Trending
Rabu, 31 Maret 2021

Mulai Ditinggalkan, Hype Clubhouse Cuma Segini Aja?

  • Share
  • fb-share
Mulai Ditinggalkan, Hype Clubhouse Cuma Segini Aja?

Siapa yang nggak tau dengan aplikasi Clubhouse yang sempat hype beberapa waktu lalu? Aplikasi yang cuma tersedia untuk iPhone ini sempat menjadi primadona karena layanan fiturnya yang berbeda dari media sosial lainnya. Memiliki fokus di audio, clubhouse menghadirkan hal yang baru.

Namun sejak awal kemunculannya, clubhouse sudah menimbulkan pertanyaan; Apakah aplikasi yang satu ini bakalan bertahan lama?

Sempat dikira akan mengalahkan Instagram – melihat hype-nya yang sudah memudar sekarang ini, sepertinya nggak akan bikin aplikasi ini bertahan lama. Dari pada mencoba menebak-nebak, mending langsung aja kita kupas tuntas – apakah benar aplikasi ini hype-nya cuma segini aja?

Langsung aja simak artikel di bawah ini selengkapnya, bro!

Instagram masih Menjadi Primadona

Clubhouse

Credit image – Liputan6

Dengan kehadiran Clubhouse di tengah-tengah hiruk pikuk-nya era new normal ini, sosial media berbasis audio ini seakan menjadi aplikasi yang memberikan warna baru. Naik karena Elon Musk, sosial media yang satu ini juga menjadi populer dikalangan masyarakat karena digunakan oleh para publik figur Indonesia – salah satunya para musisi. Seperti Nino Kayam, Ilham Ibrahim, dan Fadli Fikriawan.

Menoreh kesuksesan di bulan februari lalu, Clubhouse berhasil masuk trending topic – nggak cuma di perbincangkan, tapi juga di Twitter. Ada yang memandang aplikasi ini sebagai refreshing dalam di sosial media, ada yang mengkritik pengguna yang berkecimpung di dalamnya yang mencoba menunjukkan sisi dirinya di sosial media tersebut.

Hal ini dianggap bersinggungan dengan Instagram – bedanya, dalam hal ini mereka menunjukkan dirinya lewat cerita (audio) atau mencantumkannya di bio Clubhouse sendiri. Melihat hal yang serupa dan saat ini Clubhouse sudah mulai ditinggalkan, sepertinya Instagram masih menjadi media flexing yang lebih diminati oleh para pengguna sosial media.

Ruang Bincang yang Kehabisan Topik

Dengan interaksi yang dilakukan lewat room, para pengguna Clubhouse merasa bisa membicarakan hal-hal yang dinilai nggak umum untuk dibicarakan lewat ruang publik lainnya. Awalnya, perbincangan mengenai hal-hal yang nggak awam inilah yang dinantikan oleh para pendengar.

Namun lambat laun sepertinya topik yang diangkat udah nggak relevan lagi – atau bahkan justru nggak menarik. Seringkali topik yang diangkat menjadi hal yang umum atau bahkan udah pernah dibahas di room sebelumnya. Sehingga topik yang diangkat pun udah nggak menarik lagi.

Dari kehabisan topik ini membuat para pengguna Clubhouse menjadi jenuh dan nggak lagi menganggap Clubhouse menarik. Alih-alih mendengarkan percakapan, para pengguna sosial media lebih memilih untuk membahas topik-topik terkini lewat tulisan lewat Twitter.

Level-Up Podcast yang Justru Ditinggalkan

Clubhouse

Credit image – Dmitry Bubnov on VideoHive

Awalnya, kemunculan Clubhouse dianggap dapat mengalahkan kehebohan Podcast. Dalam hal ini – Clubhouse dipandang sebagai live Podcast. Namun akibat eksplorasi yang terlalu banyak hingga kehabisan topik, live Podcast ini nggak lagi dianggap menarik.

Akibat stagnan dan nggak ada lagi hal yang membuat Clubhouse menjadi menarik, perlahan para penggunanya mulai meninggalkan sosial media ini. Kalo dibilang hype-nya sampai segini aja, sebenarnya nggak juga – beberapa publik figur masih menggunakan Clubhouse sebagai sosial media untuk berbincang, meskipun jumlahnya sudah menurun.

Sosial media yang aplikasinya nggak ada di Android ini juga menjadikan nggak adanya perkembangan lagi dari Clubhouse. Dengan fitur monoton dan pengguna yang terbatas juga menjadikan Clubhouse perlahan mulai ditinggalkan.

Regulasi yang Cukup Ketat

Untuk masalah regulasi sendiri, Clubhouse mengaku menyimpan beberapa data pribadi yang dikumpulkan dari aplikasi. Data pribadi pengguna masih bisa dibagikan meskipun orang tersebut nggak bergabung ke Clubhouse. Hal ini dapat terwujud lewat daftar kontak pengguna yang sudah terlebih dahulu gabung. Setelah mengetahui regulasi ini, nggak sedikit para pengguna akhirnya menyesal karena telah bergabung.

Nggak cuma itu, pengguna nggak punya opsi buat menghapus akun Clubhouse yang udah dibuat. Kebijakan mengatakan bahwa pengguna harus menghubungi pihak Clubhouse secara personal kalo mereka mau mengubah, mengoreksi data, ataupun menghapus akun.

Dari ulasan panjang ini, apakah lo salah satu orang yang masih menggunakan Clubhouse? Kalo dari pendapat lo sendiri, apakah aplikasi yang satu ini masih layak untuk dipertahankan? Atau lo masih nyaman dengan Twitter, Instagram, atau bahkan TikTok?

 

Feature image – Coconuts

Comments
PUJI RAHAYU kopkar
keren banget
DEVI TRI HANDOKO
Regulasi yang Cukup Ketat