Trending
Jumat, 05 Juni 2020

Apocalypse Zoom Eps. 8, Bahas Dampak Pandemi Bagi Para Pelaku Industri Musik

  • Share
  • fb-share
Apocalypse Zoom Eps. 8, Bahas Dampak Pandemi Bagi Para Pelaku Industri Musik

Sejak virus corona (Covid-19) muncul dan menyebar ke banyak daerah di Indonesia, musik adalah salah satu sektor kreatif yang kena hajar sangat keras. Industri musik dipaksa berhenti dan berbagai macam peran yang mendukung dunia permusikan mulai dari musisi, EO, hingga para penggemar pun merasakan dampaknya. Mulai dari kehilangan sumber penghasilan serta kehilangan hiburan yang biasa menemani keseharian mereka.

Lantas apa yang bisa para pelaku industri musik ini lakukan di masa pandemi untuk mempertahankan eksistensinya? Yuk, simak lebih jauh rangkuman diskusi webinar yang diadakan oleh komunitas @cerahati soal eksistensi para pelaku industri musik kala pandemi ini.

 

Lewat Diskusi, Para Pelaku Industri Musik Bahas Dampak Pandemi

Lewat Diskusi, Para Pelaku Industri Musik Bahas Dampak Pandemi

Cerahati sebuah komunitas kreatif audio visual pada Kamis, 4 Juni 2020  lalu telah menggelar diskusi online bertajuk "Apocalypse Zoom Eps. 8 Setelah Berdamai, Lalu Musik Mau Bagaimana?". Pada diskusi ini Felix Dass sebagai moderator ditemani Saleh Husein (WSATCC, The Adams), Farid Stevy (FSTVLST), dan Surya Fikri (The Panturas) berbincang membahas soal dampak pandemi pada industri musik dan bagaimana mereka sebagai musisi menyikapinya.

Saleh Husein atau Ale dari WSATCC dan The Adams berpendapat kalau ia tetap ingin manggung secara live

Seperti yang lo ketahui, selama pandemi kita diminta untuk melaksanakan himbauan social distancing dan self-isolation demi mengurangi penyebaran virus corona. Alhasil banyak jadwal tur serta manggung para penyanyi maupun band seketika harus diundur atau bahkan batal. Pun, konser dan gelaran musik menjadi salah satu sumber pemasukan utama untuk para musisi. Dengan adanya pandemi ini, rezeki para musisi pun seketika terhenti.

"Sekitar bulan Maret pas baru awal ada himbauan tidak boleh ada kerumunan, kita masih sempet ngarepin buat manggung. Tapi akhirnya kita mutusin selama setahun ini kita stop ngarepin manggung," ungkap Surya atau biasa dipanggil Kuya. Kendati demikian, Kuya juga menambahkan bahwa The Panturas tetap bisa survive dengan mengandalkan penjualan merchandise. "Untung selama ini The Panturas masih bisa survive karena kita nge-switch pendapat utama kita yang awalnya dari manggung ke penjualan merchandise."

Surya Fikri atau Kuya dari The Panturas berpendapat bahwa pandemi ini adalah waktunya ia untuk lebih banyak belajar

Sedangkan Farid dari FSTVLST (dibaca Festival List atau singkatnya Festiv) melihat dampak pandemi dengan sedikit berbeda. "Festiv sebelum pandemi itu membuat rencana ke depannya itu jangka waktunya tahunan kaya buat setahun atau dua tahun ke depan. Tapi selama pandemi ini kami buat lebih pendek, kaya bulan depan atau minggu depan. Contohnya, minggu depan kita mau apa atau anak-anak yang menggantungkan hidupnya di Festiv minggu depan masih aman buat makan atau nggak. Jadi sekarang kami lebih merespon masalah dan merencanakan dalam jangka waktu yang pendek," ucap Farid.

Namun bagi Saleh atau yang biasa dipanggil Ale, gitaris grup musik White Shoes & The Couples Company dan The Adams berpendapat bahwa ia cukup aktif selama pandemi ini walau dengan segala keterbatasan. Beberapa kegiatan yang dilakukan Ale di antaranya adalah melakukan rekaman dan membuat video musik. Meski begitu Ale pun tetap merasakan dampak pandemi yang mengubah dirinya. "Gue sebelum pandemi nggak pernah ngerasain yang namanya kangen buat manggung, dan baru sekarang ini gue kangen sama yang namanya manggung," ungkap Ale.

 

Bagaimana Musisi Lintas Kota Menyikapi Masa Depan yang Menjelang

Felix Dass selaku moderator diskusi ketika menanyakan soal masa depan kepada para musisi

Saat ditanya Felix tentang masa depan, Kuya mengaku jika ia mungkin akan lebih fokus ke digital. "Sekarang tuh waktunya buat belajar. Gimana caranya nempatin kamera dan pake software buat ngedit," ucapnya. Bertentangan dengan Kuya, bagi Ale masa depan musik nggak banyak yang berubah akibat pandemi ini. "Gue dan band gue didesain untuk tampil langsung, jadi soal manggung gue tetep fokus untuk bisa live. Nggak banyak yang berubah, karena gue percaya dan ngotot kalo pandemi ini bakal selesai. Dan kalau ke depannya sulit buat manggung, mungkin nanti bisa buat acara sendiri. Tetep fokus untuk tampil secara langsung," jelas Ale.

Farid Stevy dari FSTVLST (dibaca Festival List) bercerita tentang dampak pandemi yang dialaminya dan bagaimana ia menyikapinya

Sedangkan bagi Farid, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, cara ia Menyikapi masa depan adalah berlatih mengelolanya. "Perlu membantu dan memastikan keadaan kru aman, jadi untuk sekarang take it slow dulu," ucap Farid.

 

Tetap Bermusik dan Berkreasi, Ekonomi Bukan Segalanya

Dadang Pranoto dari Dialog Dini Hari/ Navicula saat menyampaikan pendapatnya soal tetap berkreasi dan bermusik di tengah pandemi

Sebelum pandemi, banyak yang berpikir cari uang dengan bermusik itu enak. Bisa menyalurkan hobi sekaligus dapat uang banyak. Tapi nyatanya itu semua ambruk selama pandemi ini. Banyak musisi yang kehilangan penghasilan dari job manggung dan mulai menggantungkan sumber penghasilannya pada penjualan album dan merchandise.

"Kalau band-nya udah terkenal sih bisa, tapi buat yang baru mulai itu nggak berlaku," tegas Ale. Pendapat Farid pun tidak berbeda jauh, dari awal ia bermusik, ia tidak melakukannya untuk mencari uang. Lalu, saat ditengah diskusi Dadang dari Dialog Dini Hari/ Navicula ikut bergabung dalam perbincangan panas soal berkreasi dan  berbagai masalah yang muncul akibat pandemi terutama masalah ekonomi. Dadang mengatakan, "Masalah yang penting adalah saat orientasi awal bermusik, yang harus ditegaskan. Kalau orientasinya memang berkreasi ya malah masa pandemi ini yang paling hot." Hal yang serupa pun diungkapkan oleh Farid dan Ale.

Yap, pandemi corona ini emang udah berhasil bikin industri musik dunia jadi loyo, namun itu nggak serta-merta menghalangi para musisi untuk terus Bermusik dan berkreasi. Karena bagi mereka musisi sejati, ekonomi bukan segalanya dan bagaimanapun show must go on!

Buat lo yang mau tahu lebih jauh soal dampak dan hal apa yang dilakukan pelaku industri lain di masa pandemi ini untuk mempertahankan eksistensinya, lo bisa tonton hasil diskusi mereka secara lengkap di akun YouTube Cerahati New Media Works, dengan tajuk "Apocalypse Zoom Eps. 8 Setelah Berdamai, Lalu Musik Mau Bagaimana?"

Tidak ketinggalan, Instagram @mldspot juga punya seri #MumpungLagiDirumah yang akan membuat hari-hari dirumah lo jadi bertambah seru, bro.

Dalam seri #MumpungLagiDirumah, ada 2 jenis live session dan 1 challenge yang bisa lo nikmati. Ada Intimate Sound, di mana lo bisa menikmati live sharing session bareng artis pilihan. Kemudian ada InstaClass yang siap kasih tahu lo tutorial berkarya langsung dari ahlinya. Gak berhenti sampai di situ, Bro. Seri #MumpungLagiDirumah juga punya challenge PhotoJournal yang bisa lo ikuti setiap harinya. Dan yang paling asyik, setiap live session menawarkan berbagai hadiah yang bisa lo menangkan, loh. Tertarik buat ikutan? Yuk, follow Instagram @mldspot dan nikmati keseruannya Bro!

Comments
RESPENI RIMA KUMALASARI
Lewat Diskusi, Para Pelaku Industri Musik Bahas Dampak Pandemi
ASRI YULIATI
Cerahati sebuah komunitas kreatif audio visual pada Kamis, 4 Juni 2020 lalu telah menggelar diskusi online bertajuk "Apocalypse Zoom Eps. 8 Setelah Berdamai, Lalu Musik Mau Bagaimana?". Pada diskusi ini Felix Dass sebagai moderator ditemani Saleh Husein (WSATCC, The Adams), Farid Stevy (FSTVLST), dan Surya Fikri (The Panturas) berbincang membahas soal dampak pandemi pada industri musik dan bagaimana mereka sebagai musisi menyikapinya.