Trending
Senin, 05 Maret 2018

Lintas Genre dan Generasi Atas Nama Jazz

  • Share
  • fb-share
Lintas Genre dan Generasi Atas Nama Jazz

Urbaners, musik jazz merupakan bentuk ekspresi yang fundamental karena sangat berhubungan dengan kehidupan manusia. Sebagai bentuk apresiasi, perkembangannya juga sangat beragam untuk diadaptasi ke genre musik lainnya. Jakarta International BNI Java Jazz Festival 2018 hari kedua pun menawarkan ambisi keragaman dalam semangat kesamaan.

Mulai dari musisi muda yang digadang jadi pengganti Stevie Wonder, menjadi saksi lahirnya diva musik Indonesia, sampai kolaborasi para dedengkot musik untuk para penikmat uzur, yang juga disukai millenials. Urbaners jadi yang mana nih?

Keramaian jadi salah satu tolak ukurnya. Jakarta International BNI Java Jazz Festival 2018 boleh dibilang penuh sesak, sinyal handphone susah, antrean makanan membludak, dan hampir setiap show ditonton ribuan kepala. Tapi, semua orang pulang dengan senyum kepuasan.

Tashoora membuka cerita dengan manis sore itu. Massa yang datang bernyanyi bersama dengan lagu ‘Roman Picisan’ sambil bertepuk tangan setiap satu lagu selesai. Mendung yang terlihat di langit pun jadi enggan mengganggu kesenangan penonton.

Matthew Whitaker yang digadang jadi Stevie Wonder selanjutnya juga menarik. Bukan sama-sama tidak bisa melihat yang jadi ukurannya, tapi musikalitas permainan pianonya yang boleh dibanggakan. Mau main ngebut a la jazz bossanova atau melantunkan lagu beritme ballad yang lambat, tak masalah.

Lagu ‘Flintstone’ versi intrumental dilanjutkan ‘I’ll Be Around’ menampilkan harmonisasi yang menghipnotis. Penonton pun girang dengan apresiasi sorakan riuh setiap ada tempo musik yang semakin cepat atau mendadak melambat.

Setelah menonton dua penampilan ciamik, langit pun sudah gelap diiringi semakin ramainya pengunjung. The Urban Renewal Project benar-benar mempertontonkan kebaruan yang epik, persilangan pop dan hip-hop diiringi musik megah. Jauh-jauh dari Amerika Serikat, nomor-nomor seperti ‘Prophecy’, ‘Road to Victory’, dan ‘Here At Night’ jadi pengalaman yang menyenangkan.

Dari Jepang, Neighbors Complain juga hadir dengan musik funk jazz-nya. Lagu berbahasa Jepang tidak jadi masalah, digabungkan dengan bahasa Jepang membuat penonton eksentrik. Tidak jauh dari panggung Java Jazz yang terletak di tengah acara, musik rock dari Relish juga berhasil memberikan lagu-lagu dengan distorsi sedikit “keras” kepada penikmat musik jazz.

JP Cooper menjadi salah satu sorotan utama di malam kedua Jakarta International BNI Java Jazz Festival 2018. Musisi berambut gimbal ini mengundang koor penonton dengan ‘Satellite’, ‘Closer’, dan ‘September Song’. Ia juga bercerita bagaimana perasaan jauh dari rumah dan menyadarkan pentingnya orang lain dalam hidup.

Setelah itu, Cooper mengagetkan penonton dengan membawakan aransemen salah satu lagu paling populer milik John Lennon berjudul ‘Jealous Guy’. Sontak sorakan pun terdengar di sana-sini. Lagu itu juga dibawakan dengan indah.

Di panggung lainnya, proyek musik keluarga The Daunas berhasil membuat malam itu semakin sempurna. Improvisasi-improvisasi alat musik yang saling melengkapi membuat jazz semakin progresif. Musik tanpa suara vokal tetap membuat penonton bergoyang.

Namun, penutupan malam yang megah dan membuat penonton gembira dipersembahkan oleh Java Jive yang membawa Fariz RM. Lagu legendaris seperti ‘Gerangan’ dan ‘Sisa semalam’ digunakan untuk memancing penonton. Setelah itu, mereka menghajar dengan ‘Barcelona’ yang membuat malam semakin indah.

Malam itu, Fariz RM tampil dengan baju lengan panjang hitam andalannya sambil menenteng organ andalannya. Pilihan sulit memang karena Chandra Darusman juga tampil di panggung yang lain yang berkolaborasi dengan musisi muda.

 

Namun, pilihan tepat karena aksi Fariz RM dan Java Jive berkaliber senior ditutup dengan lagu ‘Dansa’. Penonton tua muda pun bergoyang. “Kalian luar biasa, terima kasih,” tutup Fariz RM.’

Comments
Argha hendriandika
Good article
sumardiyono
Lintas Genre dan Generasi Atas Nama Jazz