Trending

Sarkodit, Sosok di Balik Doodle Artistik Penghias Cup Starbucks

Buat lo yang doyan menikmati berbagai minuman Starbucks, pasti sudah nggak asing dengan doodling-doodling jenaka yang menghiasi campaign Starbucks di summer lalu. Yup! Aditya Pratama atau biasa dikenal dengan nama Sarkodit adalah seniman di balik artwork tersebut.

Pria yang sering membagikan doodling kerennya lewat Instagram ini mengaku dikontak langsung oleh agensi Starbucks yang merasa cocok dengan penggunaan warna pada setiap karya Sarkodit. “Untuk project Starbucks, gue membuat ilustrasi beberapa sticker dan frame yang bisa dipakai oleh customer Starbucks di sosial media sampai campaign-nya selesai,” cerita Sarkodit.

Baca juga: 4 Tips Hemat Kalau Lo Jajan Starbucks

Bisa dibilang nih Urbaners, Starbucks hanyalah satu dari sekian prestasi yang diraih oleh cowok asal Bandung ini. Sejak menekuni dunia doodling dan menggambar di bangku kuliah, Sarkodit sudah  banyak berkolaborasi dengan brand lokal maupun internasional, serta mengoleksi beberapa penghargaan.

Salah satu yang paling berkesan buatnya adalah Genkosha File Illustration Awards di Jepang.  “Gue jadi wakil satu-satunya dari Indonesia yang menerima penghargaan tersebut sekaligus berpameran di sana,” jelas pria yang menjadikan Ecce  Homo ini sebagai anthem song-nya. Sementara itu, karya doodle Sarkodit yang ikonik sudah dipajang di laman utama Google (memperingati hari kemerdekaan), botol AQUA, hingga mural pada dinding Upnormal.

Nggak hanya itu, ilustrasi cover CD musik yang dibuat Sarkodit untuk band Soft Blood mendapatkan nominasi CD cover terbaik di tahun 2018. “Gue selalu tertarik dengan desain-desain cover CD dan akhirnya dapat kesempatan untuk mengerjakan proyek tersebut.  Ini adalah cover CD musik pertama yang gue kerjakan, nggak nyangka banget bisa masuk nominasi pula!” ceritanya bersemangat.

Proyek-proyek yang ditangani penyuka film dengan tema perang dunia ini bisa terbilang serius dan melibatkan nama-nama besar. Dalam waktu dekat saja, Sarkodit sudah terlibat dalam proyek pembuatan kalender untuk salah satu kementerian di Indonesia. Ia juga sedang mengerjakan buku bersama teman-teman seniman, dan berencana melakukan pameran tunggal.

Melihat prestasi dan kolaborasi Sarkodit dengan brand-brand ternama, pasti lo merasa terinspirasi kan, Urbaners? Namun, ternyata di balik buah manis yang dipetiknya, Sarkodit punya alasan “khusus” kenapa akhirnya menggeluti dunia gambar-menggambar ini.

“Teman-teman gue sering bilang gambar gue ‘jenaka’, mungkin karena gue suka bermain di tema anak-anak ya. Padahal, ketika gue menggambarkan tema anak-anak, itu hanya inspirasinya saja, yang sebenarnya gue gambar adalah kenaifan yang dibalut rasa sedih,” cerita Sarkodit.

Lebih dalam lagi, cowok yang hobi berenang dan nonton film ini mengaku kalau dulu masa kecilnya tidak begitu menyenangkan. Sarkodit kecil nggak punya banyak teman dan mengalami bullying. Sebagai tipikal anak kecil yang nggak terlalu banyak main di luar dan lebih banyak menghabiskan waktu sendiri di rumah, menggambar jadi salah satu aktivitas yang paling bisa diandalkan dan dinikmati Sarkodit saat itu. Bagian belakang buku-bukunya habis digambari, begitu juga corat-coret di dinding.

Selain sebagai aktivitas paling “aman”, hobi menggambar ini ternyata juga dipicu oleh kebiasaan ibunya yang membacakan cerita bergambar. Jadilah Sarkodit sampai sekarang punya ketertarikan khusus pada buku-buku anak dengan ilustrasi. Ketika akhirnya benar-benar serius menekuni dunia menggambar, Sarkodit melabuhkan pilihan pada dooding karena ia nggak menyukai tuntutan gambar dengan teknik dan struktur yang kaku.

“Buat gue, menggambar dengan cara itu terasa membosankan. Kayak nggak ada ‘kebebasan’. Sementara kalau doodling, gue bisa corat-coret sesuka hati. Untungnya, ‘kebebasan’ yang gue pilih ini bisa diapresiasi oleh orang-orang sekitar,” tambahnya.

Tapi, ketika berhadapan dengan permintaan klien, Sarkodit selalu berusaha menempatkan posisi yang berbeda. Tentunya dia nggak bisa seenak atau sebebas keinginannya. Ada hal-hal yang harus diperhatikan yang menjadi concern si klien. Intinya sih, Sarkodit tetap mengeluarkan karakter gambarnya dengan tetap menjaga DNA yang dimiliki oleh brand klien. “Tapi kebanyakan sekarang klien mengontak gue dan mengajak bekerja sama, karena mereka sudah tahu karakter gue kayak apa,” jelas Sarkodit.

Disangka Pengangguran

Sudah delapan tahun terakhir ini Sarkodit memilih bekerja sebagai freelance dan tidak berkantor. Ternyata, jalan hidup yang ia pilih terkadang mengundang tanda tanya. Beberapa tetangga mengira dia pengangguran karena tidak pernah keluar rumah. Bahkan, kata Sarkodit, ibunya sempat khawatir karena dia memilih tidak terikat dunia kantoran.

Untungnya, lambat-laun ibunya mengerti. Biar ibunya nggak terlalu khawatir dan memahami ritme kerjanya, terkadang Sarkodit mengenalkan ibunya ke beberapa project yang sedang dikerjakan. Ketika ada pameran, Sarkodit juga menunjukkan foto-foto pameran hasil karyanya.

Sebagai ibu gaul, ibu Sarkodit juga punya akun Instagram Urbaners, jadi bisa langsung ngepoin karya-karya Sarkodit yang diunggahnya di sosial media. Terkait profesi yang digelutinya, MLDSPOT sempat menanyakan bagaimana pandangannya terhadap prospek karier di bidang gambar-menggambar ini.

Dengan lugas Sarkodit menjawab prospeknya sangat besar, karena apapun hasil karya seorang seniman, era teknologi dan sosial media sekarang ini sangat mudah untuk diakses dan diapresiasi.

“Kuncinya ya harus berlatih dan berlatih. Buat gue, seorang illustrator harus memiliki karakter gambar yang membedakan dia dengan illustrator lain. Kenapa? Karena dengan berbeda, lo bakal terlihat ‘stand out’. Bagus aja nggak cukup,” tandas Sarkodit.