Dougy Mandagi adalah musisi asal Indonesia yang dikenal sebagai vokalis The Temper Trap. Namanya mulai mencuri perhatian karena karakter vokalnya dan kiprahnya di panggung internasional, termasuk Coachella. Buat lo yang penasaran soal perjalanan musisi Indonesia di luar negeri, kisah Dougy ini salah satu yang menarik diikuti.
Nama lengkapnya Abby Rai Chrisna Mandagi, lahir di Bitung, Sulawesi Utara. Masa kecilnya cukup berpindah-pindah, dari Hawaii, lalu Bali, sampai akhirnya menetap di Australia bersama ibunya. Satu hal menarik, Dougy ternyata masih berkerabat dengan Arie Lasut, pahlawan nasional Indonesia.
Sebelum terkenal, Dougy sempat jadi musisi jalanan di Melbourne. Dari fase inilah dia ketemu teman-teman yang kemudian membentuk The Temper Trap.
Dougy Mandagi dan The Temper Trap

Photo by @thetempertrap
The Temper Trap dibentuk pada 2005 di Melbourne oleh Dougy Mandagi, Jonathon Aherne, dan Toby Dundas. Setelah merilis EP pertama pada 2006, nama mereka mulai diperhitungkan lewat festival-festival di Australia. Tahun 2008, mereka pindah ke London untuk mengejar pasar yang lebih luas dan mengerjakan album debut, Conditions.
Album ini langsung melejit berkat “Sweet Disposition”, lagu yang membuat The Temper Trap masuk festival besar, film, soundtrack, sampai playlist jutaan pendengar.
Sepanjang kariernya, mereka sudah merilis tiga album: Conditions (2009), The Temper Trap (2012), dan Thick as Thieves (2016).
Salah satu pencapaian terbesar Dougy adalah tampil di Coachella 2010 bersama The Temper Trap. Momen ini sering disebut sebagai salah satu penampilan paling berkesan dari band tersebut, sekaligus menjadikan Dougy salah satu musisi asal Indonesia yang berhasil tampil di festival musik terbesar di dunia.
Proyek Solo BLOODMOON

Photo by @joylandfest
Setelah bertahun-tahun bareng The Temper Trap, Dougy mencoba eksplorasi baru. Dari situ lahirlah proyek solonya yang dia namain BLOODMOON. Beda dari musik band sebelumnya, BLOODMOON lebih gelap, eksperimental, dan banyak dipengaruhi musik elektronik.
Tinggal di Berlin juga kasih warna baru buat cara Dougy bikin musik. Kultur elektronik di kota itu bikin dia makin berani main dengan tekstur suara yang lebih abstrak. Salah satu rilisan perdananya, “Disarm”, menunjukkan sisi Dougy yang jauh lebih personal.
Identitas Indonesia yang Tetap Ada

Photo by @_bloodmoonmusic
Meski berkarier di luar negeri, Dougy tetap membawa identitas Indonesianya. Latar belakang, keluarga, dan pengalaman tumbuh di berbagai tempat ikut membentuk warna musiknya. Ia jadi contoh bahwa musisi diaspora bisa tetap dekat dengan akar budaya tanpa membatasi kreativitas.
Perjalanan Dougy Mandagi memperlihatkan bagaimana seorang musisi dari Indonesia bisa berkembang, beradaptasi, dan tetap konsisten berkarya di panggung internasional.
Ada juga penyanyi Indonesia bernama Prinsa Mandagie yang sempat populer lewat lagu “Sahabat Dulu”. Karena marganya sama, banyak yang mengira ia berkerabat dengan Dougy Mandagi. Tapi sebenarnya keduanya tidak punya hubungan keluarga, hanya sama-sama memakai marga khas dari Sulawesi Utara.



Comments