Trending
Senin, 30 Oktober 2017

Teddy Adhitya Dan Karir Bermusiknya

  • Share
  • fb-share
Teddy Adhitya Dan Karir Bermusiknya

Menjadi seorang pekerja seni mungkin adalah mimpi bagi sebagian orang di dunia. Banyak sekali bidang seni yang bisa lo geluti, mulai dari seni peran, seni lukis, seni rupa, sampai seni musik. Bidang seni musik mungkin juga merupakan salah satu bidang seni yang banyak sekali diminati. Teddy Adhitya contohnya, rasa jatuh cintanya terhadap musik mengantarkan pria kelahiran tahun 1991 ini terjun ke industri musik Indonesia. Drum, menjadi instrument pertama yang dimainkan oleh Teddy Adhitya, sampai akhirnya Ia memutuskan untuk menjadi seorang penyanyi. Perjalanan karir Teddy sebagai penyanyi solo juga cukup panjang, di awali dengan menjadi backing vocal pada tahun 2008, kemudian bergabung dalam grup vokal BoyzIIBoys bersama Kunto Aji, Adera, dan Beboy di tahun 2010, lalu mencoba peruntungan menjadi vokalis band Blotymama di tahun 2015. Dan, pada akhirnya Teddy berkarya sebagai penyanyi solo di tahun 2017 ini dengan album pertamanya yang sudah dirilis bertajuk “Nothing is Real”. Nama Teddy Adhitya pun semakin diperhitungkan di industri musik Indonesia, tapi, masa-masa sulit pun pernah dialami oleh penyanyi R&B ini. Bagaimana ceritanya? Simak obrolan seru bersama Teddy Adhitya seputar karir bermusiknya di bawah ini:

 

Awal perjalanan karir musik lo itu seperti apa?

Gue mengawali karir musik gue, professionally di tahun 2008. Awalnya, jadi background vocalist untuk salah satu musisi senior di Indonesia. Di tahun 2010, gue ketemu sama Kunto Aji, Adera, dan Beboy, dari yang awalnya cuma iseng cover-an di YouTube bareng, terbentuklah BoyzIIBoys secara spontaneous, terus jadi agak serius. Di tahun 2011, seiring dengan berjalannya BoyzIIBoys, gue juga jadi additional vocalist untuk Barry Likumahuwa Project selama 3 tahun. Di tahun 2015, gue dan temen temen gue membentuk sebuah band funk/RnB bernama Blotymama. Sampe akhirnya di tahun 2017, gue merilis album solo gue yang berjudul “Nothing Is Real”.

 

Waktu kecil sempet les drum, kenapa jadinya malah fokus jadi penyanyi?

Sebenernya, nggak les juga sih. Mungkin lebih enak kalo dibilang instrument pertama yang gue sangat ingin bisa kuasai adalah drum dan akhirnya belajar drum secara otodidak. Dulu kalo ngeband gue main drum. Sampai akhirnya, ada satu moment dimana vocalist band jaman sekolah gue dulu sakit dan nggak bisa nyanyi akhirnya gue harus gantiin. Dan ternyata, gue merasa lebih nyaman berada di depan nyanyi daripada di belakang main drum. Jadi, bisa di bilang “nyemplung” terus keenakan dan berkelanjutan kemudian diseriusin.

 

Selain drum, ada alat musik lain yang dipelajari juga?

Selain drum, gue juga bisa main alat musik (basic) lainnya kaya piano, guitar, dan bass.

 

Apa sih yang memantapkan lo menjadi penyanyi solo?

Sebenernya, niat jadi penyanyi solo sudah ada dari pertama kali main musik di tahun 2008. Dan gue berjanji sama diri gue sendiri, gue akan punya album solo di umur 25. Karena, gue merasa masih banyak banget hal yang harus gue pelajari. Dan Alhamdulillah, akhirnya kesampean. Kenapa di umur 25? Karena gue nggak mau punya album yang dalam 5 atau 10 tahun kedepan gue dengerin lagi terus kaya, “kok gue bikin album gini sih?” Makanya butuh waktu dan persiapan panjang untuk gue yakin merilis album solo perdana gue. Dan gue suka baca dulu bahwa diumur 25 tahun ada yang namanya quarter life crisis. Jadi, gue pengen punya sesuatu yang besar yang harus gue perjuangkan di umur 25 supaya nggak terjebak di dalam crisis tersebut.

 

Dulu juga sempet bikin grup vokal BoyzIIBoys dan pernah gabung juga sama band Blotymama, apa yang lo rasakan ketika ada di grup vokal dan menjadi vokalis dalam sebuah band?

Yang pasti ketika berada dalam sebuah grup gue harus mengalahkan ego. Menyatukan beberapa kepala untuk jadi satu tujuan itu nggak mudah. Harus belajar harmonisasi. Banyak banget pelajaran yang gue dapet ketika berada dalam sebuah grup. Singkronisasi energi.

 

Nah, sekarang perbedaan apa yang lo rasakan dari kedua hal itu dan ketika menjadi penyanyi solo?

Ketika jadi penyanyi solo, gue jadi bisa lebih punya control penuh atas apa yang gue inginkan. Arah musik yang gue tuju. Gue yang megang quality control dan gue decision maker atas karya karya dan semua keputusan untuk karya gue.

 

Pelajaran berharga apa yang lo dapatkan ketika bergabung dalam sebuah grup vokal atau sebuah band?

Yang paling berharga adalah gur belajar mengalahkan keinginan gue sendiri demi kepentingan bersama. Dan seperti yang gue bilang diatas. Singkronisasi energi.

 

Apa yang membuat lo memilih R&B untuk genre musiknya? Apa memang sesuai dengan kepribadian?

Gue dengerin banyak banget jenis musik dan gue lumayan mempelajari sejarah. Salah satu yang paling membuat gue tertarik adalah sejarah kulit hitam di Amerika. Khususnya sejarah musiknya. Jazz, Funk, Soul dan lain sebagainya. Itu adalah akar dari R&B, dan gue secara natural tertarik dan mendalami musik dan sejarah musik tersebut. Jadi hampir sebagian besar influence terbesar gue ya jenis jenis musik itu. Dan gue di titipkan suara yang kaya gini yang menurut gue, R&B /Soul is for me. Meskipun sebenernya gue jarang peduli soal genre. Buat gue musik enak mau apapun genrenya ya enak aja.

 

Belum lama ini akhirnya album solo keluar, “Nothing is Real”. Bagaimana proses pembuatan album ini?

Prosesnya menyenangkan sekaligus menantang. Karena memilih jalur independent bukan hal yang mudah. Gue harus mempersiapkan dan memutuskan segala sesuatunya sendiri. Termasuk dari sisi finansial. Itu yang terberat. Tapi, itu juga yang bikin seru. Ngerjain album ini gue dibantu sama temen gue Anugrah Swastadi di Mabes Music. Lagu-lagu yang gue tulis dan sudah gue pilih untuk masuk ke album biasanya gue bikin draft musiknya di rumah sebagai gambaran. Terus, gue bawa ke studio untuk dimatangkan bareng Anugrah Swastadi dan kemudian direkam.

 

Pengerjaannya memakan waktu berapa lama?

1 tahun penuh.

Apakah album ini benar-benar menggambarkan seorang Teddy Adhitya?

Sangat!

 

Apa yang lo rasakan ketika album solo ini akhirnya dirilis? Apakah sudah puas dengan hasilnya?

Rasanya lega, seneng, dan sebenernya susah untuk diceritain dengan kata-kata karena ini mimpi gue sejak 9 tahun dan akhirnya kesampean. Kalau puas atau ngga, sangat! Karena, gue nggak akan release kalau gue belom puas.

 

Lo kan juga menulis lagu, bagaimana seorang Teddy Adhitya mendapatkan inspirasi saat menulis lagu?

Mostly, patah hati. Traveling juga jadi salah satu inspirasi terbesar gue dalam menulis lagu.

 

Ada masa-masa yang cukup sulit nggak sih yang dilalui dalam karir bermusiknya? Bagaimana lo menyikapi hal tersebut?

Masa sulit pasti ada. Apalagi memilih jalur independent dalam bermusik gue. Masalah pasti ada khususnya finansial. Tapi, ya, itu harus dijalanin. Justru masalah masalah itulah yang bikin gue berjuang mati-matian untuk punya album dan release.

 

Siapa sih orang yang paling berpengaruh dalam perjalanan karir lo? Alasannya apa?

Mama dan Papa gue. Gue merasa sangat beruntung punya orang tua yang sangat demokratis. Gue dibebaskan memilih apapun dalam hidup gue dan di-support 100%. Bahkan, waktu masih main drum, Mama lah yang selalu ngotot bahwa gue tuh harusnya nyanyi. Dan, Alhamdulillah gue bisa sampe di titik ini karena dukungan yang luar biasa dari orang tua gue.

 

Lo kan juga suka traveling dan fotografi, bagaimana lo mengatur waktu untuk melakukan hobi lain atau untuk liburan di waktu yang mungkin sekarang lagi sibuk-sibuknya?

Gue jarang menjadwalkan liburan. Biasanya liat jadwal kalau pas kosong spontaneous aja langsung jalan ke tujuan yang saat itu terlintas di kepala. Jadi kalau untuk jadwal sih selalu ada aja waktunya untuk liburan di sela-sela kesibukan gue.

 

Apa yang membuat lo berbeda dari musisi atau penyanyi lainnya?

Karena, gue Teddy Adhitya, dan cuma ada satu Teddy Adhitya Hamzah di dunia ini. Dan gue yakin ga ada yang mengalami apa yang gue alami. Basically, menurut gue semua orang/musisi ga ada yang sama. Masing-masing punya keunikan masing-masing dan cerita masing-masing.

 

Menurut lo, apakah sistem industri permusikan di Indonesia sudah cukup mendukung karir seorang musisi atau penyanyi?

Gue agak kurang percaya sama yang namanya sistem, dan nggak mau terlalu pusing mikirin gituan. Tapi, melihat banyak temen-temen musisi yang tour di luar negeri masih pake ongkos sendiri, berarti masih ada yang miss.

 

Menurut lo juga, apa yang harus dibenahi dari industri musik Indonesia?

Waktu radio berubah fungsi dari hits maker menjadi hits player. Menurut gue disitu mulai salah. Tapi, kalau ditanya apa yang harus dibenahi, jujur gue juga nggak bisa jawab. Mungkin nggak ada, atau mungkin terlalu banyak.

 

Lo ingin dunia musik di Indonesia itu seperti apa?

Jujur, musisi nggak boleh takut dalam berkarya jujur. Berkarya tanpa takut karyanya akan laku atau nggak, tapi,  gimana caranya karya yang jujur itu bisa laku.

 

Seorang penyanyi atau musisi juga nggak akan bisa sukses kalau nggak ada penggemar/pendengar/penikmat musik mereka. Penggemar di mata lo itu seperti apa?

Gue nggak akan ada di titik ini tanpa mereka. Apa yang gue bikin, karya karya gue ya untuk mereka. Untuk orang-orang yang suka sama musik gue, yang bisa relate terhadap karya karya gue.

 

Sepenting apa kehadiran penggemar dalam hidup dan karir lo?

Kayak yang gue bilang diatas. Sepenting itu. Gue nggak akan ada di titik ini tanpa mereka.

 

Mimpi terbesar lo itu apa? Apa yang belum tercapai?

Gue pengen keliling dunia memperkenalkan musik gue.

 

Terakhir, ada pesan atau tips untuk orang-orang yang memilih untuk berkarir di dunia musik?

Berkarya jujur tanpa ketakutan apapun. Sampaikan apapun yang ingin disampaikan, karena at the end of the day we musician are just the vessel, the messenger.  Penyampai pesan dari entitas yang lebih besar dari kita that speak thru us. Jadi, create!!

Comments
Iriyandi
mantap infonya
KATRINI ENDAH PAMUNGKAS
Sebenernya, niat jadi penyanyi solo sudah ada dari pertama kali main musik di tahun 2008. Dan gue berjanji sama diri gue sendiri, gue akan punya album solo di umur 25. Karena, gue merasa masih banyak banget hal yang harus gue pelajari. Dan Alhamdulillah, akhirnya kesampean. Kenapa di umur 25? Karena gue nggak mau punya album yang dalam 5 atau 10 tahun kedepan gue dengerin lagi terus kaya, “kok gue bikin album gini sih?” Makanya butuh waktu dan persiapan panjang untuk gue yakin merilis album solo perdana gue. Dan gue suka baca dulu bahwa diumur 25 tahun ada yang namanya quarter life crisis. Jadi, gue pengen punya sesuatu yang besar yang harus gue perjuangkan di umur 25 supaya nggak terjebak di dalam crisis tersebut.