Trending

Perjalanan Panjang Bangkutaman 20 Tahun Berkarya

Urbaners, berkarir di dunia musik tentu membutuhkan dedikasi dan kerja keras yang nggak mudah. Tanpa konsistensi, nggak banyak grup musik di Indonesia yang bisa bertahan digerus perubahan jaman. Salah satu kisah sukses yang patut lo simak adalah grup musik psychedelic folk rock Indonesia, yaitu Bangkutaman.

Di tahun 2019, band musik yang berasal dari Yogyakarta ini merayakan umur ke-20, sebuah prestasi yang wajib dirayakan karena nggak banyak yang bisa melakukannya. Bangkutaman yang berisikan Wahyu 'Acum' Nugroho (bass, vokal, harmonika), Justinus Irwin (gitar, vokal latar) dan Dedyk Eryanto (dram, vokal latar) siap bercerita tentang perjalanan panjang mereka di dunia musik. Check it out, guys!

Ekspedisi Musik Bangkutaman Selama Dua Dekade

Ekspedisi Musik Bangkutaman Selama Dua Dekade

Ketika diwawancara, Bangkutaman masih nggak percaya sama perjalanan mereka. “Gila, nggak kerasa juga ya. Di satu sisi kami merasa sangat bangga bisa bertahan selama ini. Dulu, waktu awal membangun band, kami tidak punya rencana khusus, kami hanya membiarkan semuanya mengalir begitu saja. Bersyukur banget ternyata bisa bertahan sampai dua dekade tetap eksis di permusikan Indonesia,” kata Dedyk.

Elemen tersebut juga menjadi salah satu alasan mengapa materi album ketiga mereka belum selesai sampai sekarang. Acum mengaku, “Kami adalah orang-orang lebih mencintai proses ketimbang hasil. Kami sangat menikmati proses pembuatan setiap album, mulai dari mendapatkan ide sampai rekaman. Kami nggak mau diburu-buru, karena bagi kami, bermusik adalah sebuah panggilan.”

Perjalanan Bangkutaman nggak bisa dibilang mudah. Mereka menemui berbagai hambatan, bahkan sempat berpikir untuk mengakhiri kebersamaan. Namun, setelah berproses dan berdiskusi dengan matang, mereka sepakat untuk melanjutkan perjalanan Bangkutaman. Banyak rekan-rekan sepermusikan mereka yang bahkan lebur terlebih dahulu karena tidak bisa menjaga konsistensi.

“Mungkin, hal itu terjadi karena kami menjaga proses bermusik itu sendiri. Kami tidak menetapkan target untuk menjadi terkenal, sama sekali tidak ada di agenda kami. Bagi kami, terkenal merupakan bonus. Itu artinya, banyak orang yang mengapresiasi karya seni Bangkutaman,” tambahnya.

Apa yang Berubah Selama 20 Tahun Berkarya?

Bangkutaman yang tadinya bermula di Yogyakarta sekarang sudah relokasi ke Jakarta. Walau berat, hal tersebut menjadi keputusan penting yang berkontribusi pada kisah kesuksesan mereka.

Apa yang Berubah Selama 20 Tahun Berkarya?

“Kami tahu bahwa hidup nggak melulu soal musik dan kami harus kerja untuk mengejar realita. Jakarta adalah tempat yang tepat, yang kami memang harus tuju,” kata Justinus. Walaupun begitu, ketiga sahabat ini tetap menganggap Yogyakarta sebagai rumah utama mereka. “Kami rindu 3 hal dari Yogya, yaitu: angkringan, nongkrong, dan kampus,”

Setelah 20 tahun berkarya, inspirasi bermusik Bangkutaman tidak banyak berubah. Mereka selalu menceritakan tentang lingkungan sekitar, terutama kehidupan di kampus-kampus Yogya. Mereka pun juga selalu mencoba untuk menyuarakan problematika kehidupan anak muda yang resah dan ekspresif. Karena sekarang berpindah ke Jakarta, kini Bangkutaman juga membuat lagu yang menggambarkan lingkungan kerja, Jakarta, dan keluarga. Hanya itu saja yang berubah.

Bagi Bangkutaman, inti dari kehidupan musik mereka tetap sama, hanya saja frekuensi dan geografinya yang berbeda. Tentu saja, waktu bakalan mengubah persepsi orang-orang, dan itulah yang dialami oleh Bangkutaman. Tetapi tetap saja, kegelisahan yang berada di sekitar kehidupan dan lingkungan Bangkutaman menjadi senjata dan bahan bakar untuk proses kreatif mereka, dan juga di kehidupan pribadi mereka.

Kebanggaan Prestasi Bangkutaman

Kebanggaan Prestasi Bangkutaman

Dengan pengalaman dan kaliber selama dua puluh tahun, ketiga anggota Bangkutaman mempunyai banyak pengalaman yang mereka banggakan. “Kebanggaan pertama kami adalah ketika Bangkutaman yang notabene adalah musisi amatir akhirnya bisa membuat karya musik yang diapresiasi oleh kritikus dan pengamat musik,” ungkap Acum.

Saat itu, Bangkutaman mendapatkan peringkat pertama untuk album terbaik dari majalah Musik Indonesia pada tahun 2010, “Itu bagian yang terbaik.” Beribu-ribu jam manggung dan tur di kota-kota di Indonesia, sekian banyak waktu jam latihan dan rekaman di studio beserta dengan rintangan yang terjadi, merupakan risiko yang dihadapi Bangkutaman selama bertahun-tahun. Namun, mereka mengaku bahwa “harga” tersebut sepadan dengan kesuksesan band yang memuaskan.

Ketika ditanya apa yang membuat Bangkutaman istimewa, mereka bercanda dengan mengatakan bahwa Bangkutaman adalah band dengan persiapan strategi dan konsep yang paling minimal. Ketika grup musik lain memiliki persiapan solid, Bangkutaman justru menonjolkan penampilan yang organik dan non artificial. Dalam setiap karya musik dan pertunjukan live, mereka dengan rendah hati selalu berinteraksi tulus dengan para penggemar. Tidak ada penipuan atau gimmick tertentu. Itulah yang membuat mereka selalu bersemangat untuk tampil dengan performa maksimal, entah itu di depan puluhan, ratusan, atau ribuan penonton.

Namun, jika harus memilih, Bangkutaman memiliki kesan yang nggak terlupakan ketika tampil di Singapura pada tahun 2011 untuk Esplanade. “Sudah kedua kalinya kami main di situ [Esplanade]. Dan tetap waktu itu adalah gig kesukaan kami. Panggungnya paling bagus, sound system paling nyaman, backstage paling luas, dan juga crew dan soundman-nya oke banget,” ujar Dedyk. 

Ia menambahkan, “Waktu itu kami beruntung banget bisa dapetin bass pinjeman epiphone hollow dari Jack Casady. Apresiasi penonton juga sangat menggugah dan selalu bersemangat. Kami sebagai musisi merasa sangat senang dan jadi salah satu memori yang kami ingat sampai sekarang.”

Rencana Bangkutaman untuk Dekade Mendatang

Bangkutaman mulai menyadari bahwa impact dari musik mereka dirasakan oleh orang banyak, terutama album dan lagu Ode Buat Kota di tahun 2010. Sejauh ini, Ode buat Kota dan Pekerja adalah dua lagu yang sering jadi obrolan positif di banyak fans. Bangkutaman merasa dengan pekerjaan harian yang mereka jalankan, mereka pun dapat menulis musik yang jujur “Kami bisa punya sudut pandang yang lain ketika menulis lagu soal kota, dan kami bisa sangat jujur ketika berbicara soal pekerja,” kata Acum.

Walaupun Bangkutaman pernah membuat album yang sarat akan suara masyarakat dan politik di masa lalu, tidak berarti Bangkutaman akan menjadikan hal tersebut menjadi ciri khas mereka. “Kami tidak tertarik dengan itu sama sekali, lagu-lagu baru kami nggak menyuarakan politik. Apalagi politik saat ini gak menarik untuk kami abadikan.”

Saat ini, grup musik Bangkutaman memfokuskan diri untuk menggarap dan mengeluarkan album baru. Belum tahu saat pastinya, tetapi ini berada di peringkat pertama dalam prioritas Bangkutaman. “Udah jadi tuntunan wajib, album baru.” tutupnya. Kita tungguin aja hasil karya mereka berikutnya ya, Urbaners!