Trending
Kamis, 09 Maret 2023

Kunci Sukses Bisnis Makanan ala Sammy Lawless & Popo: Kejar Gimmick!

  • Share
  • fb-share
Kunci Sukses Bisnis Makanan ala Sammy Lawless & Popo: Kejar Gimmick!

Lo yang berjiwa entrepreneur pasti pernah ngelamun terus mikir, kayaknya enak ya bisnis FnB? Well, sepertinya lo termasuk salah satu dari sekian banyak entrepreneur muda yang FOMO kalau enggak nyobain bisnis satu ini. Padahal kalau enggak diniatin dengan bener, bisnis FnB ini bisa gampang runtuh karena ramenya persaingan.

Nah, di MLDPODCAST episode ke-91 ini, ada Sammy Bramantyo dari Lawless Jakarta dan Popo dari Warpopski yang ngasih pendapat mereka tentang tren bisnis FnB di Indonesia. Ternyata waktu ngebangun bisnis FnB masing-masing, Sammy dan Popo punya cerita yang menarik, lho! Yuk, baca rangkuman podcast yang banyak dagingnya ini!

Idealis boleh, tapi...

Kalau muterin Jakarta, lo pasti bisa dengan mudah nemuin bisnis restoran. Mau yang berkonsep warung sampai restoran buat dinner romantis, udah banyak banget bertebaran di pusat keramaian Jakarta. Jadi kalau lo mau memulai bisnis FnB, wajib banget punya nilai pembeda dari restoran-restoran lain. Artinya, lo harus punya idealisme sendiri saat membangun usaha restoran. Nah, ini yang dipertahanin sama Sammy dan Popo sejak awal membangun bisnisnya.

Sammy merupakan salah satu owner dari Lawless Burger Bar, sebuah restoran bergaya Amerika yang sudah buka di daerah Kemang, Menteng, Bintaro, P.I.K., hingga Blok M. Uniknya, restoran ini memegang teguh konsep Heavy Metal, mulai dari dekor sampai musik yang disetel di restorannya. Ternyata saat ingin memulai restorannya, Sammy sempat kesulitan mencari rekan yang mengerti dunia FnB. Bahkan, ajakannya pernah ditolak dua kali sebelum akhirnya Sammy berhasil nemuin orang yang tepat.

“Jadi emang konsepnya (Lawless Burger Bar) organik, gua pilih orang yang enggak cuma pinter masak, tapi juga suka sama konsepnya segala macem, jalan! Jadi idealis, tapi gua ga maksain,” kata Sammy.

Bisnis FnB full gimmick bakal sukses?

Salah satu cara biar sebuah restoran memiliki nilai pembeda dari restoran lain adalah dengan ngelakuin gimmick. Lo pasti pernah tau, kan, ada sebuah restoran yang gimmick-nya adalah pelayanan dengan marah-marah ke customer? Atau jangan-jangan, lo pernah dateng ke tempat itu? Nah, Popo punya pendapat tersendiri tentang restoran-restoran yang lebih mentingin gimmick pelayanan.

“Buat gua, sih, memikirkan produk jauh lebih menarik daripada gimmick-nya. Gimmick tuh cuma bonus,” kata Popo. Menurutnya, mengikuti tren gimmick tersebut enggak gampang. Apalagi, kalau di kemudian hari ternyata trendsetter dari gimmick tersebut bisnisnya udah mulai menurun. Otomatis, bisnis lain yang ngikutin gimmick itu harus segera cari cara baru buat narik pelanggan.

Bahkan menurut Sammy, bisnis yang cuma ngandelin gimmick tanpa memikirkan produknya enggak bakal bisa bertahan lama. Saat orang datang demi gimmick, orang tersebut cuma bakal datang sekali atau dua kali dan selesai.

Namun, bukan berarti pakai gimmick itu salah, ya. Sammy nambahin kalau restoran yang makanannya enak juga percuma kalau enggak dibarengin dengan usaha buat ngeviralin makanan tersebut, salah satunya lewat gimmick tadi. Jadi, di antara keduanya memang harus seimbang.

Masalah utama pemilik coffee shop 

Oke, mungkin lo belum kepikiran gimana caranya bikin usaha restoran dengan konsep yang unik. Gimana kalau coffee shop? Yes, coffee shop emang jadi tempat yang paling dicari para pekerja WFA atau mereka yang pengin ketemuan sama temen-temennya. Nah, Popo punya saran, nih, buat lo yang mau mulai usaha jenis ini.

“...Yang mereka (para pemilik coffee shop) lupa, tuh, biasanya ngitung HPP tempat duduk,” kata Popo. HPP sendiri merupakan singkatan dari Harga Pokok Penjualan, yang dihitung dari modal untuk bahan, biaya pegawai, dan biaya lainnya.

Menurut Popo, pemilik bisnis juga harus memasukkan variabel lain dalam HPP tersebut, yaitu jangka waktu seorang pelanggan duduk di coffee shop tersebut. Apalagi mengingat kalau di Jakarta, salah satu masalah yang dihadapi pebisnis FnB adalah kesulitan mencari ruang.

Jadi, mending kerja kantoran atau entrepreneur? 

Sebagian besar dari lo pasti pengin mulai bisnis makanan karena enggak mau kerja kantoran. Bener, enggak? Fenomena ini emang lagi banyak dialami sama anak muda. Mereka lebih milih punya warung kecil tapi jadi bos diri sendiri daripada harus kerja sama orang lain. Lo juga gitu, kan? Nah, Popo dan Sammy punya pendapat yang senada mengenai masalah tersebut.

Mereka berdua menganggap enggak ada yang mendingan kalau disuruh milih antara kerja kantoran atau punya bisnis sendiri. “Bisa aja lo punya warung sendiri terus kurang laku, tapi pas berkarier di bank bisa jadi vice president. Iya, kan? Ya, tergantung dari goal-nya,” kata Sammy.

Sependapat sama pernyataan tersebut, Popo pun mengatakan hal serupa, “Jadi, enggak ada yang mendingan, sih, tergantung lo maunya apa.” 

Bener juga, sih, kata Sammy dan Popo. Mau lo kerja kantoran, bikin warung kecil-kecilan, atau bikin restoran gede pun, selama lo ngelakuin dengan tujuan yang bener dan diniatin ya enggak bakal ada masalah gede. Iya, kan? Mau denger lebih lengkap lagi obrolan mereka soal bisnis makanan? Dengerin aja MLDPODCAST episode ke-91 ini di Spotify atau YouTube MLDSPOT!

Comments
Arif H
laris manis
Dhimas
Mantap bro