Login
Genre streetwear emang lagi naik daun di industri fashion. Jadi, jangan heran kalau lo sering ngeliat brand-brand ternama lagi adu kreatif di genre ini. Mereka memang lagi gencar menciptakan inovasi baru soal desain pakaian streetwear yang paling keren.
Sekarang streetwear bukan cuma milik Supreme dan Off-White, ya. Pelaku industri fashion lokal juga makin kompetitif menciptakan karya terbaik berkualitas yang gak kalah sama brand-brand besar.
Nah, salah satu produsen streetwear lokal yang lagi naik daun adalah Liv in Mille. Brand asli Makassar, Sulawesi Selatan ini lagi menarik perhatian karena terobosan-terobosan yang keren. Meski baru dirintis pada tahun 2019, Liv in Mille enggak minder untuk bersaing dengan pelaku fashion papan atas!
Kebetulan, gue berhasil ngobrol bareng otak di balik Liv in Mille, Fadel Syahnur. Sebagai founder dan creative director, Fadel fokus untuk ngasih semua kreativitasnya dalam setiap jahitan benang Liv in Mille. Yuk simak obrolan gue bareng Fadel!
Produk Eksklusif yang Ada di Mana-mana
Fadel punya visi untuk hasilin produk-produk fashion streetwear yang eksklusif. Awalnya, rencana untuk bikin Liv in Mille muncul dari keresahan Fadel yang punya sifat impulsif soal urusan belanja.
“Inspirasi saat bikin Liv in Mille itu muncul saat gue masih SMA, lagi duduk di kelas dan mikirin salah satu keresahan gue. Dari dulu gue punya habit belanja. Dan gue nyoba mikir ‘kenapa gue enggak buat brand sendiri dan orang-orang yang bakal consume brand gue?’,” kata Fadel.
“Liv in Mille sendiri gue ambil dari makna ‘livin’ yang artinya ‘tinggal’ dan ‘mille’ berarti seribu. Jadi, gue pengin Liv in Mille ini tinggal di mana-mana, beribu-ribu di mana-mana, tapi di-develop sama gue secara personal.”
Proses kreatifnya sendiri gak main-main, loh. Satu rilisan Liv in Mille harus lewatin proses RnD (research & development) yang matang. Setelahnya, Fadel bakal lakuin berbagai eksperimen biar produknya bisa terjangkau sama publik.
“Kita tuh setiap rilis pasti selalu buat campaign dulu. Dari brainstorming ideas, gue mau story telling-nya kayak gini, coba desain juga, lalu gue lempar idenya ke tim biar dikembangin bareng-bareng,” jelas Fadel.
“Sebelum rilis, kita perlu tahu, ‘what people need?’, dan kita hadir dengan answer yang bisa jawab kebutuhan orang-orang di luar sana. Kita datang dengan collection yang proper, campaign yang proper dan material yang high quality.”
Gebrakan Bernama ‘Future Nostalgia’
Di akhir tahun 2022, Liv in Mille sukses bikin masyarakat tercengang lewat runway show bertajuk ‘Future Nostalgia’. Runway show ini tujuannya untuk ngenalin koleksi Autumn-Winter Liv in Mille ke masyarakat umum.
Gue bisa sebut ini sebagai gebrakan, soalnya runway show biasanya digelar sama brand yang udah punya nama gede. Tapi nih, Liv in Mille berani nunjukkin diri dengan menggelar runway show independen, yang jadi pondasi mereka sebagai brand fashion ternama meski usianya masih sangat muda.
“Di tahun 2022 kemarin, gue bikin collection ‘Future Nostalgia’, di mana collection-nya sangat banyak dalam satu capsule collection, lebih dari 20 artikel. Dan kita dari tahun sebelumnya mau bikin runway show lagi,” ungkap Fadel.
Nah kayak gue bilang, runway show bukan hal lazim khususnya di kalangan brand-brand fashion yang baru merintis. Fadel sendiri enggak nganggap hal ini sebagai kewajiban, tapi sebaiknya dilakuin kalau lo punya visi besar untuk nge-branding produk lo.
“Kembali lagi dari tujuan brand-nya masing-masing. Kalau Liv in Mille masuknya ke high-end streetwear, di mana kalau brand-brand luar, saat memiliki collection, mereka ngepaparinnya lewat runway show yang berbeda-beda.”
Yang pastinya nih, lo harus siap tempur kalau mau buat runway show. Soalnya, dari pengalaman Fadel, runway show adalah acara yang habis-habisan banget. “Bener-bener ga ada penjualan, soalnya kita ngeliatin sebuah collection yang bisa story telling,” paparnya.
Liv in Mille Menatap Berlin
Beberapa kali, Fadel bicara soal benua Eropa yang jadi inspirasi utamanya saat berkreasi untuk Liv in Mille. Salah satu hasilnya bisa lo lihat dari koleksi ‘A New Sense of Freedom’, yang memang terinspirasi dari energi musik techno club di Berlin, Jerman.
“Ada salah satu bar yang kami mention dalam campaign, yaitu Berghain. Mereka nge-highlight sebuah kultur musik, di mana mereka sangat selektif dari segi fashion,” jelas Fadel soal cerita dibalik koleksi ini.
“Liv in Mille mecahkan perspektif itu, kami bikin collection yang kayaknya kalau dipakai sangat memungkinkan untuk masuk ke Berghain. Sisi kedua, kami mengangkat kultur musik dari Berlin karena ngerasa beda aja kalau dibawa ke Makassar.”
Fadel juga cerita nih soal kolaborasi dengan desainer asal Berlin untuk koleksi Liv in Mille. Meski perbedaan waktu Berlin-Makassar bikin kolaborasi jadi rumit, tapi Fadel yakin rencananya bisa terwujud tahun 2023 ini.
“Kami udah saling kontakan dari tahun lalu, namanya Subsailing. Dia salah satu desainer dari Berlin. Dari konsep kita sama-sama udah kebayang.”
“Cuma kita beda waktu banget. Selalu ada kendala untuk meeting dan momentumnya juga kurang tepat. Tapi kami coba follow up, sebisa mungkin di tahun ini sih realisasinya,” tutup Fadel.
Obrolan gue dengan Fadel ini seru banget dan tentunya inspiratif. Gue berharap makin banyak anak-anak muda yang juga ikut terjun di dunia fashion seperti Fadel, biar terobosan-terobosan menarik bisa terwujud.
Satu hal yang bisa gue ambil dari cerita Fadel dan perjuangannya membesarkan Liv in Mille ini, adalah tentang keberanian dalam ngelakuin inovasi. Jangan pernah takut untuk coba hal-hal baru dan ambil perspektif lain, terutama soal produk dan berbisnis.
Nah, buat yang penasaran cerita inspiratif seputar local greatness lainnya, bisa lo dapatin di MLDSPOT. Ada banyak cerita keren soal produk, tempat, komunitas, hingga people yang pastinya inspiring.
Bukan cuma itu, lo juga bisa dapetin rewards keren dengan jadi member dan ngumpulin MLDPOINTS lewat website MLDSPOT. Baca terus MLDSPOT buat mendapatkan info-info terupdate lainnya ya!
Comments