Trending
Selasa, 21 Februari 2017

Gemuruh Turbulensi Sosial di Edwin’s Gallery Kemang

  • Share
  • fb-share
Gemuruh Turbulensi Sosial di Edwin’s Gallery Kemang

Seni rupa sebagai wujud praktis dari kebudayaan merupakan salah satu refleksi dari kehidupan yang kompleks. Hal itu bisa Urbaners rasakan dari karya-karya di ajang Contemporary Art and Social Turbulence di Edwin’s Gallery, Kemang, Jakarta Selatan.

Turbulence yang secara harfiah berarti gerakan pesawat saat cuaca sedang buruk menjadi tema pameran. Kondisi naik-turunnya kehidupan sosial Indonesia saat ini khususnya Jakarta sedang mengalami turbulensi gejolak sosial politik terkait pilkada serentak.

“Seni sebagai turbulensi sosial adalah salah satu respon dari kehidupan, termasuk kehidupan politik belakangan ini. Seniman itu radar dari satu masyarakat," kata Rifky Effendi, kurator pameran.

Di galeri ini, Urbaners bisa menikmati karya seni kontemporer dari 17 seniman muda Indonesia. Mereka adalah Abdi Setiawan, Adi Gunawan, Aliansyah Chaniago, Arya Pandjalu, Ayu Rista Murti, Dodi Sofyanto, Francy Vidriani, Kara Andarini, dan Muhammad Vilhamy. Kemudian Mujahidin Nurrahman, Reza Ayudya, Rudi Atjeh, Rudi Herdianto, Septiawan Hariyoga, Tara Astari Kasenda, Yosefa Aulia, dan Yogie A Ganjar.

Beberapa seniman mengekspresikan situasi urban perkotaan melalui karya seni berupa patung, lukisan dan video art. Kara Andarini misalnya, menyajikan drawing-drawing yang merujuk pada kepadatan kota dan degup kehidupan kota melalui karya berjudul "Alur Lanskap #1&#2".

Patung-patung karya Arya Pandjalu berjudul "Lindungi Aku dari Cahayamu" menyajikan potret manusia-manusia urban yang sering kali terpinggirkan dalam masyarakat kota. Hal serupa ditampilkan "Bukan Lele" karya Abdi Setiawan dan "The Dreams" karya Adi Gunawan.

Dedy Shofianto menyita perhatian publik melalui karya berjudul “Mechanical Beeties Claw Tanduk”. Kumbang tanduk yang terbuat dari kayu itu bisa bergerak menggunakan gear yang terbuat dari kayu jati. Bahan kayu yang selama ini tak dilirik untuk dijadikan gear.

Adapun karya instalasi Rudy Atjeh "The Next Unkown/Follower Generation" merefleksikan suatu kekhawatiran kepada hal yang paling nyata yang sedang dihadapi masyarakat Indonesia. Bagaimana jika nilai-nilai pluralisme yang ada di dalam kehidupan berbangsa di Indonesia tergerus dan terpecah belah.

Penyelenggara pameran berharap pengunjung mendapatkan kesan yang baru dan pengalaman baru dari seni kontemporer. Sejalan dengan prinsip contemporary art bahwa dunia seni itu merupakan barisan terdepan dalam menemukan arah hidup yang lebih baik.

 

source: liputan6.com gatra.com

Comments
subkhan al'aziz
nice infonya
Sandi Widiyantoro
Karyanya 😍 love