopi, dan sebagainya,” tuturnya.

Tantangan Mengembangkan Mycotech

Salah satu contoh produk Mycotech, yaitu dompet yang terbuat dari jamur

Terbatasnya fasilitas untuk mengembangkan teknologi ini membuat Adi dan rekan-rekannya harus mengakses laboratorium yang berada di luar Indonesia. Misalnya saja, percobaan pertama Mycotech untuk ekspor ke pasar luar negeri mendapatkan bantuan dari seorang kandidat PhD di Queensland University, Australia. Di era digital yang semakin canggih, Adi bersyukur karena ia dan timnya bisa tetap terhubung satu sama lain dan membuka akses koneksi mereka dengan lebih luas.

Selain itu, Adi mengaku cukup sulit untuk meningkatkan fasilitas produksi berskala laboratorium menjadi skala produksi massal. Proses ini membutuhkan banyak biaya, waktu, dan uji coba, sedangkan kapasitas produksi dituntut untuk mengimbangi permintaan yang tinggi. Untuk mengatasi tantangan ini, Adi bertekad untuk memperluas networking agar bisa menjalin kerja sama dengan pihak-pihak yang relevan. “Dalam waktu dekat, kami juga sedang merencanakan kolaborasi untuk memasuki pasar footwear,” tutup Adi.

Gimana Urbaners? Apakah lo tertarik untuk mengganti barang-barang berbahan kulit milik lo dengan material alternatif yang ramah lingkungan ini? Buat Urbaners yang mau tau lebih banyak tentang Mycotech bisa langsung cek di Instagram @Mycotech, ya!