Trending
Sabtu, 07 Agustus 2021

Bahas Cryptoart Bareng Azeten dan Rimbawan Gerilya

  • Share
  • fb-share
Bahas Cryptoart Bareng Azeten dan Rimbawan Gerilya

MLDpodcast kali ini punya kesempatan buat ngobrol dengan 2 seniman jagoan tanah air, dan bahasan kali ini cocok dengan mereka, karena mereka merupakan seniman Indonesia yang pertama kali menjual karya mereka di cryptoart atau juga disebut sebagai NFT; Azeten (AZ) dan Rimbawan Gerilya (RG).

Berawal dari seniman graffiti, Alif Maulana atau bisa disebut Azeten, akhirnya mencari media lain yang lebih menguntungkan untuknya, dan melebarkan sayap ke visual mapping di berbagai party dan festival musik besar. Hingga akhirnya kini juga merambah dunia cryptoart. 

Sedangkan Rimbawan Gerilya yang bernama lahir Tri Hartono memulai karir dari seniman print ke motion graphic artist, hingga akhirnya ikutan vj-ing culture di nightlife scene bersama Javabass, hingga sekarang juga ikut merambah cryptoart.

Mereka berdua sepakat bahwa dunia seni visual punya kekuatan untuk nampilin selain estetik, juga informasi untuk memperkuat musik ataupun medium lain.

AZ: Berkarya di dunia digital memberi banyak keleluasaan, apalagi di masa pandemi seperti saat ini, sekarang gue udah bisa buktiin kalo berkarya di digital juga bisa profitable. Tapi semakin berkembang perangkat dan teknologi, seniman digital juga harus tetap keep up terus upgrade terbaru.

RG: Saking cepatnya teknologi bergerak, kadang agak susah keep up sama upgrade-nya, jadi memang perlu membekali diri dengan skill dan kreativitas juga sih buat senimannya.

Mereka berdua juga punya start berbeda ketika ditanya dari mana mereka mengenal dunia cryptoart.

AZ: Mulai mengenal cryptoart dari temen satu kolektif gue, dan beberapa kali ikut sesi minting di beberapa platform, sangat profitable apalagi kerjaan offline juga sementara ini kudu stop dulu karena pandemi.

RG: Udah lumayan lama merhatiin dunia cryptoart, tapi ga kepikiran karena terlalu jauh dunianya dari gue. Suatu saat dikontak sama salah satu kurator festival musik di Polandia, mereka ngajakin pameran virtual buat launching sebuah platform. Tapi itupun sempet terbengkalai karena gue nikah. Setelah itu gue sempet follow up dan dia ngasi link ke beberapa organisasi yg memberi mentorship untuk NFT. Karya pertama gue di cryptoart juga hasilnya gue pakai buat bantu teman-teman di skena musik di bali

Ketika ditanya apakah cryptoart bisa jadi solusi untuk masalah copyright di dunia seni, mereka punya jawaban yang hampir sama.

RG: Lumayan jadi solusi, karna basic dari cryptoart kan digital sertifikat atau token yang terus diupdate di blockchain, yang hampir mustahil dipalsukan.

AZ: Sistem royalti ketika karya pindah tangan di NFT juga sangat fair untuk senimannya. Jadi setiap karya yang dijual kembali oleh sang kolektor, berapapun harganya sang seniman berhak dapat 10% dari transaksi tersebut.

Mereka juga antusias ketika pertanyaan masuk ke proses jual karya di NFT.

AZ: Lo bikin karya, minting di platform, bikin deskripsi karya, lo masukin list, misal karya terjual nanti coin yang lo dapet bakal masuk ke wallet lo, trus tinggal pindah ke rekening.

RG: Bikin dompet crypto, lo dikasih password/phrase. Isi wallet lo dulu, otomatis udah jadi identitas lo, data udah ada, setelah itu lo udah bisa masuk di platform. Proses jual-beli udah bisa kejadian di dalem platform.

Ngomong-ngomong soal dompet crypto, buat lo yang mau mulai bermain di dunia crypto memang ada beberapa jenis crypto wallet yang bisa lo pergunakan, tepatnya sih ada 5 jenis dompet crypto, yaitu;

  1. Mobile wallet; yang paling populer dan paling banyak digunakan. mobile-friendly jadi bisa lo unduh sebagai aplikasi di smartphone lo. Kekurangannya, lo harus pastikan smartphone lo gak hilang, atau jaga keamanan password lo.
  2. Desktop wallet; menawarkan keamanan yang cukup tinggi, karena hanya bisa diakses melalui perangkat komputer yang lo pergunakan. Kekurangan jenis dompet ini adalah lo harus bener-bener jagain supaya perangkat komputer lo bebas dari virus dan malware.
  3. Web wallet; dengan interface untuk pengguna yang paling mudah digunakan dan dimengerti, cukup hanya pastikan lo punya koneksi internet dan lo bisa pakai dompet ini dimanapun dan kapanpun. Sayangnya karena dompet jenis ini bekerja secara online, jadi target empuk untuk para hacker.
  4. Paper wallet; tidak dianjurkan untuk pemain pemula, karena dompet jenis ini cukup membingungkan dan sulit dipergunakan. Namun dompet jenis ini memberi garansi keamanan yang sulit ditembus, karena semuanya dilakukan secara offline, jadi lo hanya perlu nge-print dan pergunakan kertas tersebut sebagai dompet.
  5. Hardware wallet; jenis terakhir dan paling terkenal dari crypto wallet. Bentuknya kecil dan sangat mirip dengan USB. Jenis dompet ini banyak digunakan karena tingkat keamanan yang sangat tinggi; walau transaksi dilakukan secara online, namun seluruh password dan data disimpan secara offline.

Lanjut lagi dengan obrolan bersama Azeten dan RImbawan Gerilya mengenai dunia crypto art.

RG: Seniman yang jago di karya fisik belum tentu jago di cryptoart, karena memang beda dunia. Cuma memang ada beberapa esensi yang bisa ditransfer antara kedua dunia tersebut. 

Sayangnya kompleksitas di cryptoart punya efek buruk buat kreativitas seniman. Karena di cryptoart kita nggak cuma jadi seniman, tapi juga jadi trader.

Rimbawan Gerilya juga sempat dengar quote orang soal cryptoart, di masa depan waktu lo buat nonton benda digital ngga akan berkurang dan malah akan terus bertambah, jadi udah ga relevan untuk lo berkarya secara fisik dan mengajak orang untuk menikmati secara offline, ketika interaksi lo kebanyakan di layar.

Keseruan obrolan Ryo Wicaksono, Azeten, dan Rimbawan Gerilya membedah dunia NFT dan cryptoart ini bisa lo saksikan di Youtube channel MLDSpot di sini https://www.youtube.com/watch?v=oxBZe5ZvCGs 


Atau lo bisa dengerin versi audio-nya di sini https://open.spotify.com/episode/49f56OhPOnzbXIOH4wtDzM

Comments
Theo
oke jg nih
Irsan Erik
Manteepp keyeen banget pokokee