Inspiring People
Rabu, 04 November 2020

Ardianto dan Narendra Kameshwara Ceritakan Ketekunan di Balik Gemerlap Panggung Musik

  • Share
  • fb-share
Ardianto dan Narendra Kameshwara Ceritakan Ketekunan di Balik Gemerlap Panggung Musik

Di dunia fotografi, ada beberapa cabang fotografi yang bisa dieksplor. Salah satunya—yang juga lagi diminatin banget sekarang adalah stage photography atau fotografi panggung. Urbaners, yang suka musik dan fotografi, fotografer panggung bisa dibilang dream job. Belum lagi, industri musik Indonesia yang makin maju dan banyaknya event musik. 

Akan lebih banyak peluang yang terbuka buat lo daripada cuma jadiin fotografi panggung sebagai hobi doang. Karier sebagai fotografer panggung jadi makin dihargai. Titel fotografer panggung yang sebelumnya asing, sekarang jadi hits banget. Media sosial bikin fotografer panggung gampang membagikan karyanya. Jadinya, stage photographer bisa eksis dan punya penggemar yang banyak.

Untuk yang ini bisa dibilang bonus. Lo bisa bisa nonton konser gratis, ketemu dan menjalin relasi sama musisi dan promotor dalam negeri atau bahkan kelas dunia. Tapi, motivasi seseorang buat jadi fotografer panggung tentunya bukan ini doang. Utamanya karena passion di dua bidang ini. Contohnya kayak Ardianto dan Narendra Kameshwara.

“Nikmatin aja, tapi tetep harus profesional kerja,” begitu pesan Nareend waktu ditanya apa dia senang bisa dateng ke acara-acara musik besar dan motret musisi favoritnya.

MLDSPOT ketemu sama dua fotografer panggung kawakan ini untuk cari tahu lebih banyak soal fotografi panggung. Ardi dan Nareend sudah lebih dari sepuluh tahun menekuni bidang ini. Ardi mulai di 2007 sebagai kontributor Rolling Stones Indonesia, sementara Nareend mulai lebih dulu pada 2002.

Ardi dan Nareend sudah bekerja sama musisi musisi lokal dan internasional seperti Guns N’ Roses, Iron Maiden, Katy Perry, Afgan dan Raisa. Sekarang, Ardi jadi fotografer panggung reguler Bunga Citra Lestari dan Nareend aktif menjadi fotografer Raisa dan ISMAYA Group untuk festival musik We The Fest dan Djakarta Warehouse Project.

 

Mulai Dari Panggung Kecil ke Panggung Dunia

Ardianto dan Narendra Kameshwara Ceritakan Ketekunan di Balik Gemerlap Panggung Musik

 

Sebenarnya ya, tujuan lo dari bikin bisnis jualan kopi keliling ini apa sih? Karena Jago Coffee gua lihat punya peralatan yang proper tapi jualannya keliling, ini kenapa?  Saingan lo adalah café-café yang ‘tidak berpindah’ sehingga konsumen tahu akan ke mana kalau mau ngopi, nah kalo Jago Coffee, bagaimana supaya konsumen lo tahu kalau ngopi mesti datang ke tempat lo?  Sementara ini, yang gue lihat di website, lo hanya ada 4 menu saja, yaitu minuman kopi, ada rencana bakal nambah menu nggak?  Well, dari sisi sebagai pebisnis, lo mau Jago Coffee ini bakal seperti apa sih lima sampai sepuluh tahun ke depan?  Terakhir, untuk mereka yang mau berdaya. Buat mereka yang akhirnya terjun ke dunia bisnis tapi belum tahu mau bisnis apa, kenapa mereka mesti ke Jago Coffee?

Sama kayak profesi lain, Ardi dan Nareend mulai dari acara musik dan panggung berskala kecil. Justru dari sinilah, mereka mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman dalam memotret di panggung. Jenjang karier ini yang menurut mereka penting terutama bagi fotografer pemula dalam mengatur ekspektasinya.

“Untuk pemula, jangan terlalu banyak berharap untuk mendapatkan panggung yang gede, ya. Karena awal juga kita dari panggung-panggung kecil.” Keterbatasan panggung kecil dengan sistem pencahayaan yang sederhana dan ruang gerak yang terbatas justru bikin fotografer harus antisipasi dan kreatif supaya dapet hasil foto yang menarik. 

Semakin berpengalaman, fotografer panggung akan ngeliput event yang skalanya makin besar dan musisi yang lebih terkenal. Kedua faktor ini berarti lebih banyak aturan yang perlu dipatuhi fotografer panggung. Di sinilah profesionalisme fotografer panggung dituntut karena pengabaian aturan ini bisa berakibat fatal buat reputasi dan pekerjaannya itu sendiri.

Skala acara yang lebih besar juga berarti perlu tim fotografer yang lebih banyak jumlahnya. Dari sini, Ardi dan Nareend mengajak fotografer panggung pemula dan muda untuk membantu mereka.

Keduanya merasa penting buat kasih kesempatan dan pengalaman untuk mereka supaya dapat berkembang secara profesional. Fotografer-fotografer ini mulai sebagai asisten Ardi dan Nareend untuk mendukung pekerjaan mereka seperti membawakan kamera ekstra atau lensa tambahan.

 

Ardianto: Fotografer Pemula Jangan Cuma Motret

Sebenarnya ya, tujuan lo dari bikin bisnis jualan kopi keliling ini apa sih? Karena Jago Coffee gua lihat punya peralatan yang proper tapi jualannya keliling, ini kenapa?  Saingan lo adalah café-café yang ‘tidak berpindah’ sehingga konsumen tahu akan ke mana kalau mau ngopi, nah kalo Jago Coffee, bagaimana supaya konsumen lo tahu kalau ngopi mesti datang ke tempat lo?  Sementara ini, yang gue lihat di website, lo hanya ada 4 menu saja, yaitu minuman kopi, ada rencana bakal nambah menu nggak?  Well, dari sisi sebagai pebisnis, lo mau Jago Coffee ini bakal seperti apa sih lima sampai sepuluh tahun ke depan?  Terakhir, untuk mereka yang mau berdaya. Buat mereka yang akhirnya terjun ke dunia bisnis tapi belum tahu mau bisnis apa, kenapa mereka mesti ke Jago Coffee?

Memotret momen-momen yang berlangsung selama konser memang tugas seorang fotografer panggung, tapi satu hal yang tidak boleh dilewatkan adalah networking. Bisa sama fotografer lain, kru, promotor, sampai artisnya sendiri. Cara inilah yang dilakukan Ardi dan Nareend selama berkarier jadi fotografer.

Di 2010, Ardi nekad untuk menghampiri manajemennya Raisa dan langsung menawarkan diri untuk jadi official photographer-nya Raisa. Dari situ, pintu-pintu lain terbuka dengan musisi lain mulai dari Agnezmo, Tulus, dan Bunga Citra Lestari.

Fotografer-fotografer pemula yang pernah bekerja sebagai asisten keduanya juga merasakan pentingnya menjalin relasi. Dari awalnya membantu Ardi dan Nareend bekerja, fotografer-fotografer ini dipercaya untuk mendapat pekerjaan sendiri yang mana mereka jadi fotografer utamanya.

Membangun relasi bareng musisi yang pernah bekerja sama juga membuat Ardi dan Nareend juga bisa berkarya lebih luas. Keduanya pernah merilis private collection book berisi proses kreatif dan salah satu fase perjalanan karier kliennya. Nama-nama seperti DJ Yasmin, Afgan, dan Raisa pernah dibuatkan buku sama Nareend.

Satu dekade lebih ngejalanin profesi ini, Ardi dan Nareend punya banyak cerita seru, suka, dan duka selama jadi fotografer panggung. Lo bisa tahu keseluruhan cerita dua stage photographer kenamaan ini dengan nonton MLDSPOT TV Season 6 Episode 4. Tonton episode ini di YouTube MLDSPOT dan pastiin lo subscribe untuk episode-episode selanjutnya. Get yourself inspired with MLDSPOT!

Comments
sumardiyono
Mulai Dari Panggung Kecil ke Panggung Dunia
Tjong tjauw min
suka, dan duka selama jadi fotografer panggung