Inspiring People
Kamis, 16 Desember 2021

Kolaborasi Musisi: Cuma Pansos atau Demi Prestasi?

  • Share
  • fb-share
Kolaborasi Musisi: Cuma Pansos atau Demi Prestasi?

 

Para musisi buat bisa menciptakan karya-karya keren pasti punya sesuatu yang unik. Bahkan sesekali harus berani nyebrang dari genre yang dimainkan supaya lebih terlihat di ranah musik secara luas. Kalo kita lihat di dua tahun belakangan ini lo pasti sadar ada banyak rilisan kolaborasi musisi lokal. Yah, ada yang bisa dibilang berhasil dan ada juga yang biasa saja.

 

Berhasilnya sebuah kolaborasi tuh tergantung sama kedua pihak musisi, mulai dari skill beradaptasi menyesuaikan style musik sampai soal output sound. Nah, di MLDPODCAST kali ini, host kita Reza Alqadri (RA) bakal seru-seruan ngobrol tentang kolaborasi bareng dua musisi tamu yaitu Merdi Simanjuntak (MS) dari Diskoria dan Adikara Fardy (AF).

 

(RA) Sebelum ngobrol lebih jauh soal kolaborasi, kita sudah ngajak netizen duluan, ngajakin pendengar-pendengar kita untuk ngobrol di media sosial kita. Oke kita bacain beberapa yang pertama dari “@jokodaaarmawans Kolaborasi bagaikan simbiosis mutualisme.” Setuju nggak?

 

(MS) Setuju sih gue, setuju.

 

(RA) Selanjutnya dari “@ubaydemir_ Bagus dong, biasanya bisa menghasilkan warna baru di dunia musik.” Bisa nggak seperti itu?

 

(AF) Bisa kok.

 

(MS) Bisa sih.

 

(RA) Bisa atau warnanya gitu-gitu aja?

 

(MS) Hmm, berarti salah pilih kolaborator.

 

(RA) Balik dari komentar netizen tadi, kolaborasi tuh simbiosis mutualisme. Berarti ada yang diuntungkan, ada yang dirugikan, ada yang sama-sama diuntungkan dan sebaliknya. Ada yang sesuai sama tracknya, kok ada yang nyebrang jauh ya. Dan ada yang keliatan gini kalo misalnya, let’s say artis A yang sudah kita kenal bersama artis B yang kita belum kenal, setuju nggak itu dibilang pansos?

 

(MS) Nah tergantung nih. Definisi pansos ya kalo gue ngeliat pansos kan panjat sosial ya, kalo panjat sosial lebih berkaitan dengan status sosial jadi maksudnya nggak bisa dijadikan tolak ukur berhasil atau nggaknya. Karena menurut gue pribadi, cukup menilai karyanya berhasil atau nggak bisa menjangkau audiens. Kalo yang pansos lebih ke pribadi gitu menaikkan status sosial pribadinya, jadi regardless karyanya mau kayak apa itu tujuannya dia bukan ke karya.

 

(RA) Kalo menurut lo gimana nanggepin soal ini? Emang bener ya dibilang pansos kayak gitu?

 

(AF) Harusnya pelaku musiknya gak bisa di-judge dia pansos. Karena mungkin itu dari manajemennya atau yang gimana kayak bisa menguntungkan dari semua langkah kolaborasi.

 

(RA) Tapi sebenarnya gini, pansos tuh gak selamanya dianggap negatif, karena pansos adalah hal yang positif. Contohnya kayak gini, ada artis yang pengen naikin nama artis baru juga. Sebenarnya itu kan yang positif, ya nggak sih?

 

(MS) Bisa juga sih. Kayak gue juga ngeliatnya gini, maksudnya perlu dibedain antara bagaimana pansos dan marketing. Kalo marketing kan kita bicara pengen reach yang lebih luas, sebetulnya mirip sama kayak pansos artinya dia kan pengen masuk dan melebarkan audiens baru. Kalo gue ngeliatnya dari dua sisi gitu.

 

(AF) Gue nambahin juga. Masalahnya pansos kan kolaborasi tuh, nggak bakal terjadi kalo kedua pihak tuh nggak mau. Pihak yang diajak ngerasa dia pansos, harusnya dia pasti nolak dong.

 

(RA) Kalo cross-genre gitu kalian liatnya gimana sih sebagai musisi? Seperti kayak lo liat Isyana sama DeadSquad atau case lo deh, lo kolaborasi sama Matter Mos. Itu cross-genre dong, gimana ada kepikiran gitu?

 

(AF) Gue alasannya lebih gimana caranya jadi yang beda, karena gue terkenal yang swing jazz gitu. Ya udah, terus gue bedain aja deh gimana gue yang tipikal jazz tapi kolaborasi dengan rapper. That’s why dia kan terbiasa nyanyi lagu-lagu trap kenceng banget, sekali-kali dapet project yang swing kan dan dia sama-sama dapat something new.

 

(MS) Gue jujur sebenarnya dulu masih jaman SMP tahun 94-95 itu ada album yang bikin gue kaget banget, soundtrack film Judge Dredd yang maen Sylvester Stallone. Itu kayak ngebuka perspektif gue ngeliat musik. Pas gue dapet album itu gue ngeliat kolaborasi lintas genrenya tuh tiba-tiba Aerosmith kolaborasi sama Run DMC, band rock ketemu hiphop. Itu tuh kayak ternyata “ohh boleh ya kayak gitu ya..”, kita sebagai musisi tuh nggak perlu mengkotak-kotakkan genre. Jadi kalo lo mau berkarya jangan cuma di kotak itu doang, harus push your limit.


Obrolan semakin seru, mulai dari lanjut ngebahas kolaborasinya Adikara bareng musisi-musisi senior, project idealisnya Merdi bernama Blowjams, sampai pentingnya sebuah value dari kolaborasi. Selengkapnya bisa kalian simak versi penuh videonya di sini, atau versi audionya di sini.

Comments
Irwandi -
Good information
Agus samanto
pansos tuh gak selamanya dianggap negatif