Inspiring People
Selasa, 06 Desember 2022

Apa Aja Sih Gejala Quiet Quitting di Kantor Lo? Simak Jawaban dari Pangeran dan Eza

  • Share
  • fb-share
Apa Aja Sih Gejala Quiet Quitting di Kantor Lo? Simak Jawaban dari Pangeran dan Eza

Ruang lingkup kerja selalu ada saja yang buat lo nyaman banget ataupun sebaliknya bisa menimbulkan sesuatu yang mengganggu. Kalo yang buat lo nyaman misalnya kultur ataupun struktur perusahaannya bagus serta punya rekan kerja yang solid. Lalu biasanya adanya lingkungan toxic adalah poin utama yang sering dijumpai bikin enggak betah.

Beberapa hal tersebut bukan menjadi sesuatu yang asing, seolah-olah sudah menjadi kultur di sekitar kita secara turun menurun dan susah untuk dihilangkan. Ketika sudah enggak nyaman, pasti ada beberapa karyawan yang mulai spill ataupun menyinggung tentang resign.

Di episode MLDPODCAST ke-87, Sastra Silalahi (SS) sebagai host akan ngebahas apa saja yang bisa lo kenali dari munculnya gejala quiet quitting di kantor. Tenang saja, Sastra ditemani dengan dua narasumber yang expert di bidangnya, yaitu Pangeran Siahaan (PS) sang enterpreneur yang sibuk juga dalam ranah media, kemudian Eza Hazami (EH), kreator konten yang juga bekerja dalam bidang human resource.

Simak obrolan straight to the point mereka bertiga di bawah ini ya.

(SS) Kalo dari lo sendiri melihat ciri-cirinya gimana ada gejala quiet quitting atau pernah juga melihat langsung? Kayak Linkedin-nya update melulu hehe..

(EH) Biasanya tanda-tandanya tuh sudah mulai ngobrolin topik tentang resign di medsos kayak pertanda ini kenapa nih. Kalo HR tuh ajak ngobrol dulu, atau kalo misalnya bosnya deket, biasanya ajak ngobrol terus lapor ke HR. Kita tanya ke anaknya kayak aspirasinya mau gimana, lo mau cabut kah atau gimana. Jadi kita lebih tawarin langsung, jangan langsung kita diemin, itu malah bikin enggak sehat buat kita berdua. Lo juga enggak senang di kantor, lo juga enggak deliver, terus buat kita enggak produktif.

(SS) Ciri-cirinya apa tuh biasanya, kayak ngomongin resign melulu atau jarang nongkrong lagi?

(EH) Kalo jarang nongkrong itu sih beda ya, mungkin ada ngurus keluarga kah, itu enggak bisa nge-judge lah. Cuma biasanya kalo meeting itu datang telat, gitu-gitu lah jadi kayak mulai susah di-reach lah.

(SS) Kalo lo misalnya ada enggak, misalnya employee lo ciri-cirinya kayak “ini orang sebenarnya masih niat enggak sih?” atau gimana menurut lo?

(PS) Dalam pengalaman gue sih sebenarnya itu bisa keliatan. Mungkin yang paling sering tuh perbedaan value atau mungkin juga ketidakcocokkan dengan leader-nya, mungkin saja gak cocok sama gue, atau sama level di bawah gue gitu kan. Gini kalo gue, ngehargai keterbukaan gitu jadi kayak hal-hal seperti itu harus di-communicate. Memang itu enggak bakal mengubah kalo lo emang enggak suka. Menurut gue kalo ada karyawan yang mau cabut, mau kita retain dia tuh kalo dia udah make up his mind menurut gue sudah susah sih. Cuma ya komunikasi tadi sih, oke loh kalo lo enggak suka sama orang itu wajar-wajar aja kok. Dan yang paling sering sih growth company-nya sih, karena mungkin saja dalam skala tertentu masih oke tapi setelah makin besar jadi enggak cocok, itu wajar kok.

Dari obrolan di atas, lo juga sering nemuin enggak sih di lingkungan kantor sendiri atau di tempat tongkrongan lo? Bagikan komentar lo di bawah ya!

Masih banyak pembahasan menarik lainnya tentang quiet quitting yang akhir-akhir ini banyak jadi perbincangan. Mereka bertiga juga ngebahas tentang apakah quiet quitting termasuk habit atau personal issue, fenomena current issue PHK massal, sampai gimana lo bisa bertahan di lingkungan toxic. Simak selengkapnya di sini, Bro!

Lo juga bisa dengerin versi audionya di sini, hanya di Spotify MLDPODCAST. Kepoin juga banyak artikel-artikel menginspirasi hanya di mldspot.com dan jangan lupa follow Instagram @mldspot biar lo enggak ketinggalan news update paling fresh dari MLDSPOT.

Comments
Agung Sutrisno
informasi menarik
Radhitya
parah parah