Trending
Selasa, 04 Juli 2023

Artificial Intelligence Itu Sebenarnya Kawan apa Lawan?

  • Share
  • fb-share
Artificial Intelligence Itu Sebenarnya Kawan apa Lawan?

Pas lagi asyik scrolling di socmed atau ngobrol sama circle tongkrongan, mungkin lo pernah nemu momen tiba-tiba topik obrolan lo nyasar ke artificial intelligence–alias AI–yang bisa gantiin kerjaan kita. Okay, hold up. Sebenarnya, AI itu peluang apa ancaman buat kita, sih? Biar kita sama-sama tahu, gue pengen ngajak lo ngulik rangkuman MLDPODCAST #94 bareng Irzan Raditya, Angie Williams, sama Basboi di sini!

 

AI Lebih Tua dari yang Lo Kira!

Karena baru heboh belakangan ini, mungkin aja lo ngira teknologi artificial intelligence baru ada sekarang. Atau minimal abad ke-21, lah, soalnya gue juga pernah sepemikiran. Tapi, ternyata, AI udah ada di kehidupan kita sejak lama, jauh sebelom kebanyakan dari kita udah gede!

Soalnya, kata Bang Irzan Raditya selaku founder dari kata.ai, startup yang fokus ke AI buat teks dan suara, nenek moyang dari AI di kehidupan kita sekarang udah eksis dari tahun 70-an dalam bentuk machine learning. Penasaran sama cara kerjanya? Simak penjelasan Bang Irzan di bawah sini:

“Misalnya, kita masukin data gambar kucing ke machine learning, dia tahu kucing itu wujudnya kayak gimana. Jadi, pas dikasih gambar kucing angora, dia bisa state kalau itu kucing. Kalau dikasih gambar anjing, dia bisa bilang itu bukan kucing.”

Dia juga nambahin lagi kalau sekarang, AI udah jadi makin canggih karena datanya makin berlimpah. Ini juga makin kebantu sama smartphone yang makin hari tambah affordable buat semua kalangan. Hasilnya, data yang di-upload ke cloud Google dan kawan-kawannya buat bahan belajar AI juga berlimpah.

“Ibaratnya kayak kita kasih buku soal kucing ke AI. Dari dulu yang cuma bisa state ini bukan kucing sama ini adalah kucing, sekarang AI bisa bikin tulisan buat jelasin apa itu kucing, wujudnya gimana, dan lain-lain,” kata Irzan.

 

Artifical Intelligence: Etis atau Enggak?

At this point, gue yakin beberapa dari lo udah mikir soal etis apa enggaknya artificial intelligence, terutama buat yang jenisnya generative macam ChatGPT sama DALL-E. Well, gue juga, apalagi considering data yang dipakai jadi bank pengetahuan AI itu asalnya dari karya-karya yang udah ada sebelumnya. So, gimana pendapat Bang Irzan dan Angie Williams soal ini?

First of all, kita bakal ngeliat opini Angie selaku content creator. Kekhawatiran doi soal canggihnya AI bermula dari generative AI yang bisa bikin audio seolah-olah semua personel One Direction nyanyi lagu baru pakai suara mereka yang sekarang. 

Padahal, nih, menurut doi itu mustahil soalnya semua personelnya udah lama hiatus dan enggak ada wacana comeback. Bahkan, lebih jauh lagi, doi ngerasa bisa aja teknologi itu dipakai buat impersonate kontennya dan dirinya.

Senada sama pendapat Angie, Bang Irzan juga ngungkapin kalau secara etis, teknologi artificial intelligence itu masih ada di grey area. Wajar, katanya, karena kita semua at this rate lagi masih dalam tahap adaptasi sama teknologi baru. Jadi, enggak nutup kemungkinan generasi yang lebih muda lagi dari kita bakal biasa aja sama penggunaan AI, atau bahkan lebih jago daripada kita.

 

AI Bisa Jadi Teman… Asal Tahu Cara Amannya

Nah, meski masih dianggap morally grey, Bang Irzan sekaligus Angie sepakat sebenarnya AI punya potensi buat ngebantu kita semua. Salah satu contohnya, Bang Irzan ngejelasin gimana AI bisa ngebantu masyarakat di daerah terpencil bisa konsultasi kesehatan via suara.

Terus, kalau disuruh pilih dunia dengan atau tanpa AI, Angie juga lebih suka dunia yang ada AI karena teknologi ini bisa bantu dia cari ide buat konten. Ya, asal enggak secanggih dan se-accessible sekarang karena masih rentan disalahgunain. Terlepas dari itu, mereka juga sependapat kalau AI tetap bermanfaat asal kita tahu cara aman pakainya.

“Biar baik, kita semua pelan-pelan aja jangan terlalu terburu-buru [...] kita ambil aja yang dikit-dikit, jangan serakah semua dikasih ke AI,” kata Angie soal sebaiknya AI digunain kayak gimana buat kerjaan. Abis itu, Bang Irzan juga nambahin satu poin yang enggak kalah penting setiap kali pakai aplikasi berbasis AI: “Kita perlu bijak baca soal terms and condition, terutama soal privasi data [tentang data pribadi kita dipakai buat apa].”

Ternyata, artificial intelligence atau AI sebenarnya cuma tools yang bisa jadi kawan buat bantu keseharian kita. Tapi, dengan syarat kita musti bijak gunainnya! Buat ngulik lebih banyak obrolan soal contoh AI di kehidupan sehari-hari sama perjuangan Irzan ngerintis start up-nya, tonton versi full dari podcast-nya di sini atau dengerin audionya. Jangan lewatin konten-konten lainnya di website MLDSPOT dan Instagram @mldspot, ya!

Comments
Fadya Aulia
dua sisi koin
John Hutabarat
tergantung menempatkan dimana