Inspiring Products
Selasa, 21 Juli 2020

Schors, Keelokan Serat Kayu Pada Dompet

  • Share
  • fb-share
Schors, Keelokan Serat Kayu Pada Dompet

Ada banyak cara memanfaatkan limbah di lingkungan sekitar, salah satunya seperti yang dilakukan Schors. Melihat potensi limbah serat kayu yang banyak ditemukan di kota Bandung, Schors mencoba mengolahnya menjadi produk aksesoris fesyen dengan desain unik khas anak muda. Seperti apa proses kreatif Schors memproduksi berbagai produk keren seperti dompet, topi, dan clutch? Yuk, ngobrol lebih jauh!

 

Modal Awal yang Ringan

Di Bandung, banyak sekali pembuatan kerajinan tangan berbahan dasar kayu. Hal inilah yang menginspirasi Muhammad Fadli, owner Schors, untuk mencoba membuat aksesoris fesyen memanfaatkan serat kayu.

Nggak mau membuat produk yang biasa-biasa saja, Schors memilih serat kayu dari pohon Ek Gabus yang tumbuh subur di Indonesia. Di Eropa, pohon Ek Gabus biasanya sering dijadikan bahan pembuatan bola bisbol, kursi, atau bahan pembuatan tutup botol wine. Tapi, limbah pohon ek belum banyak dimanfaatkan untuk membuat kerajinan tangan bernilai tinggi.

Melihat peluang ini, pada September 2014, Fadli memutuskan untuk mendirikan Schors dengan modal awal Rp4 juta. Pemilihan nama Schors memiliki arti khusus. Dalam bahasa Belanda, Schors berarti kulit kayu, nama ini digunakan karena bahan utama pembuatan produk Schors semuanya berbahan dasar kulit kayu.

Box kartu nama eksklusif by Schors

"Produk pertama yang kita buat adalah dompet pria. Dompet sengaja kita pilih karena bentuk dan desainnya yang simpel dan nggak membutuhkan banyak bahan dalam proses pembuatannya. Dompet ini kita jadikan bahan eksperimen trial and error,” ungkap Fadli.

Fadli menuturkan, kesulitan utama ketika menjalankan bisnis ini bukan terletak pada keterbatasan modal atau desain produk. Kesulitan utama justru bagaimana cara meyakinkan para penjahit agar mau mengerjakan proses pembuatan dompet Schors. Para penjahit sempat ragu apakah serat kayu pohon Ek Gabus ini bisa dibuat produk kerajinan tangan, karena selama ini mereka terbiasa mengerjakan produk berbahan kulit atau kanvas. Dengan ketekunan dan kerja keras, Fadli dan tim produksi Schors mampu meyakinkan para penjahit kalau serat kayu dari limbah pohon Ek Gabus bisa jadi produk yang nggak kalah keren.

 

Produk yang Lebih Eco-Friendly

Dompet pria bertekstur serat kayu jadi produk andalan Schors

Pemilihan pohon Ek Gabus adalah keputusan yang sudah ditimbang secara matang oleh Fadli, Bro. Lapisan kulit dari pohon Ek Gabus bisa menghasilkan serat kayu dengan kualitas tinggi. Pohon ini termasuk produktif dalam menghasilkan serat kayu. Jika selesai panen, akan tumbuh lagi lapisan baru serat kayu dalam jangka waktu kurang lebih 10 tahun. Karena itu, pembuatan Schors juga nggak perlu menebang kayu sama sekali.

Tekstur dan pola dari serat kayu merupakan keunikan utama produk Schors. “Kami mengedepankan keunggulan tekstur serat kayu yang khas dan nggak bisa ditemui pada kerajinan tangan berbahan kulit atau imitasi. Selain itu, bahan ini juga lembut dan lebih tahan air daripada kulit hewan. Kalau kotor, dompet bisa lebih mudah dibersihkan menggunakan sikat gigi,” ungkap Fadli.

Proses varnish dompet Schors

Selain menampilkan produk unik dengan desain kekinian khas anak muda, Schors juga membuat kemasan produk yang terbuat dari limbah kayu palet peti kemas. Limbah kayu palet ini kemudian didaur ulang menjadi produk packaging, recycle, dan reuse. Jadi, ketika lo membeli Schors, lo mendapatkan produk yang eco-friendly, Bro!

Dalam satu batch produksi, Fadli mengaku bisa menghasilkan 4 sampai 5 lusin dompet. Selain membuat dompet, Schors juga menawarkan tas, notebook, pouch, dan gantungan kunci. Dari berbagai produk yang ditawarkan, dompet pria masih menjadi produk terlaris. Banyak pembeli yang menyukai produk ini karena desain yang unik, ringan, dan kualitas produk yang tahan lama.

 

Terus Kembangkan Produk Baru

Terus Kembangkan Produk Baru

Kendala produksi yang sering ditemui Schors saat ini adalah ketersediaan bahan baku serat kayu pohon Ek Gabus. Selain itu, Fadli juga merasa perlu melakukan edukasi pasar tentang penggunaan dan perawatan serat kayu, karena bahan yang satu ini memang belum terlalu banyak dipakai di masyarakat.

"Dalam mengembangkan bisnis ini, tentu akan ada tantangan dan kesulitan tersendiri. Tapi, saya dan tim akan terus berupaya untuk melakukan berbagai inovasi produk yang unik dan menarik. Ke depannya, kami sedang berencana menambah produk baru di lini aksesoris fesyen, mulai dari topi sampai produk footwear akan kita buat," jelas Fadli.

So, buat lo yang penasaran sama uniknya produk eco-friendly berbahan serat kayu, coba deh kepoin Schors di Instagram mereka @schors.id!

Comments
Noni
unik dan kreatif
Agus Sungkawa
Ada serat kayunya pada dompet