Trending
Sabtu, 06 Maret 2021

Kemunculan Era Baru Musik Pop di Tahun 70-an

  • Share
  • fb-share
Kemunculan Era Baru Musik Pop di Tahun 70-an

Untuk menikmati musik saat ini rasanya udah bukan hal yang istimewa lagi – sadar atau nggak, mendengarkan musik udah jadi keseharian yang kita lakukan sehari-hari. Mulai dari bangun tidur, pas lagi beraktivitas, sampai mau tidur lagi.

Adanya musik saat ini juga nggak bisa terlepas dari musik-musik yang udah diproduksi di masa-masa sebelumnya – seperti yang udah di bahas minggu lalu, banyak gaya musik yang terdampak dari budaya Pop Barat dan kebebasan ekspresi musisi di era 70-an.

Hal ini juga yang akhirnya melahirkan banyaknya #LaguBaruDariMasaLalu. Tapi sebelum lahirnya lagu-lagu baru dari masa lalu ini, sebenarnya seperti apa perkembangan musik pop di era 70-an setelah mendapat kebebasan berekspresi dalam bermusik? Pastinya bakal lebih seru dan beragam dong?

Nggak perlu bertanya-tanya, langsung simak aja ulasan selengkapnya di bawah ini!

Warna Musik di Era 70-an

Setelah mendapatkan kebebasan dalam berekspresi yang disalurkan dalam sebuah karya musik, para musisi muda di era 70-an memasuki masa kejayaannya – terlebih dalam musik pop. Industri musik Indonesia dipenuhi oleh grup-grup pop seperti Koes Plus, D’Lloyd, Panbers, The Mercy’s, dan lain-lain. Para musisi ini menjadi idola bagi para penikmat musik saat itu.

Dengan warna musik yang cenderung seragam, para grup musik ini memiliki kesamaan dalam hal melodi, akord, hingga lirik yang itu-itu saja – nggak jauh-jauh dari patah hati, jatuh cinta, dan hal-hal mengenai cinta lainnya.

Remy Sylado – seorang pengamat musik saat itu berpendapat, bahwa warna musik yang seragam ini menjadi monoton dan mengalami pendangkalan dari musik pop Indonesia. Memproduksi musik bukan lagi menjadi sebuah media berekspresi, namun menjadi sebuah tuntutan bagi para musisi untuk terus memproduksi musik akibat tuntutan dari label rekaman yang menaungi mereka.

Gebrakan Baru dalam Bermusik: Badai Pasti Berlalu

Badai Pasti Berlalu

Credit image – Arsip Irama Nusantara

Setelah melalui waktu dimana musik pop Indonesia menjadi stagnan dan membosankan, pada tahun 70-an atau tepatnya 1977 lahir sebuah album Badai Pasti Berlalu yang dirilis oleh Eros Djarot, Chrisye, Fariz RM, Keenan Nasution, Berlian Hutauruk, Debby Nasution dan Jockie Surjoprajogo. Album yang dibuat untuk menjadi soundtrack dari film Badai Pasti Berlalu ini sendiri dibuat atas permintaan dari Irama Mas.

Yang membuat album ini istimewa adalah – album ini hadir di saat yang tepat, di tengah kejenuhan para penikmat musik dengan warna lagu yang monoton. Album ini sebenarnya nggak terlalu menarik banyak perhatian ketika perilisannya – tapi, album ini diputar terus di radio tepatnya di jam prime time sehingga akhirnya menarik penggemarnya sendiri lewat radio.

Sayangnya, film Badai Pasti Berlalu nggak berhasil meraih kesuksesan seperti album soundtrack-nya yang berhasil merajai industri musik saat itu. Album ini juga yang membuat nama Chrisye semakin melambung.

Kesuksesan album ini terbukti pada tahun 2007 –  album ini berhasil masuk ke peringat #1 dalam daftar 150 Album Indonesia Terbaik versi majalah Rolling Stone Indonesia. Nggak heran lagu-lagu dari album – seperti Badai Pasti Berlalu, Pelangi, Serasa, dan lagu-lagu lainnya masih kita nikmati sampai sekarang ya, bro!

Kreativitas Anak Muda pada LCLR

Lomba Cipta Lagu Remaja

Credit image – Arsip Irama Nusantara

Pada tahun 70-an atau tepatnya tahun 1977 lahir sebuah kompetisi yang mengajak para anak muda untuk menciptakan lagu sekreatif mungkin – yaitu Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR) yang diadakan oleh Radio Prambors.

Kompetisi ini rasanya menjadi warna baru dalam industri musik pop Indonesia – pasalnya, lagu-lagu yang diciptakan dari lomba ini memang menjadi sebuah hal yang baru dan menarik. Meskipun ajang sejenis ini juga pernah dilakukan oleh para musisi lain – seperti Leo Kristi dan Guruh Gipsy, namun rasanya para label rekaman nggak menganggap hal ini menjadi sebuah hal yang menarik.

Kehadiran LCLR ini awalnya pun masih dipandang menjadi hal yang kurang menarik, hingga akhirnya pada tahun 1977 dan puncaknya tahun 1978 – lagu Lilin-lilin Kecil dan Khayal masuk ke dalam kategori ‘Lagu Tersayang’ para pendengar Prambors saat itu.

Lomba Cipta Lagu Remaja

Credit image – Arsip Irama Nusantara

Ajang ini mencatat telah berhasil menghadirkan pencipta lagu yang berpengaruh cukup besar pada industri musik Indonesia di tahun-tahun selanjutnya – seperti James F Sundah, Baskoro, Yovie Widianto, Fariz RM, Ikang Fawzy, dan masih banyak musisi lainnya.

Setelah kehadiran Badai Pasti Berlalu dan album kompilasi dari LCLR, industri musik pop Indonesia menjadi bersemangat dalam menghasilkan karya-karyanya dan menciptakan musik pop alternatif yang diminati oleh penikmat musik saat itu – salah satunya lagu-lagu ciptaan Chrisye, Keenan Nasution, Eros Djarot, dan lain-lain.

Ternyata hadirnya #LaguBaruDariMasaLalu ini nggak semata-mata karena para musisi menciptakan karyanya aja, bro – tapi juga ada peran besar dari LCLR dan juga album Badai Pasti Berlalu. Kalau masa ini berfokus pada musik pop, untuk musik jazz sendiri gimana ya, bro?

Kalau penasaran, tungguin aja bahasan MLDSPOT selanjutnya!

 

Feature image – Malam Final LCLR di Taman Ismail Marzuki,  Arsip Irama Nusantara

 

Referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/Badai_Pasti_Berlalu_(album_1977)

https://dennysakrie63.wordpress.com/2011/03/17/lclr-prambors-picu-era-baru-musik-pop/

https://dennysakrie63.wordpress.com/2013/12/14/kisah-tentang-kaset-badai-pasti-berlalu/

Comments
MUHAMMAD BACHTIAR
pesona lagu lawas memang gk ada mati nya. lagu lama selalu mengandung arti yang mendalam
Selvi RC
Keren terlalu