Trending
Senin, 13 Mei 2019

Wesley Harjono, Mentor Sekaligus Akselerator Puluhan Startup di Indonesia

  • Share
  • fb-share
Wesley Harjono, Mentor Sekaligus Akselerator Puluhan Startup di Indonesia

Di era revolusi industri 4.0 saat ini, kemunculan startup bagaikan menjamurnya kedai kopi yang berada di setiap penjuru jalanan. Mulai dari startup di bidang e-commerce, transportasi, gaya hidup, sampai fintech, semuanya bertumbuh subur di Indonesia. Biasanya, startup ini digawangi oleh generasi muda melek teknologi yang memiliki model bisnis unik.

Di balik pertumbuhan startup yang kian padat, nama Wesley Harjono menjadi populer sebagai mentor sekaligus akselerator yang mengarahkan para pendiri startup agar bisa mencapai kesuksesan. CEO dari Plug and Play Indonesia ini punya segudang pengalaman di bidang bisnis dan finansial yang selalu ia bagikan kepada para pendiri startup. Buat lo yang tertarik bekerja atau meniti startup sendiri,

 

Mendorong Ekonomi Digital

Setelah bertahun-tahun berkecimpung di industri perbankan, Wesley memutuskan untuk hengkang dan masuk menggawangi akselerator startup global bernama GK Plug and Play (PnP) Indonesia. Basis PnP ada di Silicon Valley, Amerika Serikat, dengan nama Plug and Play Tech Center. Ia bertugas menjalankan operasional PnP dan aktif menjalin kerja sama dengan korporasi khusus untuk area Indonesia.

Sebagai akselerator, PnP akan mempertemukan startup binaannya dengan para pemangku kepentingan yang bisa mendorong startup tersebut tumbuh lebih cepat, misalnya saja dengan angel investor atau pemerintah. PnP secara ketat menyeleksi startup mana saja yang akan mereka bina, tentunya dengan memilih startup yang kredibel dan sustainable dalam jangka panjang.

Wesley percaya, bahwa masa depan Indonesia akan ditopang oleh kekuatan ekonomi digital yang saat ini banyak disokong oleh generasi muda. Maka dari itu, ia berani terjun ke industri ini untuk berkontribusi membangun ekosistem startup yang lebih matang, layaknya seperti yang ada di Silicon Valley.

Mendorong Ekonomi Digital

“Selain menjadi mentor startup, saya juga sibuk mengedukasi korporasi di Indonesia agar mereka bisa melek akan inovasi dan paham akan kultur dari setiap startup,” ujar pria yang hobi mengoleksi mainan, bermain golf, dan basket ini.

Terhitung dari program akselerasi Batch 1 pada Mei 2017 hingga Batch 5 yang saat ini yang sedang berjalan, PnP sudah membina lebih dari 53 startup lho, Urbaners! Rata-rata startup binaannya berkecimpung di sektor keuangan, logistik, dan agrikultur, namun ada juga startup yang berasal dari sektor lainnya. Kebanyakan startup yang dibina adalah dari Indonesia, dan sebagian dari luar negeri.

“Saat Batch 1 dilaksanakan, ekosistem startup-nya memang masih di tahap awal, jadi sektornya masih sangat beragam. Berbeda dengan sekarang, ketika ekosistem startup semakin dewasa, korporasi pun sudah melek akan inovasi dan mengetahui startup mana saja yang mereka butuhkan,” kata Wesley.

 

Membuka Akses Sebesar-besarnya

Membuka Akses Sebesar-besarnya

PnP memiliki network of mentor, jadi Wesley hanya sebagai mentor seorang diri, ia berkolaborasi dengan mentor-mentor rekanannya yang bekerja secara pro-bono alias secara sukarela untuk PnP. Setiap mentor pun harus memilih 1 hingga 2 startup saja yang sesuai dengan keahliannya, hal ini bertujuan agar mentoring bisa lebih efektif dan intimate.

Program mentoring terdiri dari beberapa aktivitas utama, yakni workshop mengenai pengembangan produk dan pengenalan dunia investasi, mulai dari cara menghadapi investor, fundraising, hingga pembuatan pitch deck. Program ini dilaksanakan selama 3 bulan penuh di Jakarta. Setelah selesai menjalani program mentoring, Wesley akan mengajak beberapa startup untuk bertandang ke kantor PnP regionalnya, lho!

Setelah program mentoring selesai, PnP akan membebaskan pendiri startup untuk memilih, apakah akan bergabung dengan mitra korporasi dari PnP atau akan tetap berdiri secara independen. Semua kembali pada pilihan masing-masing pendiri dan timnya.

PnP memiliki banyak relasi dengan modal ventura, baik dari Indonesia maupun luar negeri. Jadi, setiap startup binaan PnP yang ingin fundraising ataupun mendapatkan pendanaan lanjutan, bisa mendapatkan akses ke modal ventura tersebut. Nggak cuma dari modal ventura, PnP juga akan memberikan pendanaan awal kepada beberapa startup yang terpilih, Urbaners!

 

Wadah Pembelajaran

Wadah Pembelajaran

Wesley mengatakan, bahwa dirinya beserta tim PnP banyak belajar dari setiap startup binaannya. Memiliki riwayat pekerjaan yang cukup lama di perbankan, ia harus secara cepat beradaptasi dengan setiap inovasi dan teknologi baru yang mereka miliki. Berbincang dengan para pendiri atau founder pun salah satu hal yang menyenangkan bagi Wesley.

“PnP adalah sebuah wadah pembelajaran bagi saya pribadi. Selain belajar dari setiap startup, kami juga banyak belajar tentang kultur dari mitra korporasi. Selain itu, tentunya setiap startup bisa saling belajar satu sama lain, bahkan dengan para pemangku kepentingan sekalipun,” tuturnya.

Setelah startup binaannya sudah banyak digandeng mitra korporasi, bisnis mereka berjalan lebih mulus dan mendapatkan banyak bantuan pendanaan. Hal inilah yang menjadi reward tersendiri bagi Wesley dan juga tim PnP. Mereka ingin setiap kerjasama yang dibangun bukanlah project-based saja, tetapi lebih ke arah jangka panjang.

“Sebenarnya kerjasama ini adalah win-win solution. Di satu sisi, startup memerlukan pasar yang besar dari mitra korporasinya, begitupun juga korporasi yang berlomba-lomba mencari inovasi agar tidak kalah dengan kompetitornya,” papar Wesley.

 

Kurangnya Engineer dan Perbedaan Kultur

Kurangnya Engineer dan Perbedaan Kultur

Adapun tantangan yang dihadapi Wesley saat ini adalah kurangnya SDM, terutama engineer yang mumpuni untuk mengembangkan teknologi dari beberapa startup-nya. Ia memerlukan peran besar dari pemerintah dalam mencetak banyak engineer agar dapat memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja di era sekarang.

Tantangan yang kedua adalah kultur. Mempertemukan startup dengan korporasi besar itu bisa diibaratkan seperti gajah dan semut. Startup pergerakannya lebih cepat karena setiap ada perubahan bisa langsung ditangani, sedangkan korporasi besar pergerakannya relatif lama karena ada birokrasi dan aturan yang harus dipatuhi secara seksama.

“Banyak startup seringkali  mereka kecewa pada mitra korporasinya, dikarenakan pergerakannya yang relatif lama, harus melewati birokrasi dan prosedur yang mereka tetapkan, padahal startup biasanya modal cowboy saja,” ujar Wesley sembari bercanda. Ia menyadari peran PnP penting untuk menjembatani perbedaan kultur antara startup dengan korporasi agar kolaborasi tetap berjalan dengan lancar.

 

Tiga Kriteria Krusial

Jika berbicara kriteria startup yang ditentukan, hal paling utama yang dilihat PnP adalah karakter, motivasi dan komitmen dari pendirinya. Kalau karakter pendirinya kuat, seberapa banyak kegagalan pun akan teratasi dan eksekusi bisnis akan terus berjalan. PnP sangat menghindari pendiri startup yang hanya berorientasi pada profit tanpa melihat dampak sosial yang diberikan.

Kriteria kedua adalah teknologi dan inovasi yang ditawarkan, dilihat juga dari seberapa besar masalah yang ingin mereka pecahkan. Semakin besar skala masalahnya, maka semakin besar juga pasar mereka ke depannya.

Kriteria ketiga adalah attraction. PnP akan lebih tergugah melihat startup yang sudah memiliki dan mampu menjual produknya sendiri, mendapatkan pendapatan, ada target pasarnya, walaupun mungkin dari sisi pendapatan masih rendah, tetapi sudah terbukti ada pasar yang rela membayar produk mereka.

Tiga hal inilah yang PnP perhatikan saat menyeleksi startup. Biasanya PnP pun menyaratkan startup yang sudah berdiri selama 2 hingga 3 tahun untuk mengikuti program ini. “Kami gratiskan semua biayanya. Bahkan beberapa dari mereka, kami berikan investasi. Kami pun akan buka seluruh akses yang dimiliki PnP, baik di ranah pemerintahan, mitra korporasi, dan juga para investor,” tegas Wesley.

Tiga Kriteria Krusial

Kedepannya, PnP ingin mengkomunikasikan kebutuhan industri terkait startup ini di level universitas yang notabenenya sudah banyak memiliki program inkubator. “Jadi, nantinya mereka bisa lebih terarah dalam melihat kebutuhan pasar yang ada di saat akan menciptakan sebuah inovasi sebagai sebuah solusi,” harap Wesley.

Meskipun pusat PnP Indonesia hanya di Jakarta, ia berencana untuk membuka cabang PnP di kota lain, seperti di Bandung, Surabaya, dan Bali. Cabang PnP di kota-kota lain diharapkan bisa membangun ekosistem startup yang lebih matang dan bisa memajukan perekonomian Indonesia melalui sumbangsih startup inovatif oleh generasi muda.

Kalau lo tertarik untuk mengembangkan startup dan mendapatkan mentor seperti Wesley, langsung aja kepoin akun @plugandplayindonesia ya, Urbaners!

 

 

Comments
DEVI TRI HANDOKO
Mendorong Ekonomi Digital
Putra Pratama
Inspiratif