Trending
Senin, 20 Januari 2020

Sambut Pagi Hari Bersama Good Morning Everyone dengan Sajian Lagu dan Kopi

  • Share
  • fb-share
Sambut Pagi Hari Bersama Good Morning Everyone dengan Sajian Lagu dan Kopi

Urbaners, meski sekarang sudah banyak muncul genre musik, penyanyi, dan lagu baru, tapi musik 90-an selalu bikin kangen buat didengerin lagi ya? Lo pasti salah satu yang semangat buat sing along nyanyiin lagu-lagu nostalgia, kan?

Nah, ternyata masih ada lho, band yang bikin karya baru tapi tetap dengan warna lagu khas 90-an. Good Morning Everyone lagi siapin ramuan barunya untuk sajian musik yang akan membawa kembali masa kejayaan anak band. Yuk, baca di sini ulasan lengkapnya!

 

Ingin Jadi Pemberi Semangat Positif

Good Morning Everyone (GME) punya nama yang catchy dan gampang diingat. Nama ini memang dipilih dari sapaan selamat pagi yang memiliki makna semangat dan harapan baru yang positif. Band asal Semarang ini tentu berharap mereka mampu membawa dan menyebarkan positive vibes tersebut dengan menyebutkan “Selamat Pagi Semua!”

Berdiri sejak 24 Januari 2008, GME sudah meluncurkan 4 lagu dan pernah masuk ke nominasi berbagai ajang ternama, lho. Sebut saja, mereka pernah masuk nominasi kategori Pendatang Baru Favorit di ICEMA (Indonesian Cutting Edge Music Awards) tahun 2014 dan nominasi Production Best Music di Indonesian Music Award (AMI Awards) pada 2016.

Single ‘Tunggu Aku’ menjadi karya GME yang terakhir diluncurkan tahun 2018 lalu. Sementara itu, di tahun 2019, GME fokus untuk menggodok karya terbarunya yang akan dirilis tahun ini. Di tahun 2020 ini, mereka juga sudah terjadwal untuk tampil di berbagai acara musik beken.

 

Beneran Pop Indonesia

Sani, vokalis Good Morning Everyone, selalu memberikan performance terbaik tiap manggung

Untuk bisa menjadi band yang mampu bertahan melewati satu dekade, tentu dibutuhkan lebih dari sekedar lirik dan tatanan nada saja. Konsistensi dan kekhasan adalah sumber kekuatan lain GME yang membuat para penggemarnya begitu loyal. Untuk single terbarunya, GME masih mempertahankan genre ‘Indonesia Power Pop’ ala musik 90-an yang terdengar ceria dan easy listening, meski berlirik galau.

“Kekuatan GME itu karena ‘lebih ngeband’. Band yang beneran Indonesia Pop. Musik-musik era 90-an, karena anak-anak tumbuh bareng dan sampe sekarang dengerinnya band 90-an kaya Jikustik, Pongky Barata,” kata Sani sang vokalis GME.

GME sudah bercerita tentang move on, friendzone dan kegalauan lewat lagu-lagu sebelumnya. Pada lagu terbaru kali ini pun, GME masih akan mengangkat cerita ringan dari kisah cinta yang relate sama kehidupan sehari-hari. GME juga udah menyisipkan petunjuk untuk single baru ini di kanal YouTube mereka lho, Urbaners. Check it out!

 

Lagu Pertama di Bawah Perusahaan Label

GME siap luncurkan karya lagu terbaru

Lagu kelima GME kali ini akan jadi penanda awal kiprahnya terjun ke jalur mainstream di bawah payung Sony Music Entertainment Indonesia. Praktis, GME akan mampu menyasar pendengar yang lebih luas dengan jadwal manggung yang lebih padat. Belakangan, GME pun sudah mondar-mandir Semarang-Jakarta untuk mengurus segala keperluan produksi.

Kesuksesan GME hingga dilirik major label, tentu tidak terlepas dari jatuh bangun. Beberapa tahun lalu, keputusan GME hijrah ke Bandung dengan harapan dapat semakin dekat dengan pintu kesempatan, nyatanya belum berhasil dan membawa GME pulang ke Semarang.

Meski pernah pindah base ke kota besar lain dan kini berpotensi untuk menjadi band besar ibukota, GME tetap kukuh mempertahankan identitasnya sebagai band asal kota lumpia, Semarang. “Identitas sebagai band Semarang pasti akan dipertahankan. Pasti orang bakal tahu kalo kita dari Semarang. Cuma untuk memposisikannya mungkin kita pengen lagunya seluas mungkin. Tapi, kita tetep datangnya dari Semarang,” tegas Sani.

Bisa dikatakan, GME adalah salah satu band pentolan Semarang yang sanggup berpijak hingga ke tingkat nasional. Tanpa merasa jumawa, GME berharap lompatan besarnya ini dapat berdampak pada karir bermusik band lokal lainnya. Sani menjelaskan, “Ini salah satu sumbangsih kita buat Semarang. Dulu di Semarang ada band-band yang terkenal kaya Power Slaves, Blue Savana, Jabalroots. Kita itu pengen mengembalikan Semarang di peta industri musik nasional. Ada banyak banget (band) yang keren-keren dan potensial tapi masih belum begitu keangkat. Semoga kalo ada salah satu yang muncul, semuanya bisa diangkat. Misinya seperti itu.”

 

Ngeband Kaya Pacaran

Totalitas GME ketika manggung di Semarang

GME mengaku, dari 12 tahun perjalanannya, 8 tahun awal mereka masih main-main. Menjalani bermusik dengan senang hati, kalau kata Sani. Hanya saja, GME tidak ngoyo dalam mengejar semua ambisi mereka. Mereka percaya, rencana yang jelas adalah kunci untuk tetap ngeband dengan prestasi.

Untuk bisa bertahan selama 12 tahun, ‘ngeband’ bagi GME udah selayaknya pacaran, di mana dibutuhkan saling pengertian antar anggota agar tetap sejalan. Antara Sani (vokal), Dani (bass), Daniel (gitar), Yuli (gitar) dan Erwin (keyboard) tentu sering beda pendapat. Tapi, masalah tersebut harus segera diselesaikan dan selesai sampai di situ saja, sehingga nggak mengganggu aktivitas bermusik mereka.

 

Bicara Strategi

Untuk menembus pasar di era digital saat ini, GME sudah mulai menjalankan strategi marketing digitalnya. Sebagai band yang berangkat dari jalur indie, platform digital menjadi andalan GME sejak awal. GME juga sadar bahwa diperlukan konten yang sekreatif mungkin untuk mengundang orang nonton mereka, secara langsung maupun di sosial media.

Instagram feed @gme_id selain diisi foto-video manggung mereka, kini juga banyak diisi berbagai konten. Trivia menarik dengan creative multiple post ala milenial yang informatif dihadirkan untuk lebih mendekatkan GME dengan penggemarnya. Format Instamagazine juga bikin feed GME makin kece!

GME pun giat membuat konten di kanal YouTube yang sekarang sudah punya 52,8 subscriber. Video klip ‘Tunggu Aku’ menjadi video mereka yang paling banyak ditonton, hingga 3,8 juta kali! GME juga pernah membuat short movie, video live session dan vlog tentang kesibukan manggung dan tour, maupun kegiatan di waktu senggang mereka.

Belakangan, GME merilis video kolaborasinya bareng Duta Sheila on 7. Banyak sih yang bilang kalo musik GME mirip Sheila on 7. Khususnya karena suara Sani sewarna dengan suara Duta. Selain itu, GME juga menjajal masukan dari fans untuk meng-cover lagu Secepat Mungkin menjadi versi Jepang ‘O Hayame Ni’.

Produk kopi dari Ciwidey yang menjadi merchandise resmi Good Morning Everyone

Mengimbangi promo digital yang sudah gencar-gencarnya dilakukan, GME berinisiatif membuat produk kopi lokal mereka sendiri, Kopi Selamat Pagi. Urbaners pasti suka ngopi, kan? Peluang ini yang ingin diambil oleh GME sebagai inovasi bentuk merchandise yang anti-mainstream. Selain lagi ngetren, kebiasaan masyarakat lokal yang senang menikmati kopi di pagi hari dianggap memiliki chemistry dengan nama mereka.

Nah, buat lo yang penasaran sama lagu terbaru GME, bisa tungguin di Instagram @gme_id dan YouTube Good Morning Everyone sambil nyeruput Kopi Selamat Pagi. Yuk, ah!

 

Comments
Agung Sutrisno
membuat produk kopi lokal mereka sendiri
DEVI TRI HANDOKO
Ingin Jadi Pemberi Semangat Positif