Trending

Backline Creative Warehouse, Wadah Tumpah Ruah Imaji Musisi dan Artis Kota Malang

Muda-mudi kreatif Kota Malang sempat bersedih di akhir tahun 2018 lalu. Tempat kegiatan mereka berpusat, beberapa cafe di Malang, satu per satu berguguran. Di tengah keresahan nggak akan ada lagi tempat untuk mengekspresikan diri, muncul satu nama, Backline Warehouse & Coffee yang seolah jadi penyelamat. Berdiri sejak 8 Februari 2019, tempat ini langsung membuka pintu lebar untuk dijadikan tempat berkarya.

Ya, selain nongkrong, muda-mudi Kota Malang memang suka sekali bikin event di cafe. Nggak hanya gigs musik, mereka juga sering menggelar pameran seni, workshop, atau talkshow seputar industri kreatif yang ada di kota. Berawal dari mimpi Vania dan Bie, duo personil Wake Up Iris yang sejak tahun 2016 sudah ingin punya cafe, maka berdirilah Backline yang kini jadi pusat bersenang-senang para muda-mudi kreatif.

Inspirasi dari Cafe di Berbagai Kota

Inspirasi mendirikan Backline Warehouse and Coffee ternyata bermula dari sebuah kebetulan. Melihat banyaknya wadah musisi di kota-kota lain, Vania dan Bie nggak mau kalah untuk membuat pusat seni di Malang.

"Waktu itu, kami pengen punya tempat nge-gigs, lalu terinspirasi juga waktu kami tur. Dibantu sama teman-teman musisi yang punya koneksi dan punya tempat. Ada Kedai Cas di Bandung, Earhouse di Pamulang, Impala Space di Semarang, Rumah Bonita, dan banyak lagi. Jadi, keinginan untuk punya tempat semakin tinggi, untuk ngebantuin band yang mau tur, showcase dan pameran karya," ungkap Vania tentang bagaimana Backline berawal.

Setelah dua tahun riset, survey, dan berusaha, baru pada tahun 2018 akhirnya titik menuju ke arah yang diinginkan Vania dan Bie semakin terang. Awal 2019 Backline pun resmi didirikan, dan seperti keinginan mereka, tempat ini langsung jadi pusat gigs yang menampilkan musisi lokal Malang maupun dari kota lain. Nggak hanya itu saja, beberapa artis gambar pun sempat menggelar pameran mereka di sini.

Nama Unik untuk Menu Makanan dan Minuman

Bicara soal cafe, nggak mungkin dong nggak ada menu makanan dan minuman. Nah, kalau lo datang ke Backline, lo pasti bakal senyum-senyum sendiri lihat daftar menu. Apalagi kalau lo adalah orang yang suka musik, pasti langsung teringat wajah musisi dan lagu-lagu yang mereka mainkan. Gimana nggak? Nama menu di Backline memang diambil dari nama musisi dan judul lagu yang mereka mainkan.

Ada beberapa menu yang recommended dan wajib kalian coba, seperti Cape Cod Kwasa-Kwasa Ginger & Lychee, Bob Dylan’s Chicken Sandwich, In Between Days Milk Tea Cream Cheese, Lips Like Sugar Mango Strawberry Lychee dan Shroom of Hendrix Fried Mushroom.

Pilih musisi dan lagu favoritmu dalam daftar menu di Backline © Dewi Ratna

"Kami nyobain makanannya, lalu merasakannya, dan mencocokkannya dengan beberapa judul lagu. Kira-kira, menurut kami kalau si menu jadi lagu, begitulah bunyinya," terang Vania.

Kalau lo punya nyali, lo wajib banget coba salah satu menu paling unik di Backline. Memang bukan diberi nama dari musisi dan judul lagu, tapi menu yang satu ini cukup menantang. Kamen Rider! Lo tahu kan kalau kamen rider itu belalang tempur? Yap, menu yang satu ini memang beneran belalang yang digoreng dengan bumbu spesial Backline. Dibanderol harga 10 ribu saja, lo udah bisa ngemil renyah, sekalian uji nyali!

Jadi Support System dengan Bantuan Tim yang Solid

Penampilan band Yallfears di Backline Creative Warehouse

Diakui Vania, proses pemilihan nama Backline ini agak lama. Mereka ingin nama yang ear catchy, mudah diingat, dan musikal. Kemudian teringat mereka pada kata backline, sebutan untuk sekumpulan amplifier yang biasa ada dalam gigs.

"Support system. Itu yang terbersit dalam pikiran kami. Kami pakai deh kata 'backline' itu. Harapannya bisa jadi support system teman-teman di Malang dan Indonesia untuk berkarya di Malang," ungkap Vania.

Untuk menjadi support system, tentunya nggak bisa dilakukan tanpa adanya tim yang membantu pergerakannya. Ada beberapa tim untuk menjalankan keberlangsungan Backline. Vania dan Bie bertugas menggarap ide dan konsep yang ada di Backline secara keseluruhan, sedangkan sebagai event organizer ada Hanny dari band Dizzyhead, dan ada Andriyan Andong sebagai soundman in house.

"Kami ingin menambah beberapa orang lagi di tim kami. Semoga segera bisa bertemu dengan teman teman dengan passion yang sama!" ujar Vania.

Wadah Tumpah Ruah Imaji

Ingin menjadikan Backline sebagai tempat berekspresi, Vania dan Bie berharap anak muda Kota Malang tahu bahwa ada tempat di mana mereka bisa menunjukkan karya dan diri mereka dengan bentuk apapun di sini. Karenanya, Backline dengan senang hati menerima siapapun yang ingin menggelar gigs maupun pameran hasil karya mereka. Backline bahkan juga membantu promo event lewat sosial media mereka.

Melukis saksofon dalam salah satu event pameran di Backline © Dewi Ratna

"Kami akan sangat senang membantu dan mewujudkannya. Kami ingin Backline jadi tempat untuk belajar dan berjejaring," ungkap Vania.

Backline Creative Warehouse sendiri sudah sering kedatangan band yang sedang dalam rangkaian tur Indonesia mereka. Beberapa showcase dari band di Malang dan sekitarnya juga sudah sering digelar. Mereka juga menyediakan ruang untuk talkshow dan workshop, serta ruang alternatif untuk pameran visual art. Selain itu, Backline juga punya program reguler.

"Kami memiliki program Tabur Baur, dimana kita bisa menabur karya dan berbaur dengan jejaring yang ada. Lalu ada Tea Time And Talks, talk show intimate dengan host Vania dan Bie langsung, mengenai beberapa topik dari narasumber terpilih. Kemudian ada Pasar 31 yang diadakan tiap tanggal 31, berupa musik dan pasar, lapakan untuk brand lokal milik teman-teman Malang lintas produk," papar Vania.

Ke depannya, Backline juga akan menambah program reguler mereka. Yang terbaru ada Pena dalam Skena, yang membahas dan menggencarkan jurnalisme dan pengarsipan tertulis bagi siapapun yang punya karya di Malang. Kebanyakan musisi dan artis lokal memang belum melek soal pengarsipan tertulis, padahal hal ini termasuk penting dalam keberlangsungan band atau karya mereka.

Mingle Sampai Jelang Subuh

Vania dan Bie mengaku mendapat lebih banyak pengalaman suka selama Backline berdiri. Mereka bisa berkenalan dan mempertemukan banyak pengkarya dan orang kreatif di seluruh Indonesia, terutama di Malang. Dan hampir dalam setiap event, akhirnya ada Backline afterhour, di mana selepas acara masih banyak pengunjung yang nggak langsung pulang. Mereka nyaman untuk tetap mingle sampai agak Subuh.

"Di situlah cerita semakin seru dan semakin akrab," ungkap Vania.

Sudut Backline paling nyaman buat chill out bareng teman-teman

Vania sendiri berharap agar muda-mudi kreatif, khususnya di Kota Malang, nggak berhenti untuk berkarya, belajar, dan berjejaring. Kalau lo penasaran untuk mampir ke Backline Creative Warehouse, tempat ini buka dari jam 5-12 malam setiap hari, kecuali hari Selasa. Jangan lupa cek IG mereka di @backlinemlg, ya!