Inspiring People
Jumat, 06 Desember 2019

Karir Berkilau Pemuda Sinarmas Sebagai Cassette Jockey

  • Share
  • fb-share
Karir Berkilau Pemuda Sinarmas Sebagai Cassette Jockey

Nostalgia kultur era 70 dan 80-an tampaknya nggak berhenti sampai di bidang fashion aja, Urbaners. Musik pun termasuk dalam unsur tren retro yang kerap dipadukan dengan kehidupan modern dan menjadi pelengkap gaya masa kini. Hal itu terbukti dengan banyaknya tembang-tembang lawas yang masih diperdengarkan dan cukup dikenal hingga sekarang.

Nah, di balik lagu-lagu lama yang masih populer saat ini, tentunya ada sosok-sosok penampil yang berperan sebagai motor penggeraknya. Sebut saja salah satunya adalah Pemuda Sinarmas. Pria bernama asli Muhammad Fajrintio atau yang lebih akrab disapa Ajis ini termasuk dalam jajaran pionir cassette jockey modern di Tanah Air.

Wait, cassette jockey? Yes, lo nggak salah baca kok, Urbaners. Walau music party dan disc jockey terus menggempur di era digital yang serba praktis ini, Ajis masih mau bersusah payah menampilkan musik jadul dengan aransemen disco house unik yang bermodalkan medium kaset pita. Bagi pria penyuka hal-hal ‘kuno’ ini, kaset memiliki nilai nostalgia dan sejarah yang kuat.

Dari segi nama panggungnya sendiri, mungkin lo penasaran kenapa Ajis memilih menggunakan sebutan Pemuda Sinarmas. FYI, ternyata nggak ada arti atau filosofi khusus dari nama tersebut. Inspirasinya berasal dari nama toko jadul yang sering ditemui di jalan. Tapi, justru nama panggung yang catchy itulah yang membuat orang-orang lebih mudah mengingat sosoknya. “Terbersit tiba-tiba, jadi dari awal sudah pakai nama itu,” jelasnya.

Pemuda Sinarmas dengan polo shirt Wilson dan jaket pink mengenakan headphone di wajahnya

 

Proses Panjang Menghadirkan Nuansa Lawas Dalam Bentuk Modern

Ajis pertama kali mengenal kaset dari ayahnya, sebelum lanjut mengumpulkan satu demi satu hingga mencapai ribuan. Nggak ingin koleksinya hanya menjadi pajangan, dia lalu memutar otak. Dari situ, munculah ide untuk menjadi cassette jockey. Well, itung-itung sekaligus untuk memperkenalkan lagu-lagu yang hanya dirilis di kaset ke generasi sekarang, mengingat hampir semua koleksinya merupakan rilisan tahun 2002 ke bawah. “Menurut gue musik lawas relevan buat siapa saja. Semua bisa menikmati, termasuk kalangan muda. Nggak aneh juga kalau mereka jadi relate,” ujarnya.

Lebih tepatnya, Ajis mulai tertarik dengan dunia cassete jockey semasa kuliah. Awalnya, dia hanya iseng-iseng mencoba karena diminta bermain di sebuah acara di Pasar Santa pada tahun 2015 silam. Melihat sambutan penonton yang cukup antusias serta didorong oleh teman-temannya, barulah dia benar-benar menekuni profesi tersebut.

Namun demikian, butuh waktu sekian bulan sampai Ajis bisa diterima main di bar dan party event. Ditambah lagi, proses aransemen musik dengan kaset jauh lebih ribet dan menantang dibandingkan dengan medium digital yang sudah canggih. Meski cara mixing-nya hampir sama dengan disc jockey, menjadi cassette jockey pun akhirnya terbilang susah-susah gampang, soalnya alat-alat yang digunakan masih analog dan sudah semakin sulit ditemukan di pasaran.

Sementara itu, untuk lagu-lagu yang masuk dalam playlist-nya, Ajis mengungkapkan bahwa ada beberapa judul yang memang sering dia mainkan. Beberapa di antaranya adalah “Belum Masanya” dari Arie Koesmirah dan “Anak Singkong” dari Bill&Bord, yang secara lirik dan musik paling mudah dicerna. Ada pula “Kugadaikan Cintaku” karya Gombloh, yang menjadi favorit banyak penonton karena easy listening dan asyik untuk bergoyang.

Di sisi lain, upaya Ajis untuk menghadirkan nuansa nostalgia nggak cuma bisa lo rasakan melalui playlist lagu-lagu lawasnya saja. Di setiap penampilannya, dia sering kali mengenakan jaket parasut berwarna neon yang identik dengan fashion disko di era 80 dan 90-an. Kurang totalitas tanpa batas gimana lagi coba aksinya, Urbaners?

Pemuda Sinarmas dan Kelly Tandiono sedang menertawakan sesuatu

Untuk ke depannya, Ajis masih ingin membuktikan bahwa kualitas musik kaset tetap bisa bersaing dengan musik mainstream. Dia juga berharap bisa segera merilis single di tahun ini. Lebih dari itu, dia ingin mengadakan semacam cassette party dengan mengundang cassette jockey dari dalam maupun luar negeri. Bahkan, dia ingin menggelar Cassette Jockey World Championship di Indonesia agar semakin banyak orang yang tahu tentang profesinya dan tertarik untuk ikut menjajal kemampuan.

Tuh ‘kan… Kalau punya kaset di rumah, jangan cuma buat mainan diputer-puter pakai pulpen doang, Urbaners. Atau daripada dianggurin, mending kasih ke Ajis biar lagu-lagunya bisa dimasukin ke playlist. Nih, lo kepoin dulu deh cerita dia selengkapnya di MLDSPOT TV Season 5 episode 3 dengan tema “Long Live Retro”. Cek videonya di YouTube Channel MLDSPOT TV, let’s subscribe, and get yourself inspired!

Comments
Agus
Dari segi nama panggungnya sendiri, mungkin lo penasaran kenapa Ajis memilih menggunakan sebutan Pemuda Sinarmas. FYI, ternyata nggak ada arti atau filosofi khusus dari nama tersebut. Inspirasinya berasal dari nama toko jadul yang sering ditemui di jalan. Tapi, justru nama panggung yang catchy itulah yang membuat orang-orang lebih mudah mengingat sosoknya. “Terbersit tiba-tiba, jadi dari awal sudah pakai nama itu,” jelasnya.
Musdalifa
bagus sekali