Inspiring Communities
Jumat, 09 Februari 2024

Ngobrol “All About That Jazz” dengan Band Jazz lahiran Paris Van Java

  • Share
  • fb-share
Ngobrol “All About That Jazz”  dengan Band Jazz lahiran Paris Van Java

Kalo ngomongin Bandung, gue yakin lo punya cerita sendiri dari kota ini. Nah, kali ini gue mau kasih lo rekomendasi salah satu band Jazz asal Bandung, The Jasmates. Band ini lagi sering banget kreasi aransemen ulang lagu-lagu seru dengan irama jazz di Instagram dan TikTok

Menurut gue, yang bikin The Jasmates beda dari band jazz lainnya adalah mereka punya impian supaya musik jazz diterima masyarakat luas. Makanya The Jasmates suka ngecover lagu-lagu populer dengan versi jazz. Mereka juga niat bantu ngepopulerin usaha lokal di sekitaran dengan jadiin pasar sebagai tempat manggung dan juga setting video sosmed mereka.

Awal Mula The Jasmates Lahir

Pas gue dapat kesempatan buat ngobrol, pastinya gue pengen tau soal awal gimana mereka terbentuk. Kenapa sih pada pengin bikin band bareng? Dan ternyata, band yang baru aja nongol di tahun 2022 ini terbentuk gak sengaja. 

Ferdinand Chandra si contra-bassist dan Steven Christian si pianis ketemu lagi saat pandemi di Bandung setelah nggak ketemu selama bertahun-tahun. Mereka berdua juga ketemuan ama senior mereka, drummer Hengky Suparjan yang biasa dipanggil Pak Hengky dan mulai manggung di kafe. Setelah asik ngeband bertiga selama beberapa bulan, ikut gabung lah Mahawaditra atau Ditra, gitaris sekaligus vokalis rock yang mengaku tertarik banget main jazz karena pengen ganti genre dan banyak hal menarik yang bisa dipelajari. Setelah mereka berkumpul berempat, akhirnya muncul nama The Jasmates.

 

“All About That Jazz” dan Favorit Mereka

Tentunya gue penasaran sama inspirasi dan musisi favorit dari The Jasmates. Pas gue tanya, Steven yang ngaku paling suka era big band bilang kalo dia seneng banget denger Duke Ellington, Benny Goodman, Connie Parker, juga alm Idang Rasjidi. Ferdinand nambahin karena dia pemain contrabass, dia juga suka dengerin Christian McBride dan Jeffrey Tahalele, sementara Ditra ngaku dia suka Jason Mraz, Al Jarreau, Chet Baker dan Tompi. 

Banyaknya influence dari para musisi ini ditambah lagi dengan konsep mini album mereka yang ngekompilasi lima era besar dalam jazz kayak big band, bebob dan lainnya bikin experience yang didapetin pendengar bakal lebih kaya. Perbedaan era ini juga diakuin The Jasmates bikin nggak ada satupun lagu yang bakal kedengeran mirip dengan lagu lainnya.

 

Langsung Gaspol Keluarin Mini Album

Buat band indie yang masih terhitung baru, The Jasmates ini itungannya cepet banget ngeluarin album. Cuma dalam waktu setahun setelah dibentuk, satu mini album berisi lima lagu original dalam bahasa Inggris udah rilis di bulan September lalu. Ketika ditanya soal album ini isinya kayak apa, Steven bilang bahwa lima lagu ini mewakili lima era besar dalam perkembangan musik jazz sejak awal, makanya musisi yang meng-influence tiap-tiap lagu di album ini juga beda-beda. 

 Di dalam mini album mereka, The Jasmates ngerekomendasiin lo semua buat denger lagu “Chasing You” sama “Smile On You” karena kedua lagu itu yang paling populer di platform-platform streaming, guys. 

Selain bahas album, obrolan kita pun geser ke perkembangan musik jazz lokal. Ferdinand bilang kalo musik jazz di Indo sekarang keliatan makin maju. Banyak anak muda yang seneng dengerin jazz bukan cuma komunitas doang. Banyak anak-anak bahkan yang masih sekolah juga udah denger jazz, dan mungkin karena lebih gampang ya di sosmed sekarang, dulu kan kalo mau denger harus di tempat yang eksklusif. 

“Makanya The Jasmates bikin video yang kita manggung di pasar, supaya orang-orang tau kalo ngedengerin jazz udah lebih gampang, dan kita gak ngebawain (lagu) yang sulit tapi yang fun aja.”

Ngebahas lebih lanjut soal album, mereka bilang milih untuk ke label indie daripada major karena merasa lebih bisa bebas mengekspresikan diri kalo indie, tanpa harus mikirin tuntutan kontrak.

Selain itu, pembahasan kita pun menyinggung sedikit soal pendidikan musik. Buat beberapa temen-temen The Jasmates yang memang menempuh kursus dan sekolah musik, enaknya jadi musisi yang udah belajar musik dibanding otodidak tuh udah dikasih cara yang lebih gampang untuk mendapatkan skill musik, gak harus cari cara sendiri. Tapi, balik lagi juga ke tujuannya. Karena kata mereka, kalo tujuannya jadi performer alias penampil, kita nggak harus punya pendidikan atau kuliah musik, yang penting jam terbang pentas.

 

Ide Baru untuk Keunikan Sosial Media Band

Karena band jaman sekarang nggak cuma manggung dan bikin album, The Jasmates juga mikirin gimana caranya punya social media presence yang unik sekaligus menjaring follower dan fans baru. Dengan semangat menampilkan keunikan Bandung sekaligus membantu UMKM sekitar mereka, band ini ngeluarin seri cover lagu-lagu populer yang mereka aransemen ulang dengan genre jazz. Semua video seri ini ngasih liat bahwa mereka lagi manggung di sebuah pasar tempat ngumpulnya anak muda para pemilik UMKM kreatif di Bandung. Nah,series video ini ternyata jadi rame di TikTok, dan nggak cuma sosmed mereka yang rame, tapi juga pasarnya ikutan rame.

Seri cover ini ternyata dapet tanggapan yang cukup bagus dari khalayak netizen. Gak nanggung-nanggung, salah satu video cover mereka yang bawain lagu D’Masiv, Cinta Ini Membunuhku, udah ditonton lebih dari 1.6 juta kali!! Bahkan gak cuma itu, beberapa musisi malah minta karya mereka dicover sama The Jasmates.

Menurut mereka, ide ini berasal dari waktu mereka manggung di kafe-kafe dulu, pas mereka mainin lagu jazz “standar” macam Fly Me To The Moon, kok tanggapan para pengunjung kafe kayak bosen ya. Akhirnya mereka ngide ngecover lagu populer dan aransemen ulang versi jazz, malah hasilnya banyak yg suka. Trus, setelah ini mereka jadi nambahin setlist mereka dengan beberapa cover versi jazz. 

Ngobrol ngalor-ngidul kita nyambung ke soal rencana dan mimpi di masa depan. The Jasmates bilang kalo 2024 ini rencananya mereka bakal ngeluarin full album dengan lagu-lagu yang banyak berbahasa Indonesia, jadi bakal jauh lebih relate buat para pendengar dan fans. 

Ditra, Ferdinand dan Steven juga nambahin pesan buat semuanya, jangan pernah berhenti bermimpi kalo pengen jadi musisi terkenal, rajin latihan tiap hari. Buat para penyuka musik, kalo suka sama musiknya ya dengerin aja semuanya, gak usah ngekotak-kotakin genrenya apa. Jangan lupa juga buat support musisi lokal, genre apa aja, cintai produk negeri sendiri. 

Daging banget kan obrolan gue ama The Jasmates? Asik dan inspiratif banget ternyata bahas sesuatu yang jadi passion bareng-bareng. Kalo elo masih pengen tau lebih banyak soal The Jasmates, jangan lupa tontonin video manggung mereka di Instagram dan Tiktok, trus dengerin mini album mereka di platform musik seperti Spotify.


Kalo lo pengen tau lebih banyak lagi soal profile berbagai band atau musisi jazz lokal, yuk klik ke menu Inspiring People di MLDSPOT.com, tapi jangan lupa untuk login dulu supaya tiap artikel yang lo baca bisa jadi poin yang bisa dituker dengan hadiah menarik!

Comments
Een nuraeni
Mantap brooo
Tjong tjauw min
Ide Baru untuk Keunikan Sosial Media Band