Trending
Rabu, 29 Juli 2020

Musik Rock Tidak Harus Keras

  • Share
  • fb-share
Musik Rock Tidak Harus Keras

Musik rock tidak pernah berhenti diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Nama-nama di bawah ini, mungkin akan sedikit membuka wacana tentang gelombang baru musik rock Indonesia yang inklusif dimiliki oleh semua orang dan kalangan. Dan kadang, musik rock belum tentu keras.

 

01. Perunggu – Menyala

Perunggu merupakan band beranggotakan tiga orang yang hanya memainkan musik di waktu luang mereka. Musik, bukan prioritas utama. Tapi tidak lantas menjadi halangan untuk berkarya dan merilis sesuatu. Pendar, EP tiga lagu yang memasukkan track “Menyala” ini dirilis bulan Juni 2020 yang lalu. Kencang.

 

02. Sundancer – Firasat

Sundancer adalah band rock asal Lombok, Nusa Tenggara. Setengah dari duo ini, OmRobo, merupakan veteran di scene bawah tanah Indonesia. Sebelumnya, ia merupakan frontman dari band ugal-ugalan nan legendaris yang jadi influence penting untuk The Panturas, The Southern Beach Terror. Sundancer sudah merilis sebuah EP dan beberapa single lepas. Saat ini, sedang merencanakan EP berikutnya bersama LaMunai Records asal Jakarta. Ini single paling romantis mereka.

 

03. Fleur! – Muka Dua

Fleur! adalah metaformosa dari Flower Girls, band cover Dara Puspita yang berisi empat orang musisi yang bukan anak kemarin sore. Single “Muka Dua” adalah karya perdana mereka yang ditulis sendiri. Sekarang, formatnya jadi tiga orang. Buat sebuah perkenalan, ini senjata yang bagus. Terlebih jika kamu punya kesempatan untuk menyaksikan mereka beraksi langsung di panggung.

 

04. Tarrkam – Wanita Ekstasi

“Wanita Ekstasi” diambil dari kompilasi “Adiksi Adaptasi” yang dirilis oleh Berita Angkasa Musik. Kompilasi ini merupakan respon langsung akan pandemi. Ini juga menjadi debut Tarrkam di kanal digital. Sebelumnya, mereka sudah merilis beberapa karya, tapi distribusinya selalu lewat bawah tanah dari tangan ke tangan. Band ini sudah punya reputasi baik di scene lokal Jakarta. Semoga saja, makin banyak orang bisa mendengarkan karya mereka.

 

05. The Hollowcane – Sound of the Mountain

The Hollowcane berasal dari Bandung. “Sound of the Mountain” diambil dari album berjudul sama yang dirilis di penghujung 2019 lalu. Unsur harmoni yang manis, mengambil peran penting dalam musik mereka. Mendengarkan album penuhnya dari depan sampai belakang punya satu ujian penting; jika berhasil menyelesaikannya, mungkin akan suka dan mengulang-ulang.

 

06. Olly Oxen – Jauhari

Kuartet Olly Oxen berasal dari Semarang, Jawa Tengah. Mereka menjadi ekspor terbaru scene musik kota itu. Debut album penuhnya, “Mahiwal o’ Ndes” merupakan follow up dari EP “Bad Mantra” yang dirilis 2017 lalu. Pelan tapi pasti, band ini mengembangkan musiknya dan membuat kota mereka bangga; bahwa Semarang, kendati tidak banyak, tetap punya band bagus yang masuk aktif bermain.

 

07. Zirah – Pusaka Pertiwi

Lagu ini merupakan single perdana dari album self-titled milik Zirah. Sejak kemunculannya, band ini lumayan diantisipasi oleh banyak orang di scene lokal Jakarta. Karya mereka dirilis oleh Rekaman Pots, label yang lumayan aktif dan pelan-pelan menciptakan ekosistem sendiri yang bisa menjadi satu simpul jaringan bagi pelaku musik yang mencoba melebarkan daya jangkau sebaran musik mereka. Umur album ini diuji oleh pandemi, banyak rencana promosi yang harus ditahan oleh Zirah untuk mendukung perjalanan album ini.

 

08. Mothern – Tunnel

Mothern adalah salah satu roster Sun Eater, label yang mulai berpengaruh di Jakarta. Sebelum bergabung dengan label itu, Mothern sudah merilis sebuah EP dan beberapa single lepasan. Lagu-lagu mereka bisa mengeset mood untuk memacu adrenaline melakukan sesuatu dengan suasana rekreasional yang tidak biasa. Kata mereka di lagu ini, “Stop pretending you’re alright.”

Comments
Iriyandi
keren sekali
Fadya Aulia
keren sekali