Inspiring Products
Senin, 13 April 2020

Rafheoo Footwear: Usung Fabric Sepatu Berkualitas Dari Mesin Tenun

  • Share
  • fb-share
Rafheoo Footwear: Usung Fabric Sepatu Berkualitas Dari Mesin Tenun

Semakin banyak brand lokal yang saat ini berhasil mencuri hati penggemar sepatu di Tanah Air. Pasalnya, desain dan kualitas sepatu lokal nggak kalah keren dari merek-merek luar negeri. Karena itu, kaum milenial di Indonesia pun selalu memburu keluaran terbaru dari brand sepatu lokal.

Salah satu brand yang sedang naik daun adalah Rafheoo Footwear. Sepatu kasual ini mengandalkan kualitas bahan untuk durabilitas terbaik. Ciri khasnya terlihat dari sol karet yang kuat hasil vulkanisasi dan bahan atas (upper) dari kain yang diproses oleh mesin tenun Shuttle Loom yang antik. Menarik, kan? Yuk, ikuti proses pembuatan di balik layar Rafheoo!

 

Pembuatan Sepatu yang Lebih Kompleks

Awalnya, bisnis Rafheoo meliputi produk-produk fashion seperti denim, tas, kemeja, dan t-shirt. Hendi Dermawan Putra, founder dan stakeholder Rafheoo mengaku mulai menggilai brand-brand lokal Indonesia setelah mengunjungi sebuah pameran. "Gue kayak jatuh cinta pada pandangan pertama. Malam-malam nih, setiap pulang kuliah, kerjaan gue buka forum di internet untuk baca artikel-artikel tentang denim lokal. Sampai akhirnya kepikiran untuk bikin brand denim sendiri," kisah Hendi, yang mengawali usahanya di usia 17 tahun pada Maret 2011.

Berperan ganda sebagai R&D, membuatnya harus terus menggali peluang pengembangan produk. Sepatu menjadi “mainan” barunya sekarang ini, dengan memanfaatkan material kain yang unik-unik sebagai upper body sepatu. Namun, ia menyadari sepatu yang bagus nggak cuma mengandalkan desain. "Sepatu tuh lebih kompleks dibandingkan pakaian atau tas, karena secara tooling dan shaping kita harus punya pengetahuan. Kalau asal-asalan, hasilnya nggak akan nyaman atau gampang rusak," ujarnya.

Proses pembuatan sepatu Rafheoo yang menggunakan mesin tenun antik

Pada awal tahun 2019, ia baru meluncurkan sampel sepatu Rafheoo, yang merupakan kependekan dari para pendiri perusahaan, Rafki, Alif, Ramadanu, Hendi, dan Osa. Nggak disangka, sebanyak 200 pasang sepatu yang diluncurkannya melalui Instagram terjual habis dalam seminggu. Ketika dirilis secara resmi, 700 pasang sepatu yang dipesan reseller dari berbagai kota ludes hanya dalam semalam.

Dari pengalaman tersebut, mereka membulatkan tekad untuk semakin serius dalam bisnis sepatu ini. Bahkan, Februari lalu, Rafheoo sudah mendirikan pabrik di Bitung, Cikupa. “Dengan membuka pabrik sendiri, kita ingin suplainya bagus dan bisa menjaga kualitas produk,” kata Hendi.

Sejauh ini, sudah hampir lima desain yang dikeluarkan oleh Rafheoo dengan beberapa pilihan warna. Desain yang menjadi favorit adalah sepatu dengan midsole Foxing Stripes (midsole bermotif garis miring bertumpuk). Sayangnya, desain ini sedang dalam proses discontinue karena makin banyak tiruannya.

 

Ciri Khas Rafheoo

Low Indigo Wabash, proses pembuatannya melalui pencelupan memakai bahan alami indigo

Walaupun menggunakan mesin tenun, lo jangan membayangkan kain tenun motif seperti yang kerap dijumpai dalam bentuk baju atau kain biasa, Bro. Sederhananya, yang dihasilkan dari mesin tenun milik Rafheoo adalah kain bertekstur, yang lalu diberi teknik pewarnaan sesuai kebutuhan desain sepatu.

Salah satu contoh desain klasik Rafheoo Footwear adalah Low Basic Staff Waffle Black, dengan warna hitam dan tekstur waffle. Tekstur waffle ini dibuat dari mesin tenun klasik Toyoda GH9 Automatic Shuttle Loom. Hasilnya adalah sepatu dengan sirkulasi udara yang baik dengan upper yang dapat bernapas dengan maksimal.

Ada pula Basic Staff Jacquard. Tenun jacquard dihasilkan oleh proses loom, yang diprogram khusus untuk mengangkat benang warp di atas benang lainnya. Terjadilah pola unik hasil perbedaan warna benang itu sendiri, bukan hasil dari print atau celupan bahan. Hasil tenunan katunnya lebih stabil, walaupun prosesnya lebih menghabiskan waktu dan tenaga daripada tenunan dasar.

Teknik pewarnaan Jacquard pada sepatu Rafheoo

Memiliki mesin tenun sendiri tentunya menjadi keunggulan Rafheoo. Eksperimen dengan fabric sebagai material dari upper sepatu membuktikan bahwa brand ini mengutamakan craftmanship dalam produknya. “Level kita sudah memproduksi material sendiri sehingga bisa membuat sesuai yang kita inginkan. Kalau brand lain, mereka hanya bisa memanfaatkan bahan yang ada di pasar saja,” ujar Hendi.

Ciri khas Rafheoo juga terlihat pada penggunaan pewarnaan alami. Hendi dan tim Rafheoo sudah mengembangkan pewarnaan dari daun indigofera (biru), kayu secang, mahoni (coklat), daun soga (kuning), hingga kulit pohon kopi (peach). Memang, pewarna alami nggak bisa bertahan sekuat pewarna kimia. Lama-kelamaan, upper material-nya akan memudar seiring pemakaian dan pencucian. Seperti pada desain Low Basic Staff Indigo Wabash, yang akan memunculkan pola unik akibat terlepasnya partikel indigo dari material katun utamanya. Tapi, lo bisa membayangkan polanya seperti pada denim, yang warnanya akan semakin bagus mengikuti garis-garis lekukan kaki pemakainya.

 

Manfaatkan Ampas Kopi

Sebagai brand sepatu yang masih berusia satu tahun, Rafheoo sangat giat berinovasi. Saat ini, mereka sedang melirik ampas kopi dan tembakau sebagai bahan pewarna alam. Penggunaan ampas kopi ini menjadi salah satu campaign andalan mereka yang disebut Coffee Grounds Project. Project ini mengumpulkan ampas kopi dari beberapa kedai kopi di Jakarta untuk dikonversi menjadi pewarna kain tekstil. Percobaan yang telah dilakukan selama beberapa bulan sudah membuahkan hasil, tapi belum diperdagangkan luas.

Hasil pewarnaan dari ampas kopi untuk dicelup ulang ke sepatu slip on yang berwarna putih

Selain ampas kopi, mereka juga membuat sampel warna dari tembakau, yang menghasilkan warna biru, coklat, hijau, kuning, pink, dan peach. Ide penggunaan tembakau sebagai pewarna muncul ketika Hendi dan temannya, Alif, mengunjungi Temanggung, Jawa Tengah. Menurut kisah para petani, di masa panen, jumlah tembakau bakal melimpah ruah. Sayangnya, nggak semuanya bisa disuplai ke perusahaan besar karena kualitasnya berbeda-beda.

"Biasanya kalau ada tembakau yang nggak dipakai di pabrik besar, tengkulak juga nggak mau ngambil. Nah, tembakau yang nggak lolos standar itu saya beli karena harganya murah sekali," kata Hendi, yang juga bertindak sebagai Creative Director dan Research & Development Director.

Ke depan, Hendi mengaku sudah ada 10 desain baru yang akan dirilis secara bertahap. Salah satunya yaitu desain German Army Runner. Desain sepatu ikonik ini diproduksi pada tahun 1970-an untuk pasukan militer Jerman Barat. Siluet historik German Trainer ini dikombinasikan dengan classic running sole, yang khusus diadaptasi untuk memberikan kenyamanan beraktivitas sehari-hari.

Penasaran kapan desain-desain keren ini akan dirilis? Rafheoo selalu meng-update-nya di akun Instagram @rafheoofootwear, jadi lo bisa follow langsung akunnya biar nggak ketinggalan info!

 

Comments
Noni
bagus sekali
Noni
bagus sekali