Inspiring People
Jumat, 05 Mei 2023

Kenalin! Theory of Discoustic (ToD) yang Punya Ciri Khas Musik Cerita Rakyat Makassar - Nusantara

  • Share
  • fb-share
Kenalin! Theory of Discoustic (ToD) yang Punya Ciri Khas Musik Cerita Rakyat Makassar - Nusantara

Local pride sekarang memang lagi jadi kampanye yang sering kita lihat di Indonesia. Mulai dari gaya fesyen, aksesoris mobil, sampai industri musik mulai melirik hasil karya asli anak bangsa. Bukannya apa, menurut gue ini salah satu bentuk kecintaan terhadap Indonesia dan untuk menjaga kelestarian budaya juga, kan.

Nah, kali ini gue mau ceritain pengalaman gue ngobrol bareng grup musik yang local pride dan juga unik banget, loh. Theory of Discoustic (ToD) namanya. Mereka punya konsep musik dari representasi cerita rakyat Makassar atau pun nusantara. Jadi, pas dengerin lagunya, lo serasa kayak lagi didongengin tapi ada musiknya.

Malah ToD ini bukan sekedar band local pride biasa. Di tahun 2021 lalu, ToD bahkan tampil secara streaming di ACCAC Culture 2.0 Festival di Finlandia. Wah, udah go international juga ternyata. Nah, buat lo yang penasaran cerita dibalik Theory of Discoustic, yuk simak obrolan gue bareng mereka berikut ini!

Nyaman dengan Identitas Sendiri

“Ini adalah comfort zone-nya kami. Theory of Discoustic enggak perlu meniru cara bernyanyi orang Eropa atau US pas membawakan lagu. Bernyanyi dengan identitas sendiri itu lebih nyaman,” cerita Reza. Btw, pas akhirnya berkesempatan ngobrol dengan ToD, gue cuma berhasil ngobrol dengan Reza yang belakangan disusul Dian. Basically, ToD terdiri dari enam personel dan yang lainnya ada Ade, Fadly, Anca, dan Nugraha.

Identitas sendiri yang dimaksud oleh Reza enggak cuma dari cerita rakyat lokal yang mereka bawakan, tapi juga soal cengkok bernyanyi yang tetap dengan aksen khas daerah. Belum lagi penjiwaan dari vokalis yang juga jadi media buat pendengar agar bisa lebih merasakan nuansa dari cerita lagu. Nah, penjiwaan ini lah yang bikin musik ToD benar-benar hidup dan menghidupi pendengarnya.

Tapi, sebelum benar-benar secara total membawakan lagu dengan cerita rakyat, sebenarnya Reza dan teman-teman mengawali karir musik dengan meng-cover lagu-lagu Indonesia yang udah ada sebelumnya. Baru kemudian, di mini album “Alkisah”, ToD merepresentasikan ulang lagu pop “Indo Logo” lewat lagu mereka berjudul “Bias Bukit Harapan”.

Fyi nih, “Indo Logo” adalah lagu pop daerah yang bercerita tentang dua sepasang kekasih yang saling merindu. Mirip sama cerita Romeo dan Juliet, tapi nuansa kearifan lokal. Esensi dari lagu tersebut kemudian diterjemahkan ulang, begitu juga dengan lirik yang ditulis oleh Fadly, menjadi seperti yang sekarang ini. Eksplorasi di “Bias Bukit Harapan” akhirnya menjadi semacam formula buat ToD dalam bermusik ke depannya. 

Local Pride Banget!

Beberapa Personel Theory of Discoustic

Walau pun beberapa lirik lagu mereka menggunakan bahasa Makassar sepenuhnya, musik Theory of Discoustic tetap bisa relate di telinga lo, kok! Contohnya di lagu “Tabe’”, yang bener-bener bisa menghanyutkan lo sebagai pendengar pada momen ritual upacara suatu suku. Ini bisa jadi karena musik itu sifatnya universal ya. Atau, karena lirik dan pemaknaan lagu-lagu yang dibawakan oleh ToD membawa kita kembali pada akar budaya Indonesia.

Seperti yang gue bilang sebelumnya, lagu-lagu yang dibawakan Theory of Discoustic ini menceritakan kembali cerita rakyat, mitos zaman dulu, kisah sejarah yang kebanyakan ada di Makassar, Sulawesi. Ini karena, para personel ToD sendiri adalah putra-putri asli Makassar. Walau pun begitu, menurut gue itu sesuatu yang relate sih dengan masyarakat Indonesia, terlepas dari suku lo apa. 

Misalnya seperti lagu “Bias Bukit Harapan”, yang kalau di Sulawesi ada cerita Indo Logo, sedangkan di Sumatera Barat kita kenal kisah Siti Nurbaya. Kemudian ada lagu “Songkabala” yang menceritakan soal upacara tolak bala di wilayah Sulawesi Selatan. Ada makna gotong royong dan pencarian keseimbangan hubungan pada alam di dalam liriknya. Terus “Tanah Tua” yang mengisahkan tentang cara suku Kajang menjaga tanah leluhurnya. 

Intinya sih, pas ngedengerin lagu-lagunya ToD ini, lo bakal bisa meresapi ke-Indonesia-an lo dan menyadari kalau budaya kita itu kaya banget. Begitu juga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. 

Pertemanan, Kekeluargaan, dan Makna Bermusik Bersama

Momen Gitaris Theory of Discoustic dalam Rekaman

Sejarah Theory of Discoustic ini diawali dari band SMA yang dibentuk oleh Reza, Nugraha, dan Fadly. Di masa SMA itu, Reza, Nugraha, dan Fadly lebih banyak bermain genre musik punk. Baru belakangan setelah kuliah di Universitas Fajar, ketiganya ketemu dengan Dian. Nah, setelah di kampus ini lah, karena kebutuhan acara kampus dan lain sebagainya, mereka jadi lebih sering jamming bareng gitu. Sampai akhirnya jadi sohiban dan terbentuklah ToD seperti sekarang. 

“Enggak ada kepikiran sama sekali untuk buat rekaman, album, sampai bikin lagu yang harus riset serius seperti sekarang,” cerita Reza. Reza juga nambahin, kalau kemunculan ToD sesederhana itu tanpa mimpi yang terlalu gimana banget. Bahkan nama ToD juga enggak berubah dari awal mereka bermain musik.

Sedangkan “Discoustic” sendiri merupakan gabungan dari kata “disko” dan “akustik”. “Kesannya sih mau menaikkan satu level musik akustik tapi ada kesan diskon. Kalau dari segi musik instrumennya tetap menggunakan gitar akustik cuma nambahin sekuen pake beat elektronik,” papar Reza. Turns out, makin ke sini representasi disko dan akustiknya semakin kuat. Di album “La Marupe”, pada lagu Tabe', drumnya malah pakai drum mesin. 

Selain soal musik, Theory of Discoustic juga punya cerita menarik lainnya, loh. Ternyata, masing-masing personel ToD punya kesibukan aka profesi lain selain bermusik. Misalnya nih, kayak Reza yang gaweannya audio editor, terus Dian yang jurnalis, ada yang guru Biologi, Fadly yang seorang wirausahawan, pokoknya macem-macem.

“Kalau di masa sekarang sih, kami lebih bermain musik secara umum, sama sekali enggak ada pressure mau dibawa ke mana. Soalnya ini ceritanya udah panjang banget. Dan kami bermain musik dari SMA, mulai dari yang menggebu-gebu pengin nampil akhirnya udah sangat seperti keluarga. Musik sekarang buat ToD adalah lebih kepada momen dimana kami kumpul bareng terus masih memainkan musik dan bisa bereksplorasi,” tutup Reza.

Itu tadi hasil obrolan gue dengan Theory of Discoustic. Buat yang penasaran dengan lagu-lagunya bisa langsung lo dengerin lewat Spotify. Atau kalau lo mau tahu update terbaru tentang mereka, ada bocoran nih. Soon ToD bakal meluncurkan album baru yang info rilisnya bisa lo pantengin di IG mereka @todmusik.

Terus baca MLDSPOT biar lo tetap update dengan perkembangan local greatness yang kita punya ya! Lo juga bisa dapetin hadiah menarik dengan jadi member dan ngumpulin MLDPOINTS lewat website MLDSPOT. Ayo, buruan daftar sekarang!

Comments
Indra Desanri
proses kreatif berkarya
Riza Astuti
Nyaman dengan Identitas Sendiri